kamujahat45Avatar border
TS
kamujahat45
Memahami Orientasi Seksual dan Homoseksualitas Secara Lebih Baik
Memahami Orientasi Seksual dan Homoseksualitas Secara Lebih Baik

Apakah orientasi seksual?
Orientasi seksual mengacu pada pola berkesinambungan atas ketertarikan pada pria, wanita, dan/atau keduanya secara emosional, romantis, dan/atau seksual. Orientasi seksual juga mengacu pada perasaan identitas diri berdasarkan ketertarikan, perilaku yang berkaitan, dan keanggotaan dalam komunitas yang saling berbagi ketertarikan tersebut. Riset selama beberapa dasawarsa menunjukkan bahwa orientasi seksual mempunyai kisaran (range), mulai dari ketertarikan eksklusif terhadap lawan jenis hingga ke ketertarikan eksklusif terhadap sesama jenis. Namun, orientasi seksual biasanya dibagi dalam tiga kategori: heteroseks (memiliki ketertarikan emosional, romantis, atau seksual terhadap lawan jenis), gay/lesbian (memiliki ketertarikan emosional, romantis, atau seksual terhadap sesama jenis), dan biseks (memiliki ketertarikan emosional, romantis, atau seksual terhadap pria dan wanita).


Bagaimana orang mengetahui bahwa mereka lesbian, gay, atau biseks?

Menurut pemahaman ilmiah dan profesional saat ini, ketertarikan inti yang membentuk dasar untuk orientasi seksual orang dewasa umumnya muncul antara pertengahan masa kanak-kanak dan awal masa remaja. Pola ketertarikan emosional, romantis, dan seksual ini mungkin muncul tanpa didahului pengalaman seksual. Seseorang bisa saja tidak menikah dan tetap mengetahui orientasi seksualnya – sebagai lesbian, gay, biseks, atau heteroseks.

Masing-masing orang memiliki pengalaman yang berbeda berkenaan dengan orientasi seksual mereka. Sebagian orang mengetahui bahwa mereka lesbian, gay, atau biseks jauh sebelum mereka benar-benar menjalin hubungan dengan orang lain. Sebagian orang terlibat dalam aktivitas seksual (dengan sesama jenis dan/atau lawan jenis) sebelum menetapkan label yang jelas untuk orientasi seksual mereka. Prasangka dan dan diskriminasi mempersulit banyak orang untuk menerima identitas orientasi seksual mereka, sehingga mengklaim diri sebagai lesbian, gay, atau biseks bisa menjadi suatu proses yang lama.


Apa yang menyebabkan seseorang memiliki orientasi seksual tertentu?
Tidak ada konsensus di kalangan ilmuwan mengenai penyebab yang pasti seseorang mengembangkan orientasi heteroseks, biseks, gay, atau lesbian. Banyak riset yang meneliti kemungkinan pengaruh genetis, hormon, pertumbuhan, sosial, dan budaya pada orientasi seksual. Namun, tidak ada temuan yang memungkinkan para ilmuwan untuk menyimpulkan bahwa orientasi seksual ditentukan oleh (beberapa) faktor tertentu. Meskipun banyak orang yang berpikir bahwa faktor alami dan pola asuh memainkan peran yang kompleks, banyak orang yang merasa tidak memilih orientasi seksual mereka.


Bagaimana peran prasangka dan diskriminasi dalam kehidupan lesbian, gay, dan biseks?
Prasangka dan diskriminasi orientasi seksual bisa bermacam-macam. Prasangka antigay yang sangat parah dicerminkan dengan tingkat pelecehan dan kekerasan yang tinggi yang diarahkan pada individu lesbian, gay, dan biseks. Pelecehan secara verbal hampir merupakan pengalaman yang umum bagi kaum lesbian, gay, dan biseks. Diskriminasi terhadap kaum lesbian, gay, dan biseks dalam pekerjaan juga tetap ada.

Pada awalnya, HIV/AIDS bahkan dianggap “penyakit gay”. Pengasosiasian HIV/AIDS dengan gay/biseks dan mitos bahwa semua gay/biseks terinfeksi HIV/AIDS memperparah stigma terhadap kaum lesbian, gay, dan biseks.


Apa dampak psikologis dari prasangka dan diskriminasi?

Prasangka dan diskriminasi memiliki dampak sosial dan personal. Secara sosial, prasangka dan diskriminasi terhadap lesbian, gay, dan biseks dicerminkan dalam stereotip yang masih bertahan walaupun tidak didukung oleh bukti. Stereotip tersebut sering kali dijadikan alasan untuk perlakuan yang tidak adil terhadap lesbian, gay, dan biseks. Contohnya: pembatasan terhadap kesempatan kerja, pengasuhan anak, dan pengakuan terhadap hubungan sesama jenis.

Secara personal, prasangka dan diskriminasi juga memliki konsekuensi negatif, khususnya bagi lesbian, gay, dan biseks yang berusaha untuk menyembunyikan atau menyangkal orientasi seksual mereka. Walaupun banyak lesbian dan gay yang berusaha mengatasi stigma sosial terhadap homoseksualitas, prasangka tersebut dapat memberikan dampak negatif pada kesehatan dan kehidupan. Stigma tersebut mungkin diperingan atau justru diperparah dengan adanya karakteristik lain seperti suku, agama, ras, dan cacat tubuh.

Prasangka seksual, diskriminasi orientasi seksual, dan kekerasan antigay merupakan penyebab stress yang utama bagi kaum lesbian, gay, dan biseks. Walaupun dukungan sosial sangat penting dalam mengatasi stress, sikap antigay dan diskriminasi bisa menyulitkan mereka untuk mencari dukungan tersebut.


Apakah homoseksualitas merupakan kelainan jiwa?
BUKAN. Orientasi lesbian, gay, dan biseks bukanlah kelainan. Riset tidak menemukan hubungan yang erat antara orientasi seksual dengan penyakit kejiwaaan. Baik perilaku heteroseksual maupun homoseksual merupakan aspek normal dalam seksualitas manusia. Keduanya telah didokumentasikan dalam pelbagai kebudayaan dan masa sejarah. Walaupun stereotip yang menggambarkan lesbian, gay, dan biseks sebagai “orang bermasalah” tetap ada, riset dan pengalaman klinis selama beberapa dasawarsa telah mengarahkan organisasi-organisasi kesehatan mental dan medis yang terkemuka untuk menyimpulkan bawa orientasi seksual tersebut merupakan bentuk pengalaman manusia yang normal. Hubungan lesbian, gay, dan biseks merupakan bentuk normal dalam ikatan manusia. Dengan demikian, organisasi-organisasi terkemuka telah lama meninggalkan klasifikasi homoseksualitas sebagai kelainan jiwa.


Bagaimana dengan terapi yang ditujukan untuk mengubah orientasi seksual?
Sampai saat ini tidak ada bukti riset ilmiah yang memadai yang menunjukkan bahwa terapi yang ditujukan untuk mengubah orientasi seksual (kadang-kadang disebut terapi perbaikan atau terapi konversi) merupakan hal yang aman dan efektif. Bahkan, promosi mengenai terapi tersebut memperkuat stereotip dan membentuk suatu atmosfir yang buruk bagi lesbian, gay, dan biseks, khususnya bagi mereka yang tumbuh dalam lingkungan religius konservatif.

Terapi yang menolong bagi individual yang bermasalah dengan ketertarikan sesama jenisnya mencakup membantu orang tersebut secara aktif mengatasi prasangka sosial terhadap homoseksualitas, mengatasi isu yang berkaitan dengan dan disebabkan oleh konflik internal, dan menjalani hidup yang bahagia dan menyenangkan.


Apa yang dimaksud dengan “coming out” dan mengapa hal tersebut penting?
Frasa “coming out” (menyatakan/membuka diri) mengacu pada beberapa aspek dari pengalaman lesbian, gay, dan biseks: kesadaran diri terhadap ketertarikan sesama jenis, memberitahukan kepada orang lain mengenai ketertarikan sesama jenis, pengungkapan secara luas mengenai ketertarikan sesama jenis, dan identifikasi diri dalam komunitas lesbian, gay, dan biseks. Banyak orang ragu-ragu untuk membuka diri karena risiko menghadapi prasangka dan diskriminasi. Sebagian orang memilih untuk merahasiakan identitasnya, sebagian orang memilih untuk membuka diri dalam lingkungan terbatas, dan sebagian orang memutuskan untuk membuka diri secara luas kepada umum.

Membuka diri sering merupakan langkah psikologis penting bagi lesbian, gay, dan biseks. Riset menunjukkan bahwa seseorang yang merasa positif dengan orientasi seksualnya dan mengintegrasikannya dalam kehidupannya akan memperkuat kesehatan fisik dan mentalnya.
Sama seperti heteroseks, kaum lesbian, gay, dan biseks juga memperoleh manfaat melalui kemampuannya berbagi kehidupan dengan keluarga, teman, dan orang-orang yang dikenalnya serta mendapat dukungan dari keluarga, teman, dan orang-orang yang dikenalnya.


Bagaimana dengan orientasi seksual dan membuka diri selama masa remaja?

Masa remaja merupakan masa di mana seseorang lepas dari orang tua dan keluarganya dan mulai membangun otonomi. Masa remaja bisa merupakan masa eksperimentasi, dan banyak remaja yang mungkin menanyakan perasaan seksual mereka. Menyadari perasaan seksual merupakan tahap perkembangan yang normal pada masa remaja. Ada kalanya remaja memiliki perasaan atau pengalaman sesama jenis yang menimbulkan kebingungan mengenai orientasi seksual mereka. Kebingungan tersebut tampaknya menurun seiring waktu, dengan akibat yang berbeda untuk masing-masing individu.

Beberapa remaja menginginkan dan terlibat dalam perilaku sesama jenis tetapi tidak mengidentifikasi diri sebagai lesbian, gay, atau biseks, terkadang karena stigma yang berhubungan dengan orientasi nonheteroseksual. Proses mengeksplorasi ketertarikan sesama jenis ini mengarah pada sebuah identitas lesbian, gay, atau biseks. Bagi sebagian remaja, mengakui identitas tersebut dapat mengakhiri kebingungannya. Ketika para remaja tersebut mendapat dukungan dari orang tua dan orang-orang lainnya, mereka umumnya bisa hidup secara menyenangkan dan sehat dan melalui masa remaja mereka secara normal. Jadi, para remaja yang mebuka diri lebih awal secara khusus membutuhkan dukungan orang tua dan orang-orang lainnya.

Remaja yang mengidentifikasi diri sebagai lesbian, gay, atau biseks rentan menghadapi masalah tertentu, termasuk diganggu dan mendapatkan pengalaman negatif di sekolah. Pengalaman-pengalaman tersebut dihubungkan dengan akibat negatif, seperti pikiran untuk bunuh diri, dan aktivitas berisiko tinggi, seperti s3ks tanpa pengaman dan penggunaan obat terlarang. Sebaliknya, ada sebagian remaja lesbian, gay, dan biseks yang tampaknya tidak begitu menghadapi risiko gangguan fisik maupun mental. Mereka bisa menempatkan diri di tengah-tengah keadaan yang bias dan diskriminatif dalam lingkungan mereka. Dukungan dari orang-orang yang penting dalam kehidupan remaja bisa memberikan penyeimbang untuk menghadapi bias dan diskriminasi tersebut.


Pada umur berapa remaja seharusnya membuka diri?
Tidak ada jawaban yang sederhana atau pasti untuk pertanyaan ini. Risiko dan manfaat membuka diri berbeda bagi setiap remaja dalam situasi yang berbeda. Sebagian remaja hidup dalam keluarga yang memberi dukungan yang jelas dan stabil pada orientasi seksual mereka, sehingga mereka menghadapi risiko yang lebih kecil meskipun membuka diri di usia muda. Remaja yang hidup dalam keluarga yang kurang mendukung akan menghadapi risiko yang lebih besar saat membuka diri. Semua remaja yang membuka diri rentan terhadap bias, diskriminasi, atau bahkan kekerasan di sekolah, kelompok sosial, tempat kerja, atau komunitas agama. Keluarga, teman, dan sekolah yang mendukung merupakan penyangga yang penting dalam menghadapi dampak negatif dari pengalaman tersebut.


Apa hakikat dari hubungan sesama jenis?
Riset menunjukkan bahwa banyak lesbian dan gay yang menginginkan dan memiliki hubungan yang berkomitmen.

Ada tiga stereotip yang berkaitan dengan menjalin hubungan sesama jenis. Stererotip pertama mengatakan bahwa hubungan lesbian dan gay tidak akan berjalan dan tidak akan bahagia. Stereotip kedua adalah bahwa hubungan lesbian, gay, dan biseks tidak stabil. Stereotip ketiga adalah bahwa tujuan dan nilai dari pasangan lesbian dan gay berbeda dengan tujuan dan nilai dari pasangan heteroseks.

Faktanya, riset menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi kepuasan, komitmen, dan stabilitas tidak berbeda antara pasangan homoseks maupun heteroreks. Sangat masuk di akal untuk menyatakan bahwa stabilitas pasangan sesama jenis dapat diperkuat bila hubungan mereka mendapat dukungan dan pengakuan yang sama dengan pasangan heteroseksual, yaitu hak dan tanggung jawab hukum yang sama berkaitan dengan pernikahan.


Dapatkah lesbian dan gay menjadi orang tua yang baik?
Pada dasarnya, riset menunjukkan bahwa anak-anak yang diasuh oleh orang tua homoseks tidak berbeda dibandingkan dengan anak-anak yang diasuh oleh orang tua heteroseks dalam hal perkembangan, penyesuaian, dan kehidupan anak secara keseluruhan.


Apa yang dapat dilakukan untuk mengurangi prasangka dan diskriminasi terhadap lesbian, gay, dan biseks?
Studi atas prasangka secara konsisten menunjukkan bahwa prasangka berkurang ketika anggota dari kelompok mayoritas berinteraksi dengan anggota dari kelompok minoritas. Sejalan dengan pola ini, salah satu pengaruh terkuat atas penerimaan heteroseks terhadap kaum gay adalah mengadakan kontak personal dengan gay yang sudah membuka diri. Sikap antigay lebih berkurang dalam kelompok yang memiliki kerabat atau teman dekat yang lesbian atau gay, khususnya gay yang secara langsung membuka diri kepada heteroseks.



Dikutip dan diterjemahkan dari:
American Psychological Association. (2008). Answer to your question: For a better understanding of sexual orientation and homosexuality. Washington, DC: Author. [www. apa.org/topics/sorientation.pdf.]





Diubah oleh kamujahat45 04-05-2016 05:11
0
3.3K
20
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan