Sebelum membaca thread ini ane bakal ngasih satu pertanyaan buat agan.
Agan lebih senang mana?
Quote:
Ngedenger Leicester City juara Liga Inggris?
Quote:
Atau ngedenger Bayern Muenchen juara Bundesliga?
Kayaknya sebagian besar dari agan pasti lebih senang denger berita yang pertama, kan? Yah… kecuali agan emang fansnya Bayern Muenchen.
Nah, masalah itulah yang ingin ane bahas kali ini.
Mengapa lebih banyak orang yang senang mendengar tim kecil juara ketimbang tim besar?
Dan, bagaimana kaitannya dengan hidup ini?
Quote:
Namanya parabel gan. Parabel ini bukan temennya temon. Bukan juga jenis bahan furniture. Parabel adalah cerita perumpamaan yang tugasnya itu untuk menyampaikan sebuah kebenaran umum, moral atau agama.
Mari gan langsung kita simak!
Quote:
Hazard nyetak gol penyeimbang ke gawang Totenham. Gol itu adalah gol yang sangat penting. Sebab itulah pemicu Leicester City meraih gelar juara Premier League mereka yg pertama.
Euforia nggak dirasakan oleh Jamie Vardy dkk saja. Selain orang-orang dari kota Leicester, fans-fans karbitan juga banyak bermunculan. Mereka yg awalnya nggak begitu menaruh perhatian pada Leicester. Kini berlomba-lomba membeli segala pernak-pernik yg berhubungan dengan Leicester City. Bahkan suatu portal berita Indonesia berusaha mencari kaitan antara tim kecil ini dengan sepakbola Indonesia.
Quote:
Tapi, gan, tapi… kenapa sewaktu Barcelona yang juara La Liga, sewaktu Bayern Muenchen juara Bundesliga, atau sewaktu Juventus juara Serie-A euforianya nggak sebesar itu? Atau sewaktu tim-tim besar itu juara liga Champion kenapa yg seneng cuman fans mereka? Sementara sewaktu Porto juara liga Champion semuanya heboh?
Juga di piala Eropa, sewaktu Spanyol yang juara berturut-turut, palingan yang senang banget itu cuman fansnya doang? Tapi waktu Yunani yg juara hebohnya kebangetan?
Memang, sih fans tim-tim besar itu jumlahnya jauh lebih banyak dari fans tim kecil yg murni. Tapi gimana kalo fans tim-tim lain bergabung mendukung fans dari sebuah tim kecil itu? Wah, pasti yg tim besar kalah jumlah.
Terus apa dong kaitannya dengan kehidupan ini?
Oke. Kaitannya sebenarnya simpel.
Quote:
Anggap aja, nih di suatu desa ada tiga anak yg bernama Lontong, Lontang, sama Lontung.
Lontong berasal dari keluarga kaya, dan dia pinter.
Lontang berasal dari keluarga menengah, dan dia pinter.
Lontung berasal dari keluarga miskin, dan dia juga pinter.
Di sekolah mereka belajar di kelas yang sama. Mereka bersaing setiap tahun untuk meraih juara pertama.
Jujur aja gan, agan pasti berharap yg jadi juara si Lontung, kan? Anak yg paling miskin dari ketiganya.
Lalu untuk juara dua agan pasti berharap si Lontang. Dan si Lontong untuk juara ketiga.
Bener gak?
Quote:
Kalau, nih seandainya si Lontong/Lontang yang juara pertama, agan pasti nggak akan merasa sesenang ketika si Lontung juara. Bener lagi gak?
Quote:
Terus bayangin mereka udah kerja, nih. Ketiga-tiganya berhasil meraih mimpi mereka. Tapi agan pasti akan lebih menaruh perhatian ke si Lontung, kan? Iya, kan?
Wajar aja, sih gan. Prinsipnya begini.
Lontung anak paling miskin. Untuk meraih kesuksesan dia perlu usaha yg paling besar ketimbang kedua temannya.
Quote:
Sekali lagi itu wajar. Tapi, nggak bener juga begitu. Senang melihat org miskin yg sukses bukan berarti agan boleh membenci org kaya atau org menengah yg sukses.“Dia kan emang udah kaya dari lahir, wajarlah kalo sukses!” atau “Dia kan dari keluarga berkecukupan. Kalau sukses juga nggak aneh!”
Akhirnya yang seneng ngelihat org kaya dan org dari keluarga menengah yg sukses palingan cuman yg emang suka sama mereka. Sementara org-org yg lain bakalan lebih seneng ngedenger atau ngebaca kisah tentang org miskin yg sukses. Salah satu contohnya adalah buku Laskar Pelangi. Coba seandainya di sana tokohnya berkecukupan atau kaya raya, yg beli pasti nggak akan sebanyak kalo tokohnya diceritakan miskin. Setuju, gak?
Quote:
Padahal, nih gan anak yg lahir dari keluarga kaya atau menengah juga pasti punya hambatan buat meraih kesuksesan mereka. Coba aja bayangin kalo org kaya itu cuman memanfaatkan kekayaan bapak mamaknya, pasti mereka nggak akan kaya. Begitu juga org yng berasal dri keluarga menengah. Coba bayangin kalo dia terus-terusan kejebak zona nyamannya dan nggak pernah mau berusaha? Dia juga nggak bisa sukses.
Pada dasarnya setiap manusia itu punya kesempatan untuk jadi sukses. Semua org bisa meraih impian mereka kalo emang mau berusaha dan nggak keburu nyerah. Mungkin cerita tentang org kaya atau menengah yg sukses emang kurang menarik bagi sebagian org, tapi bukan berarti kita tak menghargai usaha mereka buat meraih kesuksesan.
Sekali lagi mereka juga punya hambatan. Hanya saja dalam bentuk yg berbeda dengan org yg terlahir di keluarga miskin. Nah, kalo kita seandainya kurang menyukai org kaya dan org menengah yg sukses padahal mereka sebelumnya udah usaha, itu bukannya sama saja dengan kita menghina si miskin yg dulunya belum sukses? Kita hanya memuja kelompok-kelompok tertentu dan membenci kelompok lainnya, bukannya itu salah gan?
Quote:
Simpulan :
Itu semua kehendak Tuhan gan. Kita nggak bisa memilih dimana kita lahir. Tapi kita bisa memilih bakal gimana jalan hidup kita nanti. Akan bagaimana hambatan yg kita temui nanti, itu tergantung dari nasib kita sendiri. yang jelas Tuhan telah menyiapkan sebuah jalan yg paling baik buat kita, jalan yg selama ini kita impi-impikan, dan tugas kita adalah mengikuti jalan itu. Terus melangkah, jangan menyerah!
Quote:
Sumber : Pemikiran sendiri. Ane hanya berargumen gan, kalo nggak suka yaudah. kalo stuju ya oke.
Quote:
Sekian gan. Semoga thread ini dapat menginspirasi!
Quote:
Kalau agan berkenan, bolah ngasih ane
atau
. Atau rekomen HT juga boleh gan