Manusia membutuhkan harta untuk menanggung kebutuhan hidupnya, bahkan ibadah-ibadah seperti haji, harta, sedekah harus menggunakan harta. Mendirikan masjid, rumah sakit, sekolah dan lain-lain juga membutuhkan harta, karena besarnya peran harta kepada kehidupan manusia, maka kebanyakan dari aktivitas manusia berkisar pada soal harta atau ekonomi. Pendidikan dan keterampilan disalurkan ke arah ekonomi. Keberhasilan atau kegagalan dinilai melalui faktor ekonomi. Perhatian manusia selalu tertuju kepada soal ekonomi atau harta dalam membuat keputusan, apa juga awalnya yang dituju adalah bagaimana mendapatkan harta yang mudah dan berlimpah, dan seakan manusia terseret ke satu titik kepahaman, kalau punya harta banyak dan tak habis, maka apa juga bisa dilakukan, kepahaman itu tertanam perlahan dengan pasti atau sengaja ditanam oleh keluarga atau lingkungan sehingga membentuk karakter seseorang, membentuk opini dan tujuan hidup seseorang, harta itulah sebenarnya tujuan hidup... harta itulah segalanya.
Bila harta sudah mengakar dalam jiwa seseorang manusia akan menjual martabat dirinya karena harta. Orang miskin sanggup diperbudak oleh orang kaya karena harta. Perempuan nekad menjual dirinya karena harta, Orang kaya sanggup melakukan korupsi dan penganiayaan karena harta. Properti menjadi raja menguasai jiwa raga manusia. Segala sesuatu dinilai dengan harta. Persahabatan harus dibeli dengan harta. Kesetiaan juga harus dibayar dengan harta. Semua harta, harta, dan harta.