- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
KH Hasyim Muzadi: Negara Tak Perlu Minta Maaf Kepada PKI


TS
rendymyid
KH Hasyim Muzadi: Negara Tak Perlu Minta Maaf Kepada PKI
Jakarta, GATRAnews - Anggota Dewan Pertimbangan Presiden KH Hasyim Muzadi menyatakan dirinya tidak ikut, apalagi menyetujui apa yang terjadi dan menjadi arah simposium korban tragedi 1965 untuk mendesak Presiden Joko Widodo meminta maaf pada para korban tragedi 1965 itu atas nama negara.
Menurut pengasuh Pondok Pesantren Al-Hikam ini, kalau yang dimaksud adalah “negara yang meminta maaf” kepada korban 65, tentu salah alamat karena negara tidak pernah salah apa-apa.
“Yang bisa salah adalah rezim pemerintahan dalam masa pemerintahannya. Mengapa kejadian zaman pemerintahan Pak Harto harus Pak Jokowi yang meminta maaf?” katanya.
Dia menambahkan bahwa negara bersifat permanen, sedangkan rezim bersifat temporer. Negara Indonesia sampai hari ini sudah berganti tujuh rezim pemerintahan.
“Kalau dikembalikan ke zaman Pak Harto, sekarang ini sudah banyak yang wafat, juga demikian korban tragedi 1965, lalu siapa meminta maaf siapa?” kata Muzadi.
Tuntutan permintaan maaf ini hanya dilakukan melalui pendekatan HAM saja, sedangkan korban tragedi 1965 langsung atau tidak langsung berkaitan dengan peristiwa G-30-S/PKI.
“Kenapa tidak dilakukan secara seimbang antara HAM dan pemberontakan? Kalau seimbang baru diketahui pelanggaran HAM sebagai ekses,” ucapnya.
Mantan ketua umum PB NU ini menyebutkan desakan minta maaf itu pasti membebani presiden, baik secara politik, keamanan maupun ekonomi. "Bahkan bisa terjadi kegoncangan,” kata Muzadi, dalam keterangan tertulisnya Rabu (20/4).
Saat ini, lanjutnya, nama pemerintah mulai naik, bahkan ekonomi sedikit membaik. "Jadi sangat tidak layak untuk direcoki,” imbuh Muzadi.
Hasyim Muzadi mengaku pada saat kampanye presiden, dia pernah menyampaikan kepada Jokowi di rumahnya, di Solo, bahwa untuk membangun Indonesia baru bisa dirasakan kalau masa jabatannya 10 tahun alias dua periode penuh.
“Oleh karena itu, saya bersedia secara tulus mengantar umroh ke Makkah waktu minggu tenang agar hilang anggapan bahwa Pak Jokowi adalah Kristen, atheis, dan lain-lain. Tuduhan itu tidak benar," ujar Muzadi.
Reporter: Ervan Bayu
Editor: Dani Hamdani
Ngebor di : http://www.gatra.com/nusantara/nasio...aaf-kepada-pki
Menurut pengasuh Pondok Pesantren Al-Hikam ini, kalau yang dimaksud adalah “negara yang meminta maaf” kepada korban 65, tentu salah alamat karena negara tidak pernah salah apa-apa.
“Yang bisa salah adalah rezim pemerintahan dalam masa pemerintahannya. Mengapa kejadian zaman pemerintahan Pak Harto harus Pak Jokowi yang meminta maaf?” katanya.
Dia menambahkan bahwa negara bersifat permanen, sedangkan rezim bersifat temporer. Negara Indonesia sampai hari ini sudah berganti tujuh rezim pemerintahan.
“Kalau dikembalikan ke zaman Pak Harto, sekarang ini sudah banyak yang wafat, juga demikian korban tragedi 1965, lalu siapa meminta maaf siapa?” kata Muzadi.
Tuntutan permintaan maaf ini hanya dilakukan melalui pendekatan HAM saja, sedangkan korban tragedi 1965 langsung atau tidak langsung berkaitan dengan peristiwa G-30-S/PKI.
“Kenapa tidak dilakukan secara seimbang antara HAM dan pemberontakan? Kalau seimbang baru diketahui pelanggaran HAM sebagai ekses,” ucapnya.
Mantan ketua umum PB NU ini menyebutkan desakan minta maaf itu pasti membebani presiden, baik secara politik, keamanan maupun ekonomi. "Bahkan bisa terjadi kegoncangan,” kata Muzadi, dalam keterangan tertulisnya Rabu (20/4).
Saat ini, lanjutnya, nama pemerintah mulai naik, bahkan ekonomi sedikit membaik. "Jadi sangat tidak layak untuk direcoki,” imbuh Muzadi.
Hasyim Muzadi mengaku pada saat kampanye presiden, dia pernah menyampaikan kepada Jokowi di rumahnya, di Solo, bahwa untuk membangun Indonesia baru bisa dirasakan kalau masa jabatannya 10 tahun alias dua periode penuh.
“Oleh karena itu, saya bersedia secara tulus mengantar umroh ke Makkah waktu minggu tenang agar hilang anggapan bahwa Pak Jokowi adalah Kristen, atheis, dan lain-lain. Tuduhan itu tidak benar," ujar Muzadi.
Reporter: Ervan Bayu
Editor: Dani Hamdani
Ngebor di : http://www.gatra.com/nusantara/nasio...aaf-kepada-pki
0
3.3K
47


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan