- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Tangis pilu siswi SD di Klaten digilir 7 ABG


TS
hadji.lulungan
Tangis pilu siswi SD di Klaten digilir 7 ABG
Quote:
Tangis pilu siswi SD di Klaten digilir 7 ABG
Reporter : Desi Aditia Ningrum | Selasa, 17 Mei 2016 05:00

Ilustrasi Pelecehan Seksual. ©2014 Merdeka.com
Merdeka.com - Pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur semakin mengkhawatirkan. Setiap harinya ada saja kasus pencabulan atau pemerkosaan terhadap anak.
Baru-baru ini, kasus tersebut terjadi di Klaten, Jawa Tengah. Siswi kelas IV SD tersebut dirudapaksa di sebuah rumah kosong, Dukuh Sribitan RT 19 RW 07, Desa Puluhan, Kecamatan Jatinom, Klaten.
Kasat Reskrim Polres Klaten, AKP Farial Ginting menjelaskan, pada hari Rabu (11/5) sekitar jam 15.00 WIB korban dijemput oleh temannya untuk ketemu teman lainnya (pelaku) di sebuah rumah di Jatinom. Kemudian korban masuk ke rumah ngobrol bersama temannya. Saat itulah tersangka menarik korban ke dalam kamar hingga terjadi persetubuhan secara bergilir oleh empat tersangka.
"Keempat tersangka mengakui telah melakukan persetubuhan dengan korban anak di bawah umur. Motifnya, ya sepertinya sudah ada hasrat dan sudah direncanakan. Kita temukan juga miras saat patroli," ujar Farial.
Sementara ketua RT 19 RW 07 Desa Puluhan, Budi mengaku telah mencurigai gerak-gerik para pelaku. Mereka yang masih seumuran siswa SMP berkumpul di sebuah rumah sejak Selasa (10/5) siang. Pada Rabu (11/5), lanjut dia, pergerakan anak-anak dimulai.
"Kami mendapatkan laporan sekitar jam 14.00 WIB. Mereka datang dengan mengendarai sepeda motor. Tapi kok di luar sepi, aneh. Kami curiga dan saat dicek ada suara dialog di dalam," ungkap Budi.
Melihat kejadian aneh tersebut, Budi dan warga lainnya segera melaporkan ke Polsek Jatinom. Sekitar pukul 17.00 WIB aparat dan warga menggerebek rumah tersebut.
"Di TKP kami dapati 10 anak, 7 laki-laki dan 3 perempuan. Terus anak-anak dibawa polisi," ucapnya.
Perbuatan bejat para tersangka, selain dipicu oleh tontonan film porno, juga diperparah oleh adanya minuman keras (miras).
"Saya melihat ada botol miras tapi jenis apa saya enggak tahu karena botolnya bodongan dan dibungkus," ujar Budi.
Budi menjelaskan dari 10 anak yang ada di dalam rumah, dua di antaranya adalah perempuan yang berusia setara siswa SMP. Kedua ABG tersebut, kata dia berperan untuk membawa korban ke dalam rumah.
"Hubungan korban dengan dua ABG perempuan itu seperti pertemanan karena saling kenal. Mereka yang menjemput korban ke rumah kosong," jelas Budi.
Budi menambahkan, saat penggerebekan oleh warga dan Polsek Jatinom, para pelaku sempat tak menyadari. Mereka mengira yang datang adalah teman-teman yang menyusul.
"Saat kita mengetok pintu mereka tidak mengira kalau mau digerebek. Mereka masih sempat melakukan pemerkosaan, tapi ada yang langsung memakai pakaian. Kami lihat korban masih tidak mengenakan pakaian bagian bawah," bebernya.
Tangis pilu siswi SD di Klaten digilir 7 ABG
Reporter : Desi Aditia Ningrum | Selasa, 17 Mei 2016 05:00
Tangis pilu siswi SD di Klaten digilir 7 ABG
Ilustrasi Pelecehan Seksual. ©2014 Merdeka.com
Merdeka.com - Kepada Budi, korban mengaku tidak tahu jika kejadiannya seperti itu. Bahkan korban sempat beberapa kali menangis. Korban juga mengaku sebelum kejadian tersebut dia dijemput dua teman putrinya menuju ke rumah yang ditinggalkan pemiliknya hari Minggu lalu.
"Dia mengatakan pada saya kalau tidak tahu akan diperlakukan seperti itu, dipaksa katanya. Beberapa kali menangis, ia merasa dijebak oleh dua temannya," ucapnya.
Budi menegaskan, atas kejadian tersebut warga pun marah. Mereka bahkan melarang para pelaku kembali ke desa tersebut. Tak hanya itu, mereka juga menuntut para orang tua pelaku untuk meminta maaf secara terbuka.
"Perbuatan mereka sudah mencoreng desa kami. Mereka harus minta maaf. Kami melarang mereka untuk kembali ke sini," tegas Budi.
Dari tujuh ABG, enam orang ditetapkan sebagai tersangka. Mereka adalah, S (17), MHN (15), RG (17) seorang pelajar, YS (17) EGA (17) pelajar dan RIA (15) pelajar.
"Dari enam tersangka ini, ada yang masih pelajar dan ada yang sudah tidak bersekolah. Jadi tiga pelajar tiga pengangguran," kata Kasat Reskrim Polres Klaten, AKP Farial Ginting, kepada wartawan, Minggu (15/5).
Polisi juga menyita sejumlah barang bukti berupa sprei yang terdapat sperma, pakaian korban, pakaian pelaku dan sarana komunikasi dan botol minuman keras.
"Dua perempuan yang ada di sana adalah teman pelaku dan teman korban, jadi mereka saling mengenal. Mereka bukan termasuk tersangka. Mereka hanya mengajak ke rumah dan menjanjikan untuk jalan-jalan," bebernya.
Akibat perbuatan tersebut mereka akan dijerat dengan Pasal 81 UU PA dengan ancaman hukuman maksimal 15 tahun penjara.
Reporter : Desi Aditia Ningrum | Selasa, 17 Mei 2016 05:00

Ilustrasi Pelecehan Seksual. ©2014 Merdeka.com
Merdeka.com - Pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur semakin mengkhawatirkan. Setiap harinya ada saja kasus pencabulan atau pemerkosaan terhadap anak.
Baru-baru ini, kasus tersebut terjadi di Klaten, Jawa Tengah. Siswi kelas IV SD tersebut dirudapaksa di sebuah rumah kosong, Dukuh Sribitan RT 19 RW 07, Desa Puluhan, Kecamatan Jatinom, Klaten.
Kasat Reskrim Polres Klaten, AKP Farial Ginting menjelaskan, pada hari Rabu (11/5) sekitar jam 15.00 WIB korban dijemput oleh temannya untuk ketemu teman lainnya (pelaku) di sebuah rumah di Jatinom. Kemudian korban masuk ke rumah ngobrol bersama temannya. Saat itulah tersangka menarik korban ke dalam kamar hingga terjadi persetubuhan secara bergilir oleh empat tersangka.
"Keempat tersangka mengakui telah melakukan persetubuhan dengan korban anak di bawah umur. Motifnya, ya sepertinya sudah ada hasrat dan sudah direncanakan. Kita temukan juga miras saat patroli," ujar Farial.
Sementara ketua RT 19 RW 07 Desa Puluhan, Budi mengaku telah mencurigai gerak-gerik para pelaku. Mereka yang masih seumuran siswa SMP berkumpul di sebuah rumah sejak Selasa (10/5) siang. Pada Rabu (11/5), lanjut dia, pergerakan anak-anak dimulai.
"Kami mendapatkan laporan sekitar jam 14.00 WIB. Mereka datang dengan mengendarai sepeda motor. Tapi kok di luar sepi, aneh. Kami curiga dan saat dicek ada suara dialog di dalam," ungkap Budi.
Melihat kejadian aneh tersebut, Budi dan warga lainnya segera melaporkan ke Polsek Jatinom. Sekitar pukul 17.00 WIB aparat dan warga menggerebek rumah tersebut.
"Di TKP kami dapati 10 anak, 7 laki-laki dan 3 perempuan. Terus anak-anak dibawa polisi," ucapnya.
Perbuatan bejat para tersangka, selain dipicu oleh tontonan film porno, juga diperparah oleh adanya minuman keras (miras).
"Saya melihat ada botol miras tapi jenis apa saya enggak tahu karena botolnya bodongan dan dibungkus," ujar Budi.
Budi menjelaskan dari 10 anak yang ada di dalam rumah, dua di antaranya adalah perempuan yang berusia setara siswa SMP. Kedua ABG tersebut, kata dia berperan untuk membawa korban ke dalam rumah.
"Hubungan korban dengan dua ABG perempuan itu seperti pertemanan karena saling kenal. Mereka yang menjemput korban ke rumah kosong," jelas Budi.
Budi menambahkan, saat penggerebekan oleh warga dan Polsek Jatinom, para pelaku sempat tak menyadari. Mereka mengira yang datang adalah teman-teman yang menyusul.
"Saat kita mengetok pintu mereka tidak mengira kalau mau digerebek. Mereka masih sempat melakukan pemerkosaan, tapi ada yang langsung memakai pakaian. Kami lihat korban masih tidak mengenakan pakaian bagian bawah," bebernya.
Tangis pilu siswi SD di Klaten digilir 7 ABG
Reporter : Desi Aditia Ningrum | Selasa, 17 Mei 2016 05:00
Tangis pilu siswi SD di Klaten digilir 7 ABG
Ilustrasi Pelecehan Seksual. ©2014 Merdeka.com
Merdeka.com - Kepada Budi, korban mengaku tidak tahu jika kejadiannya seperti itu. Bahkan korban sempat beberapa kali menangis. Korban juga mengaku sebelum kejadian tersebut dia dijemput dua teman putrinya menuju ke rumah yang ditinggalkan pemiliknya hari Minggu lalu.
"Dia mengatakan pada saya kalau tidak tahu akan diperlakukan seperti itu, dipaksa katanya. Beberapa kali menangis, ia merasa dijebak oleh dua temannya," ucapnya.
Budi menegaskan, atas kejadian tersebut warga pun marah. Mereka bahkan melarang para pelaku kembali ke desa tersebut. Tak hanya itu, mereka juga menuntut para orang tua pelaku untuk meminta maaf secara terbuka.
"Perbuatan mereka sudah mencoreng desa kami. Mereka harus minta maaf. Kami melarang mereka untuk kembali ke sini," tegas Budi.
Dari tujuh ABG, enam orang ditetapkan sebagai tersangka. Mereka adalah, S (17), MHN (15), RG (17) seorang pelajar, YS (17) EGA (17) pelajar dan RIA (15) pelajar.
"Dari enam tersangka ini, ada yang masih pelajar dan ada yang sudah tidak bersekolah. Jadi tiga pelajar tiga pengangguran," kata Kasat Reskrim Polres Klaten, AKP Farial Ginting, kepada wartawan, Minggu (15/5).
Polisi juga menyita sejumlah barang bukti berupa sprei yang terdapat sperma, pakaian korban, pakaian pelaku dan sarana komunikasi dan botol minuman keras.
"Dua perempuan yang ada di sana adalah teman pelaku dan teman korban, jadi mereka saling mengenal. Mereka bukan termasuk tersangka. Mereka hanya mengajak ke rumah dan menjanjikan untuk jalan-jalan," bebernya.
Akibat perbuatan tersebut mereka akan dijerat dengan Pasal 81 UU PA dengan ancaman hukuman maksimal 15 tahun penjara.
http://www.merdeka.com/peristiwa/tan...litnews-2.html
Kenapa banyak Pedo berkeliaran di negri ini





0
6.3K
Kutip
28
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan