Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

sianggiAvatar border
TS
sianggi
Di Balik Kejayaan Masif Juventus


Tak melulu pemain, pelatih, dan segala tetek bengek teknis lainnya, manajemen Juventus juga punya andil besar dalam kejayaan masif klub lima tahun terakhir.

Gol Radja Nainggolan di menit akhir ke jala Pepe Reina jadi penanda Scudetto kelima beruntun untuk Juventus, Senin (25/4) malam WIB. Dengan Serie A Italia yang tinggal menyisakan tigagiornata, mustahil bagi sang antagonis utama, Napoli, mengejar defisit 12 poin milik Si Nyonya Tua di puncak klasemen.

Padahal musim ini Juve sudah 'bermurah hati' dengan mengacaukan periode awal musimnya melalui cara terburuk yang bisa dibayangkan. I Bianconeri kalah empat kali dalam 10 giornataawal dan terpuruk di peringkat 12 lewat koleksi poin serupa. Saat itu jarak mereka dengan pemuncak klasemen, AS Roma, bahkan sampai 11 poin.

Namun akhirnya kelas berbicara. Juve bangkit secara luar biasa dengan memenangi 24 dari 25giornata lanjutan, sebelum akhirnya dipastikan Scudetto. "Rekor yang kami capai benar-benar gila dan luar biasa. Saya pikir ini merupakan Scudetto terindah karena ini merupakan demonstrasi kekuatan yang hebat!" ujar kapten tim, Gianluigi Buffon, seperti dikutip AS.

Seturut dengan kejayaan masifnya, level Juve harus diakui memang bertahun-tahun di depan para pesaingnya di Serie A. Bukan dari sudut pandang teknis semata, karena jika komparasi itu yang digunakan, skuat yang dimiliki FC Internazionale, AS Roma, hingga Napoli jelas cukup kompetitif dengan Si Nyonya.

Mari kita lihat dari sudut pandang lain, dari sisi yang kekuatannya kini belum sanggup disamai klub Italia mana pun. Dari sisi yang juga sukses mengemas Juve kembali sebagai tim elite di Eropa, baik secara performa maupun ekonomi. Ya, siapa lagi jika bukan mereka yang duduk di kursi manajemen, mereka para jagoan di balik layar.



Kita sepakati dahulu bahwa titik kebangkitan Juve usai calciopoli hadir pada 29 April 2010, ketika generasi keempat keluarga Agnelli yang memiliki klub, yakni Andrea Agnelli, dipilih menjadi presiden anyar. Rasa optimisme tinggi lantas menyelimuti Juventini akan hadirnya kembali utusan dari keluarga pemilik Fiat Group tersebut.

Dengan keberadaan Andrea, banyak pihak beranggapan bahwa keterpurukan hebat Juve usai kasus pengaturan skor terbesar di Italia tersebut akan sirna secara instan. La Vecchia Signoradiyakini bisa langsung ke puncak layaknya klub instan lainnya, macam Paris Saint-Germain atau Manchester City.

Maklum, Andrea ini punya jalan pintas untuk mencairkan dana besar dari Fiat guna hadirkan gelontoran manuver bintang lima di skuat Juve. Namun dengan tegas ia menolak jalan pintas tersebut.

Sosok yang ketika itu masih berusia 34 tahun percaya bahwa proses dan perencanaan yang dilakukan setahap demi setahap punya garansi kejayaan yang lebih masif. Sementara untuk cara instan, Andrea ragu punya garansi yang sama, juga punya potensi besar menganggu neraca keuangan dua pihak, Fiat dan Juve sendiri.

Selain itu Andrea juga enggan mengulang kesalahan dua presiden pendahulunya usaicalciopoli, yakni Giovanni Cobolli Gigli dan Jean-Claude Blanc, yang lebih fokus pada sektor ekonomi. Hasratnya adalah sepakbola, sehingga ia membangun proyek yang bisa menyeimbangkan keduanya, sepakbola dan aspek ekonomi.


Sang presiden muda ingin menegaskan arti sejati "Juventus" yang dalam bahasa latin berarti "muda". Ia ingin di bawah kepemimpinannya, Juve benar-benar terlahir kembali, memilik wajah yang baru, dan tentu saja lepas dari embel-embel kelam calciopoli.

Langkah pertama Andrea adalah merombak susunan manajemen Juve. Termasuk memecat direktur olahraganya, Alessio Secco, yang merupakan anak didik terbaik guru transfer legendaris klub, Luciano Moggi. Ia menggantinya dengan figur-figur visioner seperti Aldo Mazzia di sektor marketing dan Beppe Marotta untuk wilayah yang lebih teknis menggantikan kursi Secco.

Andrea juga sadar dirinya butuh sosok yang paham benar dan bisa merelasikan apa yang terjadi di atas lapangan dengan manajemen. Itulah mengapa ia memboyong legenda klub, Pavel Nedved, dalam jajaran manajemen, yang pada kelanjutannya kini jadi wakil presiden Juve.

Segalanya lantas disempurnakan dengan warisan proyek besar stadion baru, yang jadi pelopor di sepakbola Italia. Lewat branding nama "J", Agnelli, yang mendapat bantuan signifikan Mazzia, lantas memproklamirkan mega proyek "Continassa".

Proyek ini akan mengkonsentrasikan seluruh kegiatan klub dalam satu kawasan tunggal di wilayah stadion baru. Diproyeksikan nilai keuntungan dari sektor tersebut bisa mencapai ratusan juta euro per tahun.



Kombinasi dahsyat itu terpampang nyata dalam performa di atas lapangan. Sejak revolusi dimulai pada medio 2010, Juve yang sebelumnya nihil gelar selama lima musim, pada akhirnya sukses mencaplok lima Scudetto beruntun, satu Coppa Italia, sepasang Piala Super Italia, hingga mencapai final Liga Champions.

Marotta dengan asisten terbaiknya, Fabio Paratici, mampu mendatangkan deretan transfer berkualitas berharga murah bahkan gratis. Leonardo Bonucci, Arturo Vidal, Carlos Tevez, dan tentu saja yang terdahsyat Paul Pogba adalah contoh terbaik. Kebijakannya yang hanya akan menjual pemain jika memang ingin pergi, juga mampu menjaga keutuhan, kesatuan skuat, dan nama besar Juve sebagai klub elite.

Mazzia yang kini menjabat CEO klub, juga sukses menstimulasi prestasi di atas lapangan dengan situasi keuangan klub yang makin menyehatkan. Sejak 2011 Juve selalu meraup untung di atas €200 juta. Bahkan seperti dilansir Deloitte Money League, musim lalu La Vecchia Signora mencatat keuntungan terbesar dalam sejarah klub sebesar €323,9 juta! Sponsorship deal dengan raksasa apparel Jerman, Adidas, juga jadi bukti lain bahwa keuangan klub terus menuju arah positif. Bujet klub di lantai bursa pun otomatis meningkat.

Jangan lupakan peran Nedved yang jadi penghubung wilayah teknis di atas lapangan dan manajemen. Rutinitasnya yang hadir setiap kali tim berlatih dan bertanding serta dekat nyaris dengan semua penggawa Juve, merupakan alasan kohesi dan soliditas keseluruhan tim terus terjaga di level yang tinggi.

Andrea sang pemimpin, juga menegaskan posisinya dan posisi Juve di mata Eropa dengan terpilih dalam jajaran komite eksekutif UEFA akhir tahun lalu.

Andrea sendiri menjanjikan puncak dari proyek besar Juve ini baru akan tampak 10 tahun setelah dirinya memimpin, atau sekitar empat tahun lagi dari sekarang.

"Juventus memiliki ambisi yang besar. Kami paham empat atau lima tahun ke depan akan menjadi masa yang sulit untuk menyempurnakan proyek kami. Tapi kami akan menghadapinya dengan antusiasme besar," buka Andrea seperti dikutip laman resmi klubnya.

"Yang akan kami jaga seutuhnya hingga mencapai momen tersebut adalah hasil di atas lapangan. Sukses di level nasional dan internasional. Plus dengan kemampuan memiliki stadion baru, finansial kami akan terus disokong, entah lewat hak siar televisi, sponsorship, atau prestasi olahraga.

"Hanya dengan keseimbangan dalam aspek sepakbola dan ekonomi, struktur diversifikasi kami bisa terus bersaing di level tertinggi," pungkasnya.

Raihan Scudetto kelima beruntun atau ke-34 di Serie A adalah penegas bahwa Juve terus bergerak maju. Karenanya tak salah jika kini saatnya sang presiden beserta timnya berani melangkah lebih dini ke target selanjutnya, yakni jadi kampiun Liga Champions!

Spoiler for sumber:
0
2.6K
16
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan