- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Bocah Yatim Piatu Ini Terpaksa Tak Sekolah karena Jualan Sayur Keliling Kampung


TS
jokohadiningrat
Bocah Yatim Piatu Ini Terpaksa Tak Sekolah karena Jualan Sayur Keliling Kampung

Quote:
POLEWALIMANDAR, KOMPAS.com - Kehilangan kedua orang tua, yang menjadi panutan dan tumpuan harapan sejak kecil, memaksa lima bocah yatim piatu di Polewali Mandar, Sulawesi Barat ini harus berjuang sendiri menghidupi diri mereka.
Julia dan ardilla, dua dari lima bocah malang ini, bahkan kerap tak bersekolah karena sibuk jualan sayur untuk menafkahi saudaranya dan seorang neneknya yang sudah renta.
(Baca juga: Lima Bocah Yatim Penjual Sayur Ini Menunggu Uluran Tangan....)
Tetangga yang prihatin dengan kondisi kehidupan sang bocah, kerap mengulurkan bantuan beras untuk ikut meringankan beban hidup keluarga tersebut.
Saat anak-anak lain bermain bersama sebayanya, lima bocah yatim piatu di Desa Batetangnga ini justru dibebani berbagai kesibukan hidup orang dewasa.
Mulai dari urusan dapur seperti memasak, mencuci piring, mencuci pakaian, hingga memetik dan menjual sayur keliling kampung menggunakan gerobak dorong.
Pekerjaan ini terpaksa dilakukan kelima bocah yatim piatu tersebut sejak beberapa tahun lalu, atau setelah ayah dan ibu mereka meninggal dunia.
(Baca: Bocah-bocah Yatim Piatu Berjuang Hidup Sambil Berjualan Sayur Keliling Kampung)
Sementara itu, sang nenek yang sudah rentah dan kerap sakit-sakitan, sudah tak bisa bekerja mencari nafkah. Praktis kelima bocah inilah yang menanggung beban hidup keluarga kecil tersebut.
Julia (14 tahun) dan ardilla (11 tahun), bahkan kerap terlambat ke sekolah karena berjualan sayur keliling kampung dengan mendorong gerobak berkilo-kilometer.
Jelma (15 tahun), sulung dari kelima bocah ini, putus sekolah sejak beberapa tahun terakhir karena alasan biaya.
Jelma kini terpaksa bekerja di luar kota sebagai pembantu rumah tangga agar bisa ikut menopang keluarga kecilnya.
Kemudian Hafis (5 tahun) dan Deby (4 tahun), yang belum mengerti apa-apa, kerap mencuci piring atau peralatan dapur lainnya, saat kedua kakaknya tengah bekerja menjual sayur keliling kampung.
(Baca: Nenek Sakit-sakitan, 4 Bocah Yatim Piatu Ini Jualan Sayur Keliling Kampung)
Saat warga masih tertidur lelap pada subuh hari, Julia dan Ardilla sudah terjaga.
Maklum, sebelum berjualan sayur keliling kampung, bocah ini harus memetik dan mengemasi sendiri aneka sayuran, seperti daun singkong, kangkung, bayam, dan kacang panjang.
Saat jualannya laku, Ardilla dan Julia tentu saja bisa pulang lebih awal untuk menyiapkan diri berangkat ke sekolah.
Namun, saat sayuran tak laku, bocah ini kerap menyusuri lorong desa yang jauh sambil berharap sayur dagangannya bisa laku.
Hasil jualan sayur itu akan dibagi rata dengan pemilik kebun sayur.
Karena sibuk berjualan sayur, Ardilla, yang kini duduk dibangku kelas 4 sekolah dasar itu mengaku seringkali tidak bisa mengatur waktu bekerja dan bersekolah.
Ardilla bahkan kerap tak masuk sekolah jika pulang terlambat karena sayurannya tak laku.
Dalam satu hari, mereka biasanya membawa pulang Rp 20.000. Uang tersebut kemudian digunakan untuk membeli beras dan lauk pauk.
Meskipun setiap hari harus mendorong gerobak berjualan sayur, Julia dan Adilla mengaku tak risih dan malu.
Ironisnya, kelima bocah yatim piatu bersama neneknya yang sudah rentah ini tidak terdaftar sebagai penerima bantuan dari pemerintah, seperti raskin.
Julia dan ardilla, dua dari lima bocah malang ini, bahkan kerap tak bersekolah karena sibuk jualan sayur untuk menafkahi saudaranya dan seorang neneknya yang sudah renta.
(Baca juga: Lima Bocah Yatim Penjual Sayur Ini Menunggu Uluran Tangan....)
Tetangga yang prihatin dengan kondisi kehidupan sang bocah, kerap mengulurkan bantuan beras untuk ikut meringankan beban hidup keluarga tersebut.
Saat anak-anak lain bermain bersama sebayanya, lima bocah yatim piatu di Desa Batetangnga ini justru dibebani berbagai kesibukan hidup orang dewasa.
Mulai dari urusan dapur seperti memasak, mencuci piring, mencuci pakaian, hingga memetik dan menjual sayur keliling kampung menggunakan gerobak dorong.
Pekerjaan ini terpaksa dilakukan kelima bocah yatim piatu tersebut sejak beberapa tahun lalu, atau setelah ayah dan ibu mereka meninggal dunia.
(Baca: Bocah-bocah Yatim Piatu Berjuang Hidup Sambil Berjualan Sayur Keliling Kampung)
Sementara itu, sang nenek yang sudah rentah dan kerap sakit-sakitan, sudah tak bisa bekerja mencari nafkah. Praktis kelima bocah inilah yang menanggung beban hidup keluarga kecil tersebut.
Julia (14 tahun) dan ardilla (11 tahun), bahkan kerap terlambat ke sekolah karena berjualan sayur keliling kampung dengan mendorong gerobak berkilo-kilometer.
Jelma (15 tahun), sulung dari kelima bocah ini, putus sekolah sejak beberapa tahun terakhir karena alasan biaya.
Jelma kini terpaksa bekerja di luar kota sebagai pembantu rumah tangga agar bisa ikut menopang keluarga kecilnya.
Kemudian Hafis (5 tahun) dan Deby (4 tahun), yang belum mengerti apa-apa, kerap mencuci piring atau peralatan dapur lainnya, saat kedua kakaknya tengah bekerja menjual sayur keliling kampung.
(Baca: Nenek Sakit-sakitan, 4 Bocah Yatim Piatu Ini Jualan Sayur Keliling Kampung)
Saat warga masih tertidur lelap pada subuh hari, Julia dan Ardilla sudah terjaga.
Maklum, sebelum berjualan sayur keliling kampung, bocah ini harus memetik dan mengemasi sendiri aneka sayuran, seperti daun singkong, kangkung, bayam, dan kacang panjang.
Saat jualannya laku, Ardilla dan Julia tentu saja bisa pulang lebih awal untuk menyiapkan diri berangkat ke sekolah.
Namun, saat sayuran tak laku, bocah ini kerap menyusuri lorong desa yang jauh sambil berharap sayur dagangannya bisa laku.
Hasil jualan sayur itu akan dibagi rata dengan pemilik kebun sayur.
Karena sibuk berjualan sayur, Ardilla, yang kini duduk dibangku kelas 4 sekolah dasar itu mengaku seringkali tidak bisa mengatur waktu bekerja dan bersekolah.
Ardilla bahkan kerap tak masuk sekolah jika pulang terlambat karena sayurannya tak laku.
Dalam satu hari, mereka biasanya membawa pulang Rp 20.000. Uang tersebut kemudian digunakan untuk membeli beras dan lauk pauk.
Meskipun setiap hari harus mendorong gerobak berjualan sayur, Julia dan Adilla mengaku tak risih dan malu.
Ironisnya, kelima bocah yatim piatu bersama neneknya yang sudah rentah ini tidak terdaftar sebagai penerima bantuan dari pemerintah, seperti raskin.
Sumber
Quote:
Lima Bocah Yatim Penjual Sayur Ini Menunggu Uluran Tangan....
KOMPAS.com - Hari masih gelap. Namun, dua bocah yatim piatu di Dusun Kanang, Desa Batetangga, Kecamatan Binuang, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat, ini sudah bangun lebih awal untuk memetik sayuran dari kebun warga di sekitar rumahnya.
Sayur yang mereka petik itu tidak dimasak untuk mereka sendiri. Dua bocah perempuan itu, Julia (13) dan Ardila (11), harus mengemas kangkung, daun singkong, bayam, hingga kacang panjang untuk dijual berkeliling kampung.
Saban hari, kakak beradik yang belum beranjak dewasa itu harus mendorong gerobak berkilo-kilometer jauhnya untuk menjajakan sayur. Semua dilakukan untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka dan nenek mereka yang sudah renta.
Julia dan Ardila berbagi tugas dengan tiga saudara kandung mereka yang lain. Tugas mencari nafkah dan mengurus rumah dilakukan secara gotong royong untuk membantu nenek mereka yang sakit-sakitan.
Selain Julia dan Ardila yang berjualan sayur keliling, anak tertua bernama Jelma (15) hidup terpisah di luar kota untuk bekerja. Dua anak terakhir, Hafis (6) dan Beby (5), mendapat bagian mengurus rumah dengan mencuci baju serta piring.
Nenek mereka, Salamiah (75), terpaksa di rumah. Tubuhnya yang lemah karena faktor usia memaksanya tidak dapat lagi bekerja keras. "Saya sudah tidak kuat dan sering sakit-sakitan," kata Salamiah.
Meskipun dihadapkan pada keterbatasan, anak-anak itu tak mengeluh. Mereka yakin, dengan kerja keras, cita-cita yang diimpikan akan bisa diraih.
Guna menjaga asa mereka bisa mengejar mimpi, Kompas.com mengajak para pembaca sekalian menyisihkan dananya untuk disalurkan kepada para anak yatim ini. Untuk itu, silakan klik pada tautan:
Bantu 5 Bocah Yatim Penjual Sayur ini Tersenyum
Program ini merupakan kerjasama antara Kompas.com dengan Kitabisa.com untuk memberikan uluran kepada mereka yang selalu menjalani hidup dengan syukur, optimis dan selalu berusaha, meskipun berada dalam segala keterbatasan.
Sumber
Ditunggu uluran tangan dari para dermawan....
Diubah oleh jokohadiningrat 05-05-2016 13:31




tien212700 dan nona212 memberi reputasi
2
2.7K
Kutip
20
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan