- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Millennials: Generasi yang Malas dan Narsis?


TS
am4terazu
Millennials: Generasi yang Malas dan Narsis?
Cek No Repsol




Sumber
Spoiler for No repsol:


...presents...
Quote:
Millennials: Generasi yang Malas dan Narsis?
Quote:
Quote:

Quote:
‘Anak muda zaman sekarang sifatnya malas, kerjanya online teruuusss’.
Mungkin ungkapan-ungkapan seperti itu bukan hanya satu-dua kali kita dengar dari generasi-generasi yang lebih tua. Apakah benar demikian?
Faktanya lebih dari 63% pekerja dari generasi millennial memiliki latar belakang pendidikan sarjana (S-1). Rata-rata mereka berusia antara 18-29 tahun, setengahnya bekerja paruh waktu (sambil kuliah). Sebagian dari mereka memiliki target untuk bekerja hanya sekitar 5 tahun ke depan untuk mengumpulkan modal yang cukup untuk memulai usaha sendiri. Sementara itu, anak-anak muda yang berstatus freelancer cenderung lebih memilih untuk membangun ‘start-up’ mereka sendiri dari pada mengikuti dan menyelesaikan jalur pendidikan formal hingga jenjang profesi (S-2).
Lalu kenapa mayoritas generasi X memiliki pandangan yang buruk tentang millennials? Mungkin karena memang millennials memiliki konsep kerja dan pola pikir yang berbeda. Generasi X mungkin terbiasa dengan budaya perusahaan yang kaku dan formal, mengenakan setelan blazer, dasi dan cara komunikasi yang baku. Sementara millennials berpikir ‘apa salahnya ngantor pake jeans dan kaos?’; ‘bukankah meeting bisa dilaksanakan lewat Skype?’; ‘aku ingin waktu kerja yang flexible!’
Mungkin ungkapan-ungkapan seperti itu bukan hanya satu-dua kali kita dengar dari generasi-generasi yang lebih tua. Apakah benar demikian?
Faktanya lebih dari 63% pekerja dari generasi millennial memiliki latar belakang pendidikan sarjana (S-1). Rata-rata mereka berusia antara 18-29 tahun, setengahnya bekerja paruh waktu (sambil kuliah). Sebagian dari mereka memiliki target untuk bekerja hanya sekitar 5 tahun ke depan untuk mengumpulkan modal yang cukup untuk memulai usaha sendiri. Sementara itu, anak-anak muda yang berstatus freelancer cenderung lebih memilih untuk membangun ‘start-up’ mereka sendiri dari pada mengikuti dan menyelesaikan jalur pendidikan formal hingga jenjang profesi (S-2).
Lalu kenapa mayoritas generasi X memiliki pandangan yang buruk tentang millennials? Mungkin karena memang millennials memiliki konsep kerja dan pola pikir yang berbeda. Generasi X mungkin terbiasa dengan budaya perusahaan yang kaku dan formal, mengenakan setelan blazer, dasi dan cara komunikasi yang baku. Sementara millennials berpikir ‘apa salahnya ngantor pake jeans dan kaos?’; ‘bukankah meeting bisa dilaksanakan lewat Skype?’; ‘aku ingin waktu kerja yang flexible!’
Quote:

Quote:
Sebenarnya generasi millennial bukan malas, kita memang senang memanfaatkan teknologi semaksimal mungkin. Kalau bisamenggunakan sistem ‘sharing’ yang terintegrasi antar departemen kenapa harus saling kirim dokumen yang di-print secara manual dan di-copy untuk pegangan setiap departemen? Teknologi membuat kita lebih efisien dan hemat kertas. Menggunakan sinkronisasi dengan rekan-rekan kerja satu departemen akan mempermudah membuat jadwal di kalender bersama, tidak ada lagi jadwal yang bentrok ataupun salah info. Media sosial juga bisa diberdayakan untuk saling berbagi informasi seputar pekerjaan secara realtime dan fun. Intinya teknologi hadir untuk memudahkan dan memberi efisiensi waktu.
Quote:

Quote:
Mengenai ‘Narsis’, memang kita paham mengapa Gen X’ers risih melihat tingkah laku anak muda di dunia kerja. Mereka menganggap para millennials ini bertingkah seperti anak-anak kurang perhatian. Pada masa mereka, evaluasi merupakan suatu momok menakutkan, evaluasi juga biasa hanya dilakukan satu-dua kali sepanjang tahun. Namun berbeda dengan millennials, generasi muda ini ingin dievaluasi setiap saathasil kerjanya, diapresiasi dan disebarluaskan kepada seisi perusahaan bila perlu ke seluruh dunia. Haha, memang sedikit berlebihan, tetapi itulah ciri khas generasi millennial, mereka cenderung bekerja bukan karena dorongan gaji (uang) semata, tapi juga menginginkan pengakuan dan apresiasi atas kerja kerasnya. Semakin diapresiasi, maka akan semakin berprestasi. Sebaliknya, bila seorang millenials tidak mendapatkan kesempatan untuk menunjukkan potensinya atau tidak menerima apresiasi atas kinerjanya, maka besar kecenderungannya untuk dia melompat ke perusahaan lain (job-hopping).
Quote:
Demikianlah kita membuktikan bahwa stigma yang menyatakan generasi Y adalah generasi yang malas dan narsis itu tidak sepenuhnya benar, terutama di kalangan millennials yang aktif bekerja.
Quote:
Data di atas diambil dari anak-anak muda yang aktif bekerja. Dihimpun dari berbagai sumber: Payscale et al. 2012 | NcoC et al. 2013 | Kauffman Foundation via CNN Money 2012 | oDesk 2013
Quote:
Terimakasih sudah membaca,
- Adios!
- Adios!
Sumber
Diubah oleh am4terazu 24-04-2016 10:47
0
57.2K
Kutip
359
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan