Kaskus

News

rifqi.habibiiiAvatar border
TS
rifqi.habibiii
Gawat, Produksi Gula Nasional Terus Menurun
Gawat, Produksi Gula Nasional Terus Menurun


Indonesia pernah dikenal sebagai negara pengekspor gula terbesar di dunia. Masa itu terjadi puluhan tahun lalu, atau tepatnya pada era 1930-an. Fakta ini sejalan dengan program dari pemerintah kolonial Belanda yang banyak membangun pabrik-pabrik gula di pulau Jawa.

Sayang era kejayaan itu sudah berakhir. Sebaliknya Indonesia kini menjadi importir gula. Produksi gula di dalam negeri terus menurun, bahkan untuk memenuhi konsumsi rumah tangga saja sudah tidak mencukupi.

Berdasarkan data Ditjen Perkebunan Kementerian Pertanian (Kementan), realisasi produksi gula pada 2015 ini tercatat sebanyak 2,497 juta ton. Sedangkan Asosiasi Gula Indonesia (AGI) mengestimasikan produksi gula nasional tahun 2015 sebesar 2,55 juta ton.

“Produksi gula tahun 2015 ini lebih rendah dibandingkan produksi tahun 2014 yang mencapai 2,579 juta ton,” kata Direktur Eksekutif AGI, Tito Pranolo, dalam Sugar Outlook 2016 di Gedung Gula Negara, Jakarta, Januari 2016.

Tito mengungkapkan, penurunan produksi ini disebabkan berbagai sebab. Salah satunya karena kondisi cuaca misalnya el nino yang menyebabkan kekeringan. Ikim kering membuat produktivitas tebu menurun dari 70,7 ton/hektar (ha) pada 2014 menjadi 67,6 ton/ha di 2015. “Adanya el nino yang ditandai agroklimat ekstrim menyebabkan profuktivitas tebu turun,” ujarnya.

Faktor kedua, karena menurunnya jumlah lahan tebu rakyat. Para petani tebu, banyak yang beralih untuk menanam tanaman pangan lainnya, seperti padi atau palawija. Pemicu menurunnya minat para petani untuk tidak menanam tebu lagi dikarenakan berbagai hal. “Petani‎ banyak yang tidak lagi menanam tebu karena rendahnya harga gula,” tuturnya.

Tito memprediksi produksi gula pada 2016 menurun lebih jauh lagi menjadi 2,3 juta ton, lebih rendah dari produksi gula nasional tahun 2015. “Dengan mempertimbangkan pengaruh iklim terhadap faktor-faktor penentu produksi, AGI memprediksi produksi gula nasional tahun 2016 mencapai sekitar 2,3 juta ton,” dia memaparkan.

Dia mengungkapkan, el nino pada 2015 berdampak pada capaian produksi gula 2016. Tanaman tebu baru yang ditanam pada awal 2015 mengalami stagnasi pertumbuhan akibat stress air, akibatnya produktivitas berpotensi menurun dari 67,6 ton/ha pada 2015 menjadi 66 ton /ha pada tahun ini. El nino yang membawa musim kering membuat rendemen tebu menurun.

“Demikian juga rendemen tahun 2016 diperkirakan akan turun menjadi 7,75% dari tahun 2015 sebesar 8,28%,” ucapnya.

Akibat produksi gula yang terus anjlok ini, kebutuhan gula untuk konsumsi langsung sekitar 2,82 juta ton tak bisa sepenuhnya dipenuhi dari produksi dalam negeri. Impor gula pun perlu dilakukan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan industri, tapi juga kebutuhan rumah tangga.

Untuk tahun ini, pemerintah sudah berencana mengimpor 200.000 ton gula kristal putih. Tahun 2017 pun diprediksi juga akan terjadi defisit ketersediaan gula. “Produksi tahun 2016 diprediksi hanya 2,3 juta ton, sedangkan stok awal tahun 2016 hanya 817.246 ton. Untuk itu, diperlukan impor gula guna mencukupi kebutuhan gula di Februari 2017,” pungkas Tito.

Namun hal ini jutsru dibantah oleh Panja Gula DPR. Mereka justru menuding, dari 11 importir gula rafinasi terdapat sembilan pabrik gula rafinasi yang bodong. Jika impor gula rafinasi dikurangi, maka harga gula akan menjadi tidak stabil, bahkan kebutuhan dalam negeri menjadi tidak terpenuhi.

SUMBER : http://swasembada.net/2016/05/02/gaw...terus-menurun/
0
3.6K
27
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan