Pertama ane ingin bercerita tentang kisah ane selama kurang lebih 1 tahun hingga sekarang. ane merupakan seorang sarjana yang sudah lulus dari dunia perkuliahan pada awal tahun 2015 dari salah satu universitas ternama dengan jurusan keren deh pokoknya dan tidak lupa IPK yang cumlaude

. betapa bahagianya ketika memakai toga dengan predikat cumlaude maju kepanggung untuk upacara pemindahan tali


dan dengan berjuta-juta harapan setelah itu akan dapat perkerjaan dengan mudah dan mapan.
Setelah lulus dari perkuliahan tahun lalu itu, hingga saat ini mungkin sudah lebih dari 100 perusahaan yang sudah ane kirimin surat lamaran baik via online maupun offline. Perusahaan tersebut bercampuran dari perusahaan yang besar hingga perusahaan yang kecil. Dari banyaknya perusahaan yang sudah ane kirimin surat lamaran hanya ada sedikit perusahaan yang telah memanggil. Ane pun mendatangi tes awal yaitu psikotes. akan tetapi pada psikotes pertama ane gagal, ane berfikir mungkin karena ane kurang belajar dan akhirnya ane berlajar terus. hingga lama kelamaan waktu terus berjalan dan semua sudah ane lalui. Namun dari perusahaan2 yang telah ane datangi dan ane kerjain psikotes hanya pernah 2x lolos dalam tahap psikotes, namun gagal dalam interview. Ane pernah psikotes lebih dari 20x di perusahaan yang berbeda-beda namun hasilnya tidak tau entah kemana(hasilnya ane kecewa karena tidak lolos psikotes tersebut
Dan akhirnya hingga saat ini ane selalu mencari titik keburukan ane pada bagian apa sehingga ane selalu gagal dalam tahap psikotes yang merupakan hal yang harus dilakukan disebuah perusahaan untuk mendapatkan kandidat yang luarbiasa.
Setiap hari ane tidak pernah lelah untuk memikirkan hal itu karena memang ane butuh pekerjaan yang pantas dan tepat untuk ane. Tetapi bukankah perusahaan memilih kandidat yang luar biasa sedangkan ane untuk lolos psikotes harus berusaha sekuat tenaga hingga pada akhirnya tidak tahu apa kekurangan ane yang menimbulkan ane tidak lolos psikotes.
Ane pernah baca kiat cara menghadapi psikotes yang isinya cotoh-cotoh soal ini itu dll, yang menurut ane kalau psikotes tersebut bersangkautan dengan pengetahuan atau sinonim atau antonim atau sejenisnya mungkin emang bisa di pelajari. Akan tetapi bukankah psikotes merupakan alat untuk mengetahui kepribadian, kemampuan, ketahanan kerja, dan lain-lain yang merupakan hasil psikologi dari diri kita sendiri? lalu bagaimanakah jika kita belajar psikotes? akankah dari hasil kita ingat jawaban yang sudah pernah kita pelajari lalu kita dengan mudah dapat menghasilkan perilaku psikologi yang begitu pula? Dengan contoh, ane mungkin terus menerus mau belajar dengan cara mengingat-ingat jawaban. Ct: pada suatu hari ane mendatangi psikotes, soal psikotes tersebut sama dengan apa yang ane pelajari sehingga ane lolos tahap psikotes. TAPI, apakah dengan hal yang seperti itu kita tidak berdosa? karena kita tidak memilh berdasarkan dari hati kita sendiri melaikan dari buku-buku yang sudah kita pelajari.
Namun, selama ini apakah emang ane harus terus menerus belajar hanya untuk mendapatkan hasil psikotes yang bohongan?
terkadang ane juga down kenapa tidak mendapat-dapatkan pekerjaan? apakah hasil dari kuliah ane akan sia-sia? apakah ane terlalu pendiam sehingga tidak ada perusahaan yang mau nerima ane? apakah karena ane tidak pandai bicara sehingga perusahaan tidak mau menerima ane? OKE!! pendiam dan bicara tidak masalah karena kalau ini dapat dengan mudah dipelajari. akan tetapi bagaimana dengan kisah ane yang sudah setahun lebih tanpa penghasilan? SAYA DENGAN KASIHAN ORANG TUA SAYA KARENA SUDAH MEMBIAYAI SAYA TAPI SAYA BELUM BISA MEMBAHAGIAKANNYA. harus bagaimanakah ane ?
memang diluar sana banyak sarjana yang akhirnya berusaha untuk berwirausaha. akan tetapi ane ingin mengetahui ada apa dengan semua ini? apa solusi dari semua ini? apakah ane harus ke tempat psikolog agar ane tau kenapa pada diri ane?
[Help] mungkin ada yang bisa baca tulisan ane, ane ini adalah orang yang bagaimana? agar ane tau apa yang harus ane perbaiki.
*bebas ngatain ane, untuk nambah semangat ane aja gan.
Terimakasih, mohon kritik dan saran untuk saya.