Argumen - Kecanduan Game Online Serupa dengan Kecanduan Narkotika



Menurut Diagnostik dan Statistik Manual (DSM-5), sebuah buku yang diterbitkan oleh American Psychiatric Association (APA), kecanduan game online tergolong pada kecanduan obat. Tanggapan otak pecandu game terhadap teks berbunyi, dipicu dengan cara yang sama dengan pecandu di bawah pengaruh obat-obatan.

APA juga menjelaskan bahwa game internet mengaktifkan sistem penghargaan (rasa senang) yang sama dengan menggunakan obat-obatan . Perasaan gembira ketika anda memenangkan pertandingan , membunuh bos atau membuka prestasi adalah sama dengan perasaan mabuk senang, karena kedua kegiatan sama-sama memicu pelepasan dopamin di otak . Ketika pecandu game asyik bermain game online , " jalur tertentu di otak mereka dipicu dengan cara langsung dan intens sama dengan otak pecandu narkoba yang sedang dipengaruhi oleh zat tertentu " .

Seseorang yang menderita gangguan game internet cenderung mengabaikan kewajiban nya terhadap sekolah , pekerjaan atau keluarga , pola juga diamati pada pecandu narkoba . Gejala lain termasuk lekas marah dan gelisah sekali jauh dari permainan. Dengan faktor-faktor dalam pikiran, APA menyimpulkan bahwa game kecanduan adalah salah satu masalah masyarakat dan memerlukan perawatan klinis .

Untuk lebih memperkuat titik ini , ada rumah sakit di seluruh Amerika dan negara-negara Asia seperti China dan Korea yang bekerja untuk merehabilitasi orang yang menderita kecanduan game. Statistik berbicara bahwa 10 % dari semua 30 juta gamer di China kecanduan game online. Bagi AS, data dari American Medical Association menunjukkan bahwa 15 % dari semua gamer - atau sekitar lima juta orang - kecanduan.

Kontra-Argumen - Don't hate the game hate the player
Meskipun memang benar bahwa dalam game, prestasi dan pencapaian memicu dopamin - gejala yang diamati pada pecandu narkoba - ini secara langsung terkait dengan kepribadian pemain. Tidak semua orang yang terlibat dalam game online akan kecanduan. Narkoba sengaja mengubah jalur otak untuk mencapai tingkat bius (mabuk) tidak seperti di game dimana ada sifat-sifat psikologis tertentu dari pemain yang perlu dipertimbangkan.



Seperti perasaan tidak nyaman seperti 'Satu match lagi deh (seringnya dota)' yang gamer rasakan ketika kekalahan demi kekalahan akan sirna begitu mereka telah mencapai tujuan mereka (menang sekali lol), mental mereka cenderung menjadi stabil. Obat Narkotik, dengan kerja yang berbeda - tidak pernah memungkinkan pengguna untuk mencapai tingkat kepuasan yang mengarah ke akhir proses konsumsi. kecenderungan pribadi pecandu narkoba 'memainkan peran kecil terhadap kecanduan.

Menurut penelitian lain, kecanduan game sangat terkait dengan sifat kepribadian pemain itu. Eun Joo K. et al. (2008) melakukan penelitian mengenai hal ini dan menyimpulkan bahwa agresi dan sifat-sifat kepribadian narsistik berkorelasi positif, sedangkan kontrol diri berkorelasi negatif dengan kecanduan game.

Argumen - Pecandu Game Online ingin lari dari kenyataan hidup

Orang-orang yang kecanduan game biasanya terlalu stres dalam kehidupan nyata dan mereka memilih bermain game online sebagai gantinya. Sejak game online berkembang secara fenomenal selama bertahun-tahun, gamer sekarang dapat mengubah nama dan identitas mereka melalui kustomisasi karakter. Mereka dapat membuat 'diri' baru dengan memilih gaya rambut, pakaian atau ketika memilih pahlawan yang kuat. Kebebasan ini menjadi daya tarik utama untuk membuat gamer kecanduan. Karena itu, gamer yang kecanduan akan lebih memilih untuk tetap online dan bermain game daripada menghadapi masalah dunia fisik.

Kontra-Argumen - Everyone wants to escape reality
Ingin melarikan diri dari kenyataan tidak menjadi alasan utama bagi para gamer untuk bermain game online. Salah satu alasan alternatif adalah bahwa game online adalah sebuah kegiatan yang menstimulasi pikiran dimana pemain dapat menganalisis dan meningkatkan keterampilan mental mereka karena kebanyakan game online membutuhkan strategi dan kecepatan berpikir di mana Anda harus mengecoh lawan. Alasan lain adalah hanya untuk bersenang-senang.

Sebuah studi yang dilakukan di kalangan mahasiswa Taiwan yang menampilkan diagram alir mengenai 'Internet Gaming Addiction' sebagai berikut:

Diagram diatas menunjukkan bahwa mereka yang memiliki kecenderungan kecanduan game online memiliki keadaan aliran yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan mereka yang tidak kecanduan. Keadaan aliran rendah akan menyebabkan gamer cepat bosan tanpa frustrasi dengan permainan tersebut. Akibatnya, mereka mendapatkan sedikit atau malah tidak ada kepuasan sama sekali. Gamer memilih permainan mereka berdasarkan tingkat kesulitan dan kenikmatan dalam menyelesaikannya. Tantangan ini yang biasanya membuat gamer memainkan game online bukan karena ingin lari dari kenyataan hidup.

Argumen - Pecandu Game Online akan sulit untuk sukses didunia nyata
Argumen umum di masyarakat adalah karena gamer menghabiskan terlalu banyak waktu di game online, mereka melupakan tanggung jawab mereka akan kehidupan nyata mereka dan kehidupan nyata mereka akan merosot terus menerus. Young (2004) menyatakan bahwa game online adalah kegiatan yang memakan waktu dan menguras emosi. Untuk menciptakan lebih banyak waktu bermain, pecandu game online dapat mengabaikan tidur, pola makan, olahraga, hingga tidak bersosialisasi dengan rekan hidupnya. Pecandu game online akan terputus dari hidup mereka sedemikian rupa bahkan beberapa dari mereka akan kehilangan pekerjaan mereka dan hubungan mereka dengan orang lain. Pecandu game online muda akan gagal dalam pendidikan mereka dan mereka akan merasa sulit untuk menemukan karir di masa depan.

Beberapa kasus lebih lanjut tentang efek negatif dari kecanduan game online adalah pada tahun 2005, BBC memberitakan tentang seorang pria 28 tahun yang meninggal setelah bermain StarCraft selama 50 jam terus menerus, dokter menyatakan bahwa kematiannya adalah akibat dari gagal jantung karena kelelahan.

Para pecandu game online selalu mempertaruhkan diri mereka dan orang-orang dekat bahkan rela kurang makan dan kurang tidur demi mengejar tujuan maya mereka berikutnya.

Kontra-Argumen - Gamers do better in careers and in their well-being
Tidak ada pengukuran yang akurat dari rasio antara gamer biasa dengan gamer candu untuk membuktikan bahwa game online dapat menghancurkan kehidupan seseorang. Sebaliknya, video game, termasuk game online, terbukti memiliki andil dalam membentuk dan mengembangkan karir. Trunk P. (2014) menulis sebuah artikel yang menyatakan bahwa gamer berbuat lebih baik dalam pekerjaan intelektual dan aktif, menggunakan ahli bedah yang menggunakan video game untuk menghindari kesalahan dalam pekerjaan mereka sebagai contoh.

Game online, atau video game pada umumnya, dapat meningkatkan koordinasi tangan-mata-pikiran yang sangat berguna untuk profesi seperti dokter bedah. Ini adalah kegiatan merangsang pikiran yang dapat mengembangkan kemampuan analisis dan kewaspadaan.
Selain itu, gamer tidak selalu menjadi anti-sosial dan dapat memelihara hubungan mereka dengan orang lain. Sebuah studi yang dilakukan pada tahun 2007 di Gaming Riset Internasional di Inggris meneliti interaksi sosial yang terjadi di dalam dan di luar game MMORPG. Hasil penelitian menemukan bahwa game MMORPG memiliki lingkungan sosial interaktif yang dapat memberikan kesempatan untuk menciptakan hubungan yang kuat antar gamer-gamer didalamnya.
Studi lain oleh Allaire (2013) tentang perbedaan sosio-emosional antara gamer dewasa dan non-gamer menunjukkan bahwa orang dewasa yang bermain video game memiliki kepekaan yang lebih baik

Diagram tersebut juga menunjukkan bahwa gamer dewasa merasa lebih positif dan lebih mudah bergaul. Dibandingkan dengan orang dewasa non-gamer, kemungkinan gamer dewasa untuk menderita depresi dan merasa negatif lebih rendah . Video game merupakan kegiatan yang dapat membantu individu memiliki pandangan positif yang dapat mencegah mereka dari mengalami depresi yang dianggap sebagai masalah mental yang serius.

Meskipun benar ada gamers yang kecanduan, tidak cukup untuk memasukkannya sebagai salah satu gangguan mental karena kecanduan lebih berkorelasi dengan pemain daripada permainan. Juga tidak semua gamer yang bermain dalam jangka waktu yang lama akan secara otomatis dianggap kecanduan. Ada perbedaan antara gamer yang berlebihan dan gamer kecanduan seperti yang dijelaskan dalam sebuah studi kasus oleh Griffiths D. ( 2010).

Dalam studi Griffiths, terdapat dua kasus yang menghabiskan waktu bermain yang sama yaitu 14 jam sehari. Bedanya, yang studi ini tunjukkan, adalah motivasi, pengalaman, dan makna dalam game itu sendiri. Gamer yang kecanduan cenderung mengalami kemunduran jauh (kehidupannya) karena permainan. Seiring waktu, ia sendiri telah mengembangkan ketergantungannya terhadap game yang dibuat bertentangan dengan hidupnya . Gamer wajar tidak mengalami kemunduran dan juga tidak dia mengabaikan tanggung jawab terhadap kehidupannya. Mereka tidak menderita konflik atau masalah negatif dalam hidupnya.

Penelitian ini mendukung argumen bahwa Internet Gaming Addiction mirip dengan kecanduan narkoba tetapi hanya sampai sebatas gejala (Kemunduran, perubahan mood, dan kelalaian ). Selain itu, juga mendukung kontra-argumen bahwa kecanduan adalah relatif terhadap individu dan bukan permainan.

Untuk kesimpulan, Internet Gaming Addiction tidak harus dianggap sebagai gangguan mental tetapi masih merupakan kasus serius bantuan yang harus diberikan kepada mereka yang menderita dari itu .
Google Translate for Business:Translator ToolkitWebsite TranslatorGlobal Market Finder

Allaire J. et al. (2013). Successful aging through digital games: Socio-emotional differences between older adult gamers and Non-gamers . Retrieved from wordperss.com/sciencedirect.com

American Psychological Association (2013). Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders Fifth Edition. Washington D.C. American Psychiatric Publishing

Chin-Sheng W., & Wen-Bin C. (2006). Psychological Motives and Online Games Addiction: A Test of Flow Theory and Humanistic Needs Theory for Taiwanese Adolescents. Mary Ann Liebert, Inc.

Dobnik V. (2004). Surgeons may err less by playing video games. Retrieved from nbcnews.com

Eun Joo K. et al. (2008). The relationship between online game addiction and aggression, self-control and narcissistic personality traits. South Korea. ScienceDirect

Griffiths M. (2010). The Role of Context in Online Gaming Excess and Addiction: Some Case Study Evidence.

Young K. (2009). The American Journal of Family Therapy: Understanding Online Gaming Addiction and Treatment Issues for Adolescents. Pennsylvania, USA. Routelege Taylor and Francis Group

Trunk P. (2014). Kids Who Play Video Games Do Better in Their Careers. Retrieved from linkedin.com