- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
R.A Kartini tidak sendiri. Ada Rohana Kudus, siapakah dia?


TS
luqmanhae
R.A Kartini tidak sendiri. Ada Rohana Kudus, siapakah dia?
Selamat siang agan semua, postingan pertama ane nih tentang perempuan. Mumpung hari ini hari Kartini. Monggo, cekidot! 
Hari ini, 21 April adalah hari Kartini yang menjadi hari bersejarah bagi para perempuan Indonesia. Raden Ajeng Kartini (R.A Kartini) dianggap menjadi contoh pergerakan perempuan dahulu dari keterbatasan karena terkurung akibat ketidaksetaraan hak-hak antara laki-laki dan perempuan pada masyarakat yang konservatif. R.A Kartini pada masanya bisa dibilang menjadi salah satu perempuan yang beruntung karena sempat mengenyam pendidikan sekolah dasar yang menjadikannya perempuan yang memiliki kemampuan membaca dan menulis dibandingkan dengan perempuan pribumi lainnya. Dengan bekal itulah beliau menjadi perempuan yang bertekad memperjuangkan hak-hak dan kesetaraan terhadap perempuan.
Tetapi, ternyata R.A Kartini tak hanya sendiri. Kedekatannya dengan Belanda dan adanya dukungan Belanda dibalik pergerakannya menjadi sorotan. Bahkan guru besar Universitas Indonesia Prof. Dr. Harsja W. Bachtiar pernah menggugat masalah ini. Ia mengkritik ‘pengkultusan‘ R.A. Kartini sebagai pahlawan nasional Indonesia. Dalam buku Satu Abad Kartini (1879-1979), (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1990, cetakan ke-4), Harsja W. Bahtiar menulis sebuah artikel berjudul “Kartini dan Peranan Wanita dalam Masyarakat Kita“. Tulisan ini bernada gugatan terhadap penokohan Kartini. “Kita mengambil alih Kartini sebagai lambang emansipasi wanita di Indonesia dari orang-orang Belanda. Kita tidak mencipta sendiri lambang budaya ini, meskipun kemudian kitalah yang mengembangkannya lebih lanjut,” tulis Harsja W. Bachtiar.
Penelusuran Prof. Harsja W. Bachtiar terhadap penokohan Kartini akhirnya menemukan kenyataan, bahwa Kartini memang dipilih oleh orang Belanda untuk ditampilkan ke depan sebagai pendekar kemajuan wanita pribumi di Indonesia. Mula-mula Kartini bergaul dengan Asisten-Residen Ovink suami istri. Adalah Cristiaan Snouck Hurgronje, penasehat pemerintah Hindia Belanda, yang mendorong J.H. Abendanon, Direktur Departemen Pendidikan, Agama dan Kerajinan, agar memberikan perhatian pada Kartini tiga bersaudara.
Lalu, siapakah perempuan lain yang memiliki andil besar dalam pergerakan di masyarakat dengan lebih nyata? Salah satu nama yang mempunyai pergerakan nyata adalah Rohana Kudus. Siapa beliau? Rohana Kudus lahir tanggal 20 Desember 1884 di Koto Gadang, Kabupaten Agam, Sumatra Barat, Ayahnya bernama Mohamad Rasjad Maharadja Soetan sedangkan ibunya bernama Kiam. Nama Kudus sendiri diambil dari nama suaminya, Abdul Kudus.
Sama-sama berjuang melalui "Pena" dengan tulisan-tulisan dan pemikirannya. Rohana Kudus muncul lebih dulu mewujudkan ide-idenya dengan tindakan nyata. Rohana menyebarkan ide-ide pemikirannya melalui koran-koran ciptaannya sendiri yang dipimpinnya. Mulai dari Sunting Melayu (Koto Gadang), Wanita Bergerak (Padang), Radio (Padang), hingga Cahaya Sumatera (Medan), bahkan Rohana Kudus dianggap sebagai jurnalis perempuan pertama Indonesia.
Selain menerbitkan koran, Rohana Kudus sejak kecil pandai menulis dalam bahasa Melayu, Arab dan Arab Melayu dan kegiatan tersebut terus berlanjut hingga dewasa. Diapun diajarkan keterampilan menjahit, menyulam, merenda dan merajut yang didapat dari tetangganya seorang istri pejabat Belanda. Menikah pada usia 24 tahun dengan Abdul Kudus yang seorang aktivis dan notaris yang sering menulis kritik terhadap pemerintahan Belanda, Rohana mendapat dukungan penuh dalam menuangkan ide-idenya. Komitmennya pada dunia pendidikan kaum perempuan pun diwujudkan dengan mendirikan sekolah Keradjinan Amai Setia pada tahun 1911, dalam sekolah tersebut juga diajarkan agar para wanita bisa baca-tulis, menjahit, menyulam. Selain itu diajarkan pengetahuan umum dan pengetahuan agama.

Keradjinan Amai Setia
Ketika pindah ke Bukittinggi, Rohana mendirikan sekolah dengan nama “Rohana School”. Rohana School sangat terkenal muridnya banyak, tidak hanya dari Bukittinggi tapi juga dari daerah lain. Hal ini disebabkan Rohana sudah cukup populer dengan hasil karyanya yang bermutu dan juga jabatannya sebagai Pemimpin Redaksi Sunting Melayu membuat eksistensinya tidak diragukan.

Rohana Kudus
Lalu, bagaimana pergerakan perempuan pada masa kini? Bahasan ini akan semakin menarik karena justru perempuan sekarang telah banyak mengisi posisi penting baik di pemerintahan ataupun perusahaan baik negeri maupun swasta. Sebut saja sosok ibu Susi Pudjiastuti dan ibu Tri Rismaharini dan masih banyak lagi. Lalu ada Catherine Hindra Sutjahyo dibalik online shop ZALORA yang pada akhir 2014 memperoleh laba USD 63,5 triliun. Bahkan Forbes pada tahun ini merilis daftar yang dianggap sebagai orang-orang berpengaruh di Asia dan dari Indonesia ada sosok perempuan yang mewakili yaitu Peggy Hartanto (27) sebagai desainer lalu ada sosok Helga Angelina Tjahjadi (25) sebagai Co Founder Burgreens, restoran makanan organik. Seteah itu ada Merrie Elizabeth (28) sebagai Founder BloBar salon. Pada Social Entrepreneurs ada Heni Sri Sundani Jaladara (28) sebagai Founder Smart Farmer Kids In Action & AgroEdu Jampang Community dan terakhir ada Leonika Sari Njoto Boedioetomo CEO Reblood dan Mesty Aritedjo (26) sang Founder WeCare.id.
Forbes bukan tanpa sebab merilis nama-nama tersebut. Mereka yang masuk daftar tersebut dianggap sebagai orang-orang yang memiliki pengaruh, sosok pemimpin yang menjanjikan, entrepreneur handal dan sebagai agen perubahan. Sehingga patut diapresiasi sebagai contoh pergerakan perempuan masa kini. (lihat daftar lengkapnya di sini)
Dahulu, berjuang erat kaitannya dengan mengangkat senjata. Lalu saat ini banyak cara lain untuk berjuang melalui ide, tulisan, karya dan prestasi di berbagai bidang. Ada kalimat menarik dari Rohana Kudus tentang emansipasi wanita dan tanpa melepaskan kodratnya sebagai perempuan. “Perputaran zaman tidak akan pernah membuat perempuan menyamai laki-laki. Perempuan tetaplah perempuan dengan segala kemampuan dan kewajibannya. Yang harus berubah adalah perempuan harus mendapat pendidikan dan perlakuan yang lebih baik. Perempuan harus sehat jasmani dan rohani, berakhlak dan berbudi pekerti luhur, taat beribadah, yang kesemuanya hanya akan terpenuhi dengan mempunyai ilmu pengetahuan.”
@luqmanhae
Sumber: ndakdolai.wordpress.comdan forbes.com

Spoiler for Artikel:
Hari ini, 21 April adalah hari Kartini yang menjadi hari bersejarah bagi para perempuan Indonesia. Raden Ajeng Kartini (R.A Kartini) dianggap menjadi contoh pergerakan perempuan dahulu dari keterbatasan karena terkurung akibat ketidaksetaraan hak-hak antara laki-laki dan perempuan pada masyarakat yang konservatif. R.A Kartini pada masanya bisa dibilang menjadi salah satu perempuan yang beruntung karena sempat mengenyam pendidikan sekolah dasar yang menjadikannya perempuan yang memiliki kemampuan membaca dan menulis dibandingkan dengan perempuan pribumi lainnya. Dengan bekal itulah beliau menjadi perempuan yang bertekad memperjuangkan hak-hak dan kesetaraan terhadap perempuan.
Tetapi, ternyata R.A Kartini tak hanya sendiri. Kedekatannya dengan Belanda dan adanya dukungan Belanda dibalik pergerakannya menjadi sorotan. Bahkan guru besar Universitas Indonesia Prof. Dr. Harsja W. Bachtiar pernah menggugat masalah ini. Ia mengkritik ‘pengkultusan‘ R.A. Kartini sebagai pahlawan nasional Indonesia. Dalam buku Satu Abad Kartini (1879-1979), (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1990, cetakan ke-4), Harsja W. Bahtiar menulis sebuah artikel berjudul “Kartini dan Peranan Wanita dalam Masyarakat Kita“. Tulisan ini bernada gugatan terhadap penokohan Kartini. “Kita mengambil alih Kartini sebagai lambang emansipasi wanita di Indonesia dari orang-orang Belanda. Kita tidak mencipta sendiri lambang budaya ini, meskipun kemudian kitalah yang mengembangkannya lebih lanjut,” tulis Harsja W. Bachtiar.
Penelusuran Prof. Harsja W. Bachtiar terhadap penokohan Kartini akhirnya menemukan kenyataan, bahwa Kartini memang dipilih oleh orang Belanda untuk ditampilkan ke depan sebagai pendekar kemajuan wanita pribumi di Indonesia. Mula-mula Kartini bergaul dengan Asisten-Residen Ovink suami istri. Adalah Cristiaan Snouck Hurgronje, penasehat pemerintah Hindia Belanda, yang mendorong J.H. Abendanon, Direktur Departemen Pendidikan, Agama dan Kerajinan, agar memberikan perhatian pada Kartini tiga bersaudara.
Lalu, siapakah perempuan lain yang memiliki andil besar dalam pergerakan di masyarakat dengan lebih nyata? Salah satu nama yang mempunyai pergerakan nyata adalah Rohana Kudus. Siapa beliau? Rohana Kudus lahir tanggal 20 Desember 1884 di Koto Gadang, Kabupaten Agam, Sumatra Barat, Ayahnya bernama Mohamad Rasjad Maharadja Soetan sedangkan ibunya bernama Kiam. Nama Kudus sendiri diambil dari nama suaminya, Abdul Kudus.
Sama-sama berjuang melalui "Pena" dengan tulisan-tulisan dan pemikirannya. Rohana Kudus muncul lebih dulu mewujudkan ide-idenya dengan tindakan nyata. Rohana menyebarkan ide-ide pemikirannya melalui koran-koran ciptaannya sendiri yang dipimpinnya. Mulai dari Sunting Melayu (Koto Gadang), Wanita Bergerak (Padang), Radio (Padang), hingga Cahaya Sumatera (Medan), bahkan Rohana Kudus dianggap sebagai jurnalis perempuan pertama Indonesia.
Selain menerbitkan koran, Rohana Kudus sejak kecil pandai menulis dalam bahasa Melayu, Arab dan Arab Melayu dan kegiatan tersebut terus berlanjut hingga dewasa. Diapun diajarkan keterampilan menjahit, menyulam, merenda dan merajut yang didapat dari tetangganya seorang istri pejabat Belanda. Menikah pada usia 24 tahun dengan Abdul Kudus yang seorang aktivis dan notaris yang sering menulis kritik terhadap pemerintahan Belanda, Rohana mendapat dukungan penuh dalam menuangkan ide-idenya. Komitmennya pada dunia pendidikan kaum perempuan pun diwujudkan dengan mendirikan sekolah Keradjinan Amai Setia pada tahun 1911, dalam sekolah tersebut juga diajarkan agar para wanita bisa baca-tulis, menjahit, menyulam. Selain itu diajarkan pengetahuan umum dan pengetahuan agama.

Keradjinan Amai Setia
Ketika pindah ke Bukittinggi, Rohana mendirikan sekolah dengan nama “Rohana School”. Rohana School sangat terkenal muridnya banyak, tidak hanya dari Bukittinggi tapi juga dari daerah lain. Hal ini disebabkan Rohana sudah cukup populer dengan hasil karyanya yang bermutu dan juga jabatannya sebagai Pemimpin Redaksi Sunting Melayu membuat eksistensinya tidak diragukan.

Rohana Kudus
Lalu, bagaimana pergerakan perempuan pada masa kini? Bahasan ini akan semakin menarik karena justru perempuan sekarang telah banyak mengisi posisi penting baik di pemerintahan ataupun perusahaan baik negeri maupun swasta. Sebut saja sosok ibu Susi Pudjiastuti dan ibu Tri Rismaharini dan masih banyak lagi. Lalu ada Catherine Hindra Sutjahyo dibalik online shop ZALORA yang pada akhir 2014 memperoleh laba USD 63,5 triliun. Bahkan Forbes pada tahun ini merilis daftar yang dianggap sebagai orang-orang berpengaruh di Asia dan dari Indonesia ada sosok perempuan yang mewakili yaitu Peggy Hartanto (27) sebagai desainer lalu ada sosok Helga Angelina Tjahjadi (25) sebagai Co Founder Burgreens, restoran makanan organik. Seteah itu ada Merrie Elizabeth (28) sebagai Founder BloBar salon. Pada Social Entrepreneurs ada Heni Sri Sundani Jaladara (28) sebagai Founder Smart Farmer Kids In Action & AgroEdu Jampang Community dan terakhir ada Leonika Sari Njoto Boedioetomo CEO Reblood dan Mesty Aritedjo (26) sang Founder WeCare.id.
Forbes bukan tanpa sebab merilis nama-nama tersebut. Mereka yang masuk daftar tersebut dianggap sebagai orang-orang yang memiliki pengaruh, sosok pemimpin yang menjanjikan, entrepreneur handal dan sebagai agen perubahan. Sehingga patut diapresiasi sebagai contoh pergerakan perempuan masa kini. (lihat daftar lengkapnya di sini)
Dahulu, berjuang erat kaitannya dengan mengangkat senjata. Lalu saat ini banyak cara lain untuk berjuang melalui ide, tulisan, karya dan prestasi di berbagai bidang. Ada kalimat menarik dari Rohana Kudus tentang emansipasi wanita dan tanpa melepaskan kodratnya sebagai perempuan. “Perputaran zaman tidak akan pernah membuat perempuan menyamai laki-laki. Perempuan tetaplah perempuan dengan segala kemampuan dan kewajibannya. Yang harus berubah adalah perempuan harus mendapat pendidikan dan perlakuan yang lebih baik. Perempuan harus sehat jasmani dan rohani, berakhlak dan berbudi pekerti luhur, taat beribadah, yang kesemuanya hanya akan terpenuhi dengan mempunyai ilmu pengetahuan.”
@luqmanhae
Sumber: ndakdolai.wordpress.comdan forbes.com
0
45.4K
Kutip
296
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan