- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Perasaan Dessy Fitriani saat Meliput Pembebasan 10 WNI
TS
mi4i
Perasaan Dessy Fitriani saat Meliput Pembebasan 10 WNI
Meliput pembebasan 10 warga Indonesia dari penyenderaan kelompok Abu Sayyaf jadi pengalaman berharga Dessy Fitriani. Wartawan senior Metro TV itu berada di Filipina sejak ke-10 WNI itu disandera hingga dibebaskan
Setiap hari Dessy berpindah tempat untuk mencari jejak keberadaan 10 WNI yang disandera. Dessy mengatakan, ia dan timnya menelusuri Manila, Davao, Cotabato, Mindanao Selatan, Zamboanga, Basilan hingga ke Sulu, Filipina.Pada 4 April, ia bertemu Tim Kemanusiaan Surya Paloh di Cotabato. Tim yang terdiri dari tiga orang itu melakukan penelitian. Selain Tim Surya Paloh, ada juga perwakilan dari Kementerian Luar Negeri, TNI dan negosiator dari Filipina.
Jumat, 29 April, beredar kabar pembebasan sandera, namun akhirnya batal. Sehari kemudian, Dessy ditugaskan ke Sulu, Filipina. Ia harus pergi seorang diri, tanpa juru kamera.
“Sulu daerah Islam, jadi saya harus pakai jilbab. Ada rasa takut saat itu, apa saya akan ketemu dengan tim? Kalau tidak, saya mau ngapain?” kata Dessy dalam program Trending Topic Metro TV, Rabu (4/5/2016).Perasaan Dessy Fitriani saat Meliput Pembebasan 10 WNI
Nur Azizah • 04 Mei 2016 12:06 WIBwni disandera abu sayyaf
Perasaan Dessy Fitriani saat Meliput Pembebasan 10 WNI
Dessy Fitriani (berjilbab) saat pembebasan 10 WNI dari penyanderaan Abu Sayyaf. Foto: dok Metro TV
Metrotvnews.com, Jakarta: Meliput pembebasan 10 warga Indonesia dari penyenderaan kelompok Abu Sayyaf jadi pengalaman berharga Dessy Fitriani. Wartawan senior Metro TV itu berada di Filipina sejak ke-10 WNI itu disandera hingga dibebaskan.
Setiap hari Dessy berpindah tempat untuk mencari jejak keberadaan 10 WNI yang disandera. Dessy mengatakan, ia dan timnya menelusuri Manila, Davao, Cotabato, Mindanao Selatan, Zamboanga, Basilan hingga ke Sulu, Filipina.
ACA JUGAHadiri Pertemuan Trilateral, Menlu Malaysia Utamakan Bahas Isu SanderaNegosiator itu PendidikAl-Quran Sebagai Tebusan 10 Sandera Abu Sayyaf Pada 4 April, ia bertemu Tim Kemanusiaan Surya Paloh di Cotabato. Tim yang terdiri dari tiga orang itu melakukan penelitian. Selain Tim Surya Paloh, ada juga perwakilan dari Kementerian Luar Negeri, TNI dan negosiator dari Filipina.
Jumat, 29 April, beredar kabar pembebasan sandera, namun akhirnya batal. Sehari kemudian, Dessy ditugaskan ke Sulu, Filipina. Ia harus pergi seorang diri, tanpa juru kamera.
Sulu daerah Islam, jadi saya harus pakai jilbab. Ada rasa takut saat itu, apa saya akan ketemu dengan tim? Kalau tidak, saya mau ngapain?” kata Dessy dalam program Trending Topic Metro TV, Rabu (4/5/201
Sebelum berangkat, Dessy mengalami beberapa kejadian yang ia rasa buruk. Tiket kapal yang akan membawanya ke Sulu terbawa angin. Rasa takut semakin kuat ketika Dessy tidak yakin akan bertemu tim negosiator di Sulu.
“Saya menyakini diri saya bahwa ini kesempatan, kalau tidak diambil saya menyesal seumur hidup. Pada saat itu saya memberanikan diri masuk ke kapal,” cerita Dessy.
Saat memasuki lantai dua kapal, Dessy bertemu tim. Di dalam kapal, mereka terus memanjatkan doa untuk keselamatan mereka.
uasana begitu mencekam karena kami memasuki daerah rawan. Kami semua berkumpul dan wirid (berdoa) sepanjang malam,” jelasnya.
Minggu pagi 1 Mei, di kawasan Indanan, Sulu, Filipina Selatan, negosiasi antara salah seorang dari Yayasan Sukma bersama tim dengan mediator warga Filipina berlangsung.
Yayasan Sukma dan tim membawa ‘mahar’ untuk diberikan ke kelompok Abu Sayaf. Mahar tersebut berupa Alquran, kopiyah, keripik tempe, peyek, dan bakpia.
Saya saksi mata. Saat itu yang dibawa Alquran, kopiyah, peyek, bakpia, dan kerupuk tempe. Karena mereka suka bakpia. Tidak ada uang,” terangnya.
Usai penyerahan mahar, sandera tidak kunjung dilepaskan. Rasa takut kembali menghampiri Dessy. Ia harus menunggu sekitar empat jam untuk mendapat keputusan pembebasan.
Selama empat jam nunggu, kami takut juga. Sekitar pukul 12.00 datang seorang utusan dari kelompok Abu Sayyaf yang berpesan agar mobil penjemput sandera segera mendekat ke bibir pantai,” ujar Dessy.
Lima belas menit kemudian, 10 WNI tiba di titik pertemuan yang sudah ditentukan. Sandera kemudian diserahkan dalam waktu singkat, tak lebih dari lima menit.
Untuk menghindari pantauan intelijen dan aparat keamanan Filipina, 10 WNI yang baru saja dibebaskan diangkut dengan truk berbak kayu. Sedangkan tim negosiator bergerak dengan kendaraan terpisah.
Sopir truk itu diminta untuk mengantarkan sandera ke stasiun pengisian bensin di depan rumah Gubernur Sulu Abdusakur Toto Tan II. Setelah bertemu Gubernur Sulu, mereka diterbangkan dengan dua helikopter ke Wesmincom (West Mindanao Commando), Zamboanga.
Di sana, mereka dimintai keterangan terkait dengan tempat penahanan dan nama-nama penyandera, serta cek kesehatan sebelum diterbangkan ke Jakarta.
http://news.metrotvnews.com/peristiw...bebasan-10-wni
doa dan usaha mebuahkan hasil nyata merdeka!!
Setiap hari Dessy berpindah tempat untuk mencari jejak keberadaan 10 WNI yang disandera. Dessy mengatakan, ia dan timnya menelusuri Manila, Davao, Cotabato, Mindanao Selatan, Zamboanga, Basilan hingga ke Sulu, Filipina.Pada 4 April, ia bertemu Tim Kemanusiaan Surya Paloh di Cotabato. Tim yang terdiri dari tiga orang itu melakukan penelitian. Selain Tim Surya Paloh, ada juga perwakilan dari Kementerian Luar Negeri, TNI dan negosiator dari Filipina.
Jumat, 29 April, beredar kabar pembebasan sandera, namun akhirnya batal. Sehari kemudian, Dessy ditugaskan ke Sulu, Filipina. Ia harus pergi seorang diri, tanpa juru kamera.
“Sulu daerah Islam, jadi saya harus pakai jilbab. Ada rasa takut saat itu, apa saya akan ketemu dengan tim? Kalau tidak, saya mau ngapain?” kata Dessy dalam program Trending Topic Metro TV, Rabu (4/5/2016).Perasaan Dessy Fitriani saat Meliput Pembebasan 10 WNI
Nur Azizah • 04 Mei 2016 12:06 WIBwni disandera abu sayyaf
Perasaan Dessy Fitriani saat Meliput Pembebasan 10 WNI
Dessy Fitriani (berjilbab) saat pembebasan 10 WNI dari penyanderaan Abu Sayyaf. Foto: dok Metro TV
Metrotvnews.com, Jakarta: Meliput pembebasan 10 warga Indonesia dari penyenderaan kelompok Abu Sayyaf jadi pengalaman berharga Dessy Fitriani. Wartawan senior Metro TV itu berada di Filipina sejak ke-10 WNI itu disandera hingga dibebaskan.
Setiap hari Dessy berpindah tempat untuk mencari jejak keberadaan 10 WNI yang disandera. Dessy mengatakan, ia dan timnya menelusuri Manila, Davao, Cotabato, Mindanao Selatan, Zamboanga, Basilan hingga ke Sulu, Filipina.
ACA JUGAHadiri Pertemuan Trilateral, Menlu Malaysia Utamakan Bahas Isu SanderaNegosiator itu PendidikAl-Quran Sebagai Tebusan 10 Sandera Abu Sayyaf Pada 4 April, ia bertemu Tim Kemanusiaan Surya Paloh di Cotabato. Tim yang terdiri dari tiga orang itu melakukan penelitian. Selain Tim Surya Paloh, ada juga perwakilan dari Kementerian Luar Negeri, TNI dan negosiator dari Filipina.
Jumat, 29 April, beredar kabar pembebasan sandera, namun akhirnya batal. Sehari kemudian, Dessy ditugaskan ke Sulu, Filipina. Ia harus pergi seorang diri, tanpa juru kamera.
Sulu daerah Islam, jadi saya harus pakai jilbab. Ada rasa takut saat itu, apa saya akan ketemu dengan tim? Kalau tidak, saya mau ngapain?” kata Dessy dalam program Trending Topic Metro TV, Rabu (4/5/201
Sebelum berangkat, Dessy mengalami beberapa kejadian yang ia rasa buruk. Tiket kapal yang akan membawanya ke Sulu terbawa angin. Rasa takut semakin kuat ketika Dessy tidak yakin akan bertemu tim negosiator di Sulu.
“Saya menyakini diri saya bahwa ini kesempatan, kalau tidak diambil saya menyesal seumur hidup. Pada saat itu saya memberanikan diri masuk ke kapal,” cerita Dessy.
Saat memasuki lantai dua kapal, Dessy bertemu tim. Di dalam kapal, mereka terus memanjatkan doa untuk keselamatan mereka.
uasana begitu mencekam karena kami memasuki daerah rawan. Kami semua berkumpul dan wirid (berdoa) sepanjang malam,” jelasnya.
Minggu pagi 1 Mei, di kawasan Indanan, Sulu, Filipina Selatan, negosiasi antara salah seorang dari Yayasan Sukma bersama tim dengan mediator warga Filipina berlangsung.
Yayasan Sukma dan tim membawa ‘mahar’ untuk diberikan ke kelompok Abu Sayaf. Mahar tersebut berupa Alquran, kopiyah, keripik tempe, peyek, dan bakpia.
Saya saksi mata. Saat itu yang dibawa Alquran, kopiyah, peyek, bakpia, dan kerupuk tempe. Karena mereka suka bakpia. Tidak ada uang,” terangnya.
Usai penyerahan mahar, sandera tidak kunjung dilepaskan. Rasa takut kembali menghampiri Dessy. Ia harus menunggu sekitar empat jam untuk mendapat keputusan pembebasan.
Selama empat jam nunggu, kami takut juga. Sekitar pukul 12.00 datang seorang utusan dari kelompok Abu Sayyaf yang berpesan agar mobil penjemput sandera segera mendekat ke bibir pantai,” ujar Dessy.
Lima belas menit kemudian, 10 WNI tiba di titik pertemuan yang sudah ditentukan. Sandera kemudian diserahkan dalam waktu singkat, tak lebih dari lima menit.
Untuk menghindari pantauan intelijen dan aparat keamanan Filipina, 10 WNI yang baru saja dibebaskan diangkut dengan truk berbak kayu. Sedangkan tim negosiator bergerak dengan kendaraan terpisah.
Sopir truk itu diminta untuk mengantarkan sandera ke stasiun pengisian bensin di depan rumah Gubernur Sulu Abdusakur Toto Tan II. Setelah bertemu Gubernur Sulu, mereka diterbangkan dengan dua helikopter ke Wesmincom (West Mindanao Commando), Zamboanga.
Di sana, mereka dimintai keterangan terkait dengan tempat penahanan dan nama-nama penyandera, serta cek kesehatan sebelum diterbangkan ke Jakarta.
http://news.metrotvnews.com/peristiw...bebasan-10-wni
doa dan usaha mebuahkan hasil nyata merdeka!!
Diubah oleh mi4i 04-05-2016 12:26
0
1.4K
18
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan