Kaskus

News

indonesakuAvatar border
TS
indonesaku
Beratnya Perjuangan Anak Buruh Pembuat Batu Bata Menjadi Polwan
Semua Dilalui dengan Ikhlas Demi Keluarga

SIAGAINDONESIA.COM Bripda Putri Tanti Rahayu (20) anggota Bagian Perencanaan Polres Magelang, anak dari Tobai (48) seorang buruh pembuat batu bata dan Mulyanti (43) buruh Pabrik Garmen di Bawen Semarang, sejak awal tidak pernah berangan-angan untuk menjadi seorang polisi wanita (Polwan). Mengingat status ekonomi keluarganya yang tidak mampu atau dikatakan pas–pasan.


Beratnya Perjuangan Anak Buruh Pembuat Batu Bata Menjadi Polwan
Bripda Putri didampingi kedua orangtuanya.


Namun demikian, anak sulung dari empat bersaudara ini pada akhirnya mampu mengenyam pendidikan sampai tingkat SMA. Sehingga pada bulan April 2014 dia mendengar berita kalau kepolisian membutuhkan Polwan sebanyak 7000 seluruh Indonesia. Bripda Putri lantas mendaftar.

“Saya disuruh ibu mendaftar. Tapi saya sempat beranggapan kalau masuk polisi harus bayar. Saya sempat menolaknya,” cerita Bripda Putri.

Lantas ibunya berkata, “Memangnya yang bisa masuk polisi hanya orang yang punya duit. Nduk, kalau misalnya jadi rejekimu Lillahi Taala Nduk, dicoba dulu,” pesan sang bunda.

Selanjutnya Bripda Putri mendaftar. Namun diakuinya waktu itu sulit untuk input. Dia lantas bertanya ke Polsek Salaman, Magelang. “Oleh petugas jaga saya disarankan untuk bertanya langsung ke Polres Magelang, namun saya takut dengan polisi sehingga saya memutuskan untuk mencoba mencari info melalui internet,” kenangnya.

Setelah Ujian Nasional (UN), Bripda Putri mencoba input data dengan dibantu temannya. akhirnya bisa log in. “Selanjutnya saya melakukan verifikasi ke Polres Magelang pada hari terakhir pendaftaran. Saat pengumpulan administrasi saya hanya membawa foto copy KTP, kartu keluarga, KTP orangtua dan foto copy ijazah. Dan pada saat ritmin awal saya datang ke Polres Magelang lalu naik ke lantai dua dan bertemu dengan pendaftar dari salah satu SMA Favorit (SMA N 1 Magelang ),saya merasa kecil hati (minder) karena administrasi saya masih banyak kurang lengkap,” urainya.

Bripda Putri lantas memutuskan untuk pulang ke rumah dengan mengggunakan angkutan umum. Dia menunggu di depan Polres, namun angkutan tidak kunjung ada. Selanjutnya dalam kondisi hujan abu ringan, dia memutuskan untuk berjalan kaki.

“Sesampai di rumah sekitar jam 13.00 wib saya mendapat telpon dari petugas pendaftaran di Polres Magelang yang isinya bahwa jika saya mau mengundurkan diri. Saya diperintahkan untuk membuat surat pernyataan dengan bermaterai Rp.6000,-, kalau mau dilanjut ditunggu di Polres sampai jam 15.00 wib,” ungkap Bripda Putri.

Akhirnya dia memutuskan untuk meneruskan mendaftar dengan diantar teman. Sesampai di Polres administrasi dia diperiksa dan akhirnya panitia pendaftaran memberikan waktu kepadanya untuk melengkapi berkas apabila dirinya lolos riksmin awal.

“Saat pengumumuman saya tidak terlalu berharap untuk lolos, semuanya saya serahkan kepada Alloh SWT, dan tak disangka saya diberikan kesempatan untuk maju mengikuti tes di semarang,” ujarnya.

Setiap tes Bripda Putri mengaku selalu diantar oleh adik sepupu yang berkerja di Satpam Kantor Pajak Semarang. Lalu dia pulang pergi naik bus menuju Ambarawa. “Jika ibu saya lembur menjemput saya di depan Toserba ADA Semarang, jika tidak ibu menyusul di tempat tes saya,” tukasnya.

Di saat akan tes jasmani, Bripda Putri sempat ingin mengundurkan diri karena menyadari tidak jago renang. “Saya sempat putus asa, Namun ibu selalu memberikan dukungan. Satu kata dari nasehat ibu yang selalu saya ingat “Kasihan adik adikmu, Nduk,” cerita Bripda Putri.

Dengan keyakinan dan dorongan ibu, tes jasmani dijalani Bripda Putri walaupun tidak dipaksakan. Dengan keyakinan bila memang rejeki Alloh pasti membantu, walhasil Bripda Putri berhasil melewati tes renang. “Saya sangat bersyukur saat riksmin akhir saya dinyatakan lolos dan masuk pendidikan di SPN Purwokerto,” sebutnya.

Tekad Bripda Putri saat itu adalah keluarga. Karena pada tanggal 1 April 2014 rumahnya ambruk tanpa sebab, semuanya rata dengan tanah. Bripda Putri sedih melihat kondisi seperti itu. Dia lantas mengumpulkan semangat untuk bangkit dan mengubah keadaan.

“Saya berharap suatu saat nanti saya dan adik-adik saya dapat membuka lembaran yang lebih baik, tidak harus mempunyai banyak materi kehidupan yang sederhana bagi saya sudah lebih dari mencukupi,” tegasnya.

Walau kini sudah menjadi seorang Polwan, setiap tidur di Mass Jagoan Magelang, pagi pagi Bripda Putri selalu pulang ke rumah di pelosok daerah Salaman Magelang, untuk sekedar masak buat hidangan ayah dan adiknya, selanjutnya berangkat kerja sambil mengantar adik adiknya pergi ke sekolah.

Bripda Putri kini tetap mendiami rumah reot yang sangat sederhana terbuat dari bambu. Bersama kedua orangtua dan tiga adiknya, Bripda Putri tetap menjadi wanita sederhana namun cerdas bagaikan sosok Kartini masa kini.trib

sumber : http://www.siagaindonesia.com/122052...di-polwan.html
0
1.9K
3
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan