Introvert, mungkin dari kalian semua udah ga asing sama kata ini. Iya aku bisa dibilang seorang introvert, ketika banyak dr temenku yang kumpul dan ngobrol ngalor ngidul aku lebih memilih sendirian. Introvert bukan penyakit bukan juga kelainan atau pemalu. Kadang menjadi introvert diperlukan karena ada beberapa tipe orang introvert, orang yang serius di tengah keadaan yang tenang, ada yang telihat acuh tak acuh di keadaan yang tegang. Tapi ada beberapa keunikan orang introvert karena terkadang orang-orang introvert bisa menganalisa keadaan sekitar dan sering memperhatikan sekitarnya.
Di SFTH ini aku pengen
curhataja apa yang aku alami selama ini, dari masa-masa aku dibully, dikucilkan, masalah percintaan (walaupun kurang romantis), dan masalah persahabatan. Dalam certa ini tidak berniat menyinggung perasaan orang lain

. Semua nama saya samarkan sebisa mungkin jadi kesamaan nama dan karakter bukan kesengajaan, dan setiap percakapan aslinya dalam bahasa jawa tapi langsung saya translate dalam bahasa Indonesia saja karena capek nulis double

.
Selamat membaca ceritaku agan dan aganwati sekalian. Jika, memang kurang berkenan mohon masukan dari agan dan agan wati sekalian. Aku sangat menerima kritikan dari agan dan aganwati sekalian.
PART 1 : KARENA AKU ANAK CENGENG
Quote:
Perkenalkan namaku Toni dan sering dipanggil ‘kodok’ ini bukan kerna mirip kodok atau hidup di dua alam ya karena di panggil ‘kodok’ aja. Aku asli dari Kota Gudeg a.k.a Yogyakarta dan lahir bukan dari keluarga yang kaya bin tajir tapi dari keluarga yang sederhana. aku lahir sbagai anak pertama dari 2 bersaudara dan adikku bernama Hadi kalau sama teman-temannya sih dia sering dipanggil ‘Gembus’, iya gembus bukan karena dia mirip gembus atau masih sodaraan sama tahu dan tempe tapi ya cuman dipanggil gembus dan aku lahir dari ayah dan ibu yang baik dan pengertian. Ceritaku aku mulai dari SD karena ingatanku tidak terlalu bagus (Maklum dah mulai tua).
Pada saat itu umurku 8 tahun dan sekolah di salah satu SD Swasta di Jogja. Saat itu badanku gempal alias gendut (sekarang juga masih sama hahahaha…) tapi cukup bikin gemes karena pipi tembemnya. Ketika berangkat sekolah pagi-pagi bapak selalu sudah siap dengan sepeda ‘Federal’ yang ditambah tempat duduk boncengan di belakangnya untuk mengantarku ke sekolah, dan saat-saat itu aku sangat kangen ketika bonceng bapak di belakang dan telingaku aku tempelkan di punggung bapak aku mendengar suara nafas dan detak jantungnya. Aku dulu sangat cengeng dan sering kali di Bully, dan aku ngalah-ngalah aja di Bully gitu lalu akhirnya cuman nangis dan ngadu ke orang tua.
Sejak kelas 2 aku juga kadang suka menyendiri dan jarang sekali maen sama temen-temen sepantaran. Suatu saat pas sedang ada acara di sekolah. Keadaan sangat ramai di koridor sekolah dan tiba-tiba ga sengaja aku nyenggol kakak kelas 4 yang namanya okta (cowok) lalu dia narik aku dengan kasar ke dalam kelas yang saat itu emang lagi sepi karena semuanya pada kumpul di lapangan buat acara.
Quote:
“berani banget km nyenggol aku” bilang okta sambil tarik kerah bajuku dan melotot.
“m…ma…maaf ga sengaja mas” jawabku sambil ketakutan dan hamper nangis.
“siapa kamu berani banget sama aku, pengen kamu tak tonjok ?” balas okta sambil mengepalkan tangannya yang besar untuk ukuran anak SD.
“maaf mas … beneran ga sengaja aku mas” jawabku.
“mau aku maafin ? sekarang kamu harus nurutin setiap permintaanku dan jadi bawahanku” sambil ngelepas tangannya dari kerah baju dan dengan wajah yang sok-nya dia.
Bodonya aku malah jawab.
“iya … mas aku jadi bawahanmu”
Semenjak kejadian itu saat kelas 2 SD aku jadi babunya Okta pas di sekolah doang tapi. Suruh beli ini dan itu gw nurut sampe-sampe ketika itu aku disuruh beli makanan dengan uangku yang dulu uang saku cuman Rp. 800 (udah dapat es teh dan snack kecil-kecilan) hanya buat dia, padahal dia anak orang tajir.
Semakin lama sika si Okta makin menggila. Setelah kenaikan kelas 3 aku makin di tekan sama dia, dan seolah-olah aku seperti babunya yang harus nurut sama majikan dan ga boleh salah atau bantah.
Saat itu perjalanan pulang sekolah dan kita balik bareng naek sepedanya dan suruh aku buat boncengin dia. Padahal badan dia lebih gede dari badanku. Aku cuman ngikut aja apa yang dia mau, akhirnya saat pulang naek sepeda yang jalan ke rumah cuman ga ada 1 kilo malah jadi muter-muter ga jelas ngelewatin gang-gang kecil.
Tiba-tiba ada bulldog kalo ga salah tiba-tiba kejar kita berdua. Secara Reflek aku langsung loncat dan lari sambil ninggal sepeda dan si Okta. Setelah cukup jauh dan Bulldognya ga ngejar lagi lalu Okta tiba-tiba jitak aku sambil bentak-bentak.
Quote:
“heh ! sepedaku mana ?!” bentak okta
“ketinggalan disana mas” jawabku dengan polos.
“ambil sana ! gak mau tau aku harus di ambil !”
(Catatan : Dari kecil aku takut banget sama binatang yang namanya Anjing)
“ga mau …. Ada guk guk mas” sambil nolak-nolak.
“AMBIL GA?!” makin keras suara si okta.
Dengan terpaksa aku harus . . . . .
BERSAMBUNG.