Diawali dari seorang kawan lama yangmengajakku untuk kucingan–makan nasi kucing–satu hari setelah hari perpisahan selesai. Dua sate usus, dua tempe goreng yang lalu dibakar, dan satu gelas teh hangat cukup membuat percakapan kami semakin hanyut dalam canda dan tawa.

Seperti biasa guyonan timbal balas kami lontarkan dengan sesekali memukul tanda gemas kami layangkan.Kami bukan gay, kami hanya seorang kawan karena perasaan senasiblah yang membuat kami semakin akrab. Malam semakin larut, obrolan yang awalnya hanya haha hehe sekarang berubah menjadi obrolan huhu huhu penuh haru.

Diawali dari ceritaku yang begitu patah hatinya ditinggal seorang yang benar benar kucintai jatuh dipelukkan orang lain. Benar benar tidak bisa diterima. Tapi bukan ceritaku kali ini fokusnya, cerita kawanku lah inti sarinya.

Cerita dimulai dulu sekali saat kami masih belum tumbuh jakun ditenggorokan atau kumis yang bertaburan menjijikan. Dia bercerita tentang betapa dia sangat mencintai seseorang, seseorang yang begitu spesial baginya. Kata orang cinta diusia segitu dinamai cinta monyet. Aku pun ikut mengiyakan apa kata orang, tapi bahkan Venom yang terkenal jahatpun didunia lain malah menjadi seorang pahlawan pembasmi kejahatan. Sungguh tidak nyambung.

Entah kenapa setelah 4 tahun tidak mendapatkan hatinya temanku masih saja mencintai wanita itu. Jelas sekali bukan cinta monyetseperti kata orang bukan.

Sayang penantiannya selama itu tidak terbalaskan dengan baik. Wanita pujaan hatinya malah punya pujaan hati lainyang sialnya malah sudah berpacaran sejak temanku menyukainya, setahuku sampai sate usus ini kuhabiskan mereka masih berpacaran. Lama jelas.

Ceritanya mulai mengenaskan saat dia bercerita suatu momen dia bisa memegang tangan pujaan hatinya.“Hmm.. lembut”. Katanya, atau saat dia bisa bertemu empat mata “Cantik kalau bertemu langsung”. Katanya. Begitu mengenaskan dan ironi sekali, karena mendapati fakta bahwa pacarnya yang sekarang ini benar benar tidak secinta temanku. Pacarnya yang terkenal suka selingkuh, perusak dan segala keburukannya benar benar berbanding terbalik dengan temanku yang tulus mencintainya dari pantat eh maksudku dari hati.

Tapi kenapa, kenapa cinta tidak pernah adil. Temanku yang tulus itu tak pernah mendapatkan cinta balik dari pujaan hatinya. Padahal jika diadu temanku tidak kalah kok, bisa dibilang sebelas dua belas. Tapi kenapa mereka tidak pernah saling cinta, hanya bisa cinta satu arah saja yang pastinya diberikan temanku. Sungguh ironi.

Glup. Tegukan teh hangat menandai berakhirnya cerita haru temanku. Sate ususku sudah habis sejak lama tadi, tempe gorengnya kusisakan sedikit agar bisa dimakan kecoak kecoakyang dari tadi berlalu lalang dan teh hangatku? Kusisakan untuk ending.

Apa tuhan benar benar adil tentang masalah percintaan?Kalau iya kenapa temannku sengenes itu ya. Aku tidak merokok, jadi sekarang tanpa sate usus otakku tidak dapat berpikir sehat, tapi aku akan berusaha mengingat ingat lagi.

Bukankah selama menunggu pujaan hatinya itu temanku juga sering digoda wanita lain yang jika diadu tidak kalah dengan pujaan hatinya, sebelas dua belas kalau kataku. Tapi selama ini, kenapa oh kenapa dia tidak pernah membalas cinta mereka? Sekalinya membalas dia tidak pernah sepenuh hati. Hanya main main katanya.

Jadi jika dirunut lagi, apa tuhan benar benar adil tentang masalah percintaan? Aku akan menjawab“TIDAK…. Kenapa teh hangatku sudah habis, padahal aku masih ingin menikmati rasa manis sakarin”.

Yah, karena teh hangatku sudah habis, ini pasti sudah menuju ending. Sebelum benar benar hilang rasa manis di tenggorokan hilang akan kutanyakan kepadamu kawan, apa tuhan benar benar adil tentang masalah percintaan?