- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita Luar Negeri
FIX! Syiah Iran TAK BISA Naik Haji Tahun Ini


TS
bottle17oz
FIX! Syiah Iran TAK BISA Naik Haji Tahun Ini
Arab Saudi Bersikap Dingin, Jemaah Iran Tak Bisa Naik Haji Tahun Ini
detik
Jemaah Iran Terancam Batal Haji Akibat Konflik dengan Arab Saudi
metro
detik
Quote:
Teheran, - Para jemaah haji Iran harus menelan kekecewaan. Tahun ini mereka tak bisa menunaikan ibadah haji ke Arab Saudi.
Hal ini dikarenakan pemerintah Iran gagal mencapai kesepakatan dengan Saudi mengenai pengaturan jemaah hajinya untuk musim haji yang akan digelar September mendatang. Menteri Kebudayaan Iran Ali Jannati menyampaikan hal tersebut kepada kantor berita resmi Iran, IRNA hari ini.
Bulan lalu, delegasi Iran telah melakukan pembicaraan selama empat hari di Saudi guna mencapai kesepakatan soal haji. Namun dengan ditutupnya misi diplomatik Saudi di Irak sejak Januari lalu, dan dihentikannya penerbangan maskapai Iran ke Saudi, pembicaraan itu pun menemui jalan buntu.
"Sabotase ini berasal dari Saudi," cetus Jannati kepada IRNA seperti dilansir media AFP, Kamis (12/5/2016). "Sikap mereka dingin dan tidak semestinya. Mereka tidak menerima usulan-usulan kami mengenai penerbitan visa ataupun transportasi dan keamanan jemaah haji," imbuhnya.
"Pejabat-pejabat Saudi mengatakan bahwa jamaah kami harus pergi ke negara lain untuk membuat aplikasi visa mereka," cetus pejabat tinggi Iran itu.
Pemerintah Iran bersikeras agar Saudi mengeluarkan visa lewat kedutaan Swiss di Teheran, Iran. Kedutaan Swiss memang telah menangani kepentingan Saudi sejak pemerintah Riyadh memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran pada Januari lalu, menyusul penyerbuan para demonstran Iran ke misi-misi diplomatiknya. Penyerbuan massa tersebut sebagai luapan kemarahan atas eksekusi mati yang dilakukan otoritas Saudi terhadap seorang ulama Syiah terkemuka.
Hubungan Iran dan Saudi juga telah dilanda ketegangan sejak tragedi Mina tahun lalu, yang menewaskan ribuan jamaah haji asing, termasuk 464 jamaah asal Iran.
Hal ini dikarenakan pemerintah Iran gagal mencapai kesepakatan dengan Saudi mengenai pengaturan jemaah hajinya untuk musim haji yang akan digelar September mendatang. Menteri Kebudayaan Iran Ali Jannati menyampaikan hal tersebut kepada kantor berita resmi Iran, IRNA hari ini.
Bulan lalu, delegasi Iran telah melakukan pembicaraan selama empat hari di Saudi guna mencapai kesepakatan soal haji. Namun dengan ditutupnya misi diplomatik Saudi di Irak sejak Januari lalu, dan dihentikannya penerbangan maskapai Iran ke Saudi, pembicaraan itu pun menemui jalan buntu.
"Sabotase ini berasal dari Saudi," cetus Jannati kepada IRNA seperti dilansir media AFP, Kamis (12/5/2016). "Sikap mereka dingin dan tidak semestinya. Mereka tidak menerima usulan-usulan kami mengenai penerbitan visa ataupun transportasi dan keamanan jemaah haji," imbuhnya.
"Pejabat-pejabat Saudi mengatakan bahwa jamaah kami harus pergi ke negara lain untuk membuat aplikasi visa mereka," cetus pejabat tinggi Iran itu.
Pemerintah Iran bersikeras agar Saudi mengeluarkan visa lewat kedutaan Swiss di Teheran, Iran. Kedutaan Swiss memang telah menangani kepentingan Saudi sejak pemerintah Riyadh memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran pada Januari lalu, menyusul penyerbuan para demonstran Iran ke misi-misi diplomatiknya. Penyerbuan massa tersebut sebagai luapan kemarahan atas eksekusi mati yang dilakukan otoritas Saudi terhadap seorang ulama Syiah terkemuka.
Hubungan Iran dan Saudi juga telah dilanda ketegangan sejak tragedi Mina tahun lalu, yang menewaskan ribuan jamaah haji asing, termasuk 464 jamaah asal Iran.
Jemaah Iran Terancam Batal Haji Akibat Konflik dengan Arab Saudi
metro
Quote:
Metrotvnews.com, Teheran: Musim haji tahun ini diperkirakan tidak akan diikuti oleh jemaah Iran. Negeri Paramullah menuduh Arab Saudi melakukan sabotase pengaturan haji untuk jemaah Iran.
Kondisi ini dipicu oleh ketegangan diplomatik yang dialami oleh kedua negara. Selain itu, insiden di terowongan Mina tahun lalu juga menjadi alasan.
Delegasi dari Teheran melakukan pertemuan selama empat hari pada April lalu, untuk membahas urusan haji ini. Mereka bermaksud untuk mengatur kesepakatan agar warga Iran pergi ke Mekkah, melaksanakan ibadah haji pada September mendatang.
Ini adalah dialog pertama antara dua negara berpengaruh di Timur Tengah itu, setelah hubungan keduanya memburuk pada Januari lalu. Tetapi karena misi diplomatik Arab Saudi di Iran masih ditutup, pembicaraan pun berakhir buntu.
"Pengaturan tidak bisa dibahas secara bersama dan saat ini sudah terlambat," ujar Menteri Budaya Iran Ali Jannati, kepada Kantor Berita IRNA, seperti dikutip AFP, Jumat (12/5/2016).
"Sabotase datang dari pihak Arab Saudi," lanjutnya.
"Sikap mereka sangat dingin dan tidak pantas. Mereka tidak menerima proposal kami terkait pengajuan visa ataupun transportasi dan keamanan dari para jemaah haji," pungkas Jannati.
Jannati menyebutkan, pihak Arab Saudi mengharuskan jemaah Iran harus mengajukan visa ke negara lain demi masuk ke Mekkah.
Iran menginginkan Arab Saudi mengeluarkan visa melalui negaranya lewat Kedutaan Swiss di Teheran. Sejak penyerangan Kedutaan Arab Saudi di Teheran, Januari lalu, Kedutaan Swiss yang mengurus kebutuhan Arab Saudi di Iran.
Sementara Kepala Urusan Haji Iran Said Ohadi mengatakan, Arab Saudi menolak untuk mencabut larangan terbang bagi maskapai Iran yang ditugaskan untuk mengangkut jemaah haji.
Masalah keamanan menjadi salah satu alasan Arab Saudi bagi nasib jemaah Iran. 464 jemaah Iran tewas ketika terjadi peristiwa terhimpitnya jemaah haji di terowongan Mina. Insiden itu dilaporkan menewaskan 2.000 jemaah asing.
Hubungan Iran dan Arab Saudi tidak hanya memanas karena isu haji. Kedua negara juga terlibat konflik karena konflik regional, terutama keterlibatan keduanya dalam masalah di Yaman dan Suriah.
"Sayangnya di Arab Saudi memiliki pandangan politik yang tidak bersahabat terhadap Iran," jelas Ohadi.
Arab Saudi dan Negara Teluk lainnya menjadi pendukung dari pemberontak Suriah yang berupanya melengserkan Presiden Bashar Al-Assad dari kekuasaan. Sementara Iran bersama Rusia, mendukung Assad dalam konflik yang sudah menewaskan 270 ribu jiwa itu.
Tidak hanya itu, Arab Saudi juga memimpin koalisi yang mendukung perlawanan Pemerintah Yaman. Mereka melawan pemberontak Houthi yang didukung oleh Iran.
Kondisi ini dipicu oleh ketegangan diplomatik yang dialami oleh kedua negara. Selain itu, insiden di terowongan Mina tahun lalu juga menjadi alasan.
Delegasi dari Teheran melakukan pertemuan selama empat hari pada April lalu, untuk membahas urusan haji ini. Mereka bermaksud untuk mengatur kesepakatan agar warga Iran pergi ke Mekkah, melaksanakan ibadah haji pada September mendatang.
Ini adalah dialog pertama antara dua negara berpengaruh di Timur Tengah itu, setelah hubungan keduanya memburuk pada Januari lalu. Tetapi karena misi diplomatik Arab Saudi di Iran masih ditutup, pembicaraan pun berakhir buntu.
"Pengaturan tidak bisa dibahas secara bersama dan saat ini sudah terlambat," ujar Menteri Budaya Iran Ali Jannati, kepada Kantor Berita IRNA, seperti dikutip AFP, Jumat (12/5/2016).
"Sabotase datang dari pihak Arab Saudi," lanjutnya.
"Sikap mereka sangat dingin dan tidak pantas. Mereka tidak menerima proposal kami terkait pengajuan visa ataupun transportasi dan keamanan dari para jemaah haji," pungkas Jannati.
Jannati menyebutkan, pihak Arab Saudi mengharuskan jemaah Iran harus mengajukan visa ke negara lain demi masuk ke Mekkah.
Iran menginginkan Arab Saudi mengeluarkan visa melalui negaranya lewat Kedutaan Swiss di Teheran. Sejak penyerangan Kedutaan Arab Saudi di Teheran, Januari lalu, Kedutaan Swiss yang mengurus kebutuhan Arab Saudi di Iran.
Sementara Kepala Urusan Haji Iran Said Ohadi mengatakan, Arab Saudi menolak untuk mencabut larangan terbang bagi maskapai Iran yang ditugaskan untuk mengangkut jemaah haji.
Masalah keamanan menjadi salah satu alasan Arab Saudi bagi nasib jemaah Iran. 464 jemaah Iran tewas ketika terjadi peristiwa terhimpitnya jemaah haji di terowongan Mina. Insiden itu dilaporkan menewaskan 2.000 jemaah asing.
Hubungan Iran dan Arab Saudi tidak hanya memanas karena isu haji. Kedua negara juga terlibat konflik karena konflik regional, terutama keterlibatan keduanya dalam masalah di Yaman dan Suriah.
"Sayangnya di Arab Saudi memiliki pandangan politik yang tidak bersahabat terhadap Iran," jelas Ohadi.
Arab Saudi dan Negara Teluk lainnya menjadi pendukung dari pemberontak Suriah yang berupanya melengserkan Presiden Bashar Al-Assad dari kekuasaan. Sementara Iran bersama Rusia, mendukung Assad dalam konflik yang sudah menewaskan 270 ribu jiwa itu.
Tidak hanya itu, Arab Saudi juga memimpin koalisi yang mendukung perlawanan Pemerintah Yaman. Mereka melawan pemberontak Houthi yang didukung oleh Iran.




anasabila dan sebelahblog memberi reputasi
2
2.5K
Kutip
12
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan