1.Bocah ini ganti kelamin di usia lima tahun
Jazz Jennings dikenal sebagai remaja pengacara bagi anak-anak transgender. Dia sudah menulis sebuah buku berjudul "Saya Jazz" yang menceritakan kisah hidupnya sebagai seorang transgender perempuan.

Dia juga merupakan pendiri Yayasan Anak-Anak Transgender. Dia sudah tampil di sejumlah media, sekolah, dan konferensi di Amerika Serikat.

Meski terlahir sebagai laki-laki, Jazz selalu merasa dirinya seorang perempuan. Ketika usianya lima tahun Jazz didiagnosa mengidap Gangguan Identitas Kelamin hingga dia mengubah kelaminnya menjadi perempuan. Dia kemudian hidup dan berpakaian layaknya perempuan.

Kini saat usianya 13 tahun Jazz harus mengalami masa pubertas. Dia sekarang masih menjalani terapi hormon buat mencegah tumbuhnya rambut di bagian tubuhnya seperti laki-laki. Urusan kencan pun menjadi masalah bagi Jazz.

"Jika seorang anak laki-laki menolak saya karena kondisi saya begini maka saya langsung tahu dia sama sekali tidak cocok buat saya," kata dia.

2. Bocah Argentina ganti kelamin di usia enam tahun
Pada September tahun lalu seorang bocah perempuan enam tahun bernama Luana alias Lulu menjadi bocah transjender pertama dan termuda di Argentina. Lewat Undang-Undang Identitas Kelamin dia boleh mengganti jenis kelaminnya.

Ibu Lulu, Gabriella, menulis surat kepada Gubernur Buenos Aires Daniel Scioli dan Presiden Argentina Christina Kirchner tentang kondisi anaknya. Dia menulis putrinya terlahir sebagai laki-laki tapi kemudian diperlakukan sebagai perempuan setelah dia bisa bicara.

Permintaan Lulu awalnya ditolak tapi kemudian Menteri Anak-anak, Pemuda, dan Keluarga mengabulkan permohonannya dengan mengutip hak asasi internasional.

Sciolo kemudian menyetujui pengubahan nama Lulu, baik di KTP dan akta kelahirannya.

3.Baru dua tahun bocah perempuan ini mengaku laki-laki
Tyler lahir sebagai perempuan. Namun ketika usianya baru dua tahun dia bilang kepada orang tuanya bahwa dia laki-laki.

Orang tua Tyler, Jean dan Stephen, melihat putri bungsu mereka tidak ingin bermain dengan perempuan.

Setelah setahun berkukuh dirinya seorang laki-laki akhirnya Jean menunjukkan dia sebuah buku tentang anatomi tubuh manusia.

"Lihat, kamu seorang perempuan. Kamu punya bagian tubuh perempuan," kata Jean kepada Tyler.

Ketika berusia empat tahun akhirnya jean membawa putrinya itu ke seorang psikolog yang menyatakan putrinya mengalami sindrom Jender. Dokter kemudian menyarankan Tyler dibolehkan menjadi laki-laki.

Dia kemudian mulai memakai baju laki-laki dan tiap kali ditanya dia akan menjawab, "Saya laki-laki."

4.Di usia sembilan tahun bocah laki-laki ini ganti kelamin
Harriette Cunningham, sepuluh tahun, awalnya terlahir sebagai laki-laki. Namun menjelang usia sembilan tahun dia tahu bawah dirinya adalah perempuan dan mengganti kelaminnya. Dia kemudian hanya mengenakan baju perempuan. Kini dia ingin mengubah identitas kelaminnya di KTP dan akta kelahiran.

Dengan bantuan neneknya Harriette sudah menulis surat buat mengampanyekan perubahan di akta kelahirannya.

Dia juga mengajukan tuntutan hak asasi kepada pemerintah Kanada buat memperjuangkan keinginannya itu.

"Ketika saya harus memperlihatkan KTP atau melalui petugas Bea Cukai mereka memandang saya dengan hina. Saya perempuan dan seperti orang lain juga," kata dia.

5.Bocah transjender menangkan kasus diskriminasi
Ketika baru berumur 18 bulan Coy Mathis, dinyatakan sebagai bayi perempuan. Tapi setelah berusia enam tahun dia dilarang memakai toilet perempuan di Sekolah Dasar Eagleside di Fountain, Negara Bagian Colorado, Amerika Serikat, pada Desember 2012.

Sebelumnya Mathis yang biasa memakai baju bocah perempuan dan dinyatakan sebagai perempuan di paspor dan KTPnya tak pernah bermasalah ketika menggunakan toilet perempuan.

Setelah setahun tanpa pemberitahuan akhirnya orang tua Coy diberitahu bahwa putri mereka dilarang memakai toilet perempuan dan harus menggunakan toilet laki-laki.

Orang tua Coy kemudian melayangkan gugatan ke pihak sekolah. Itu adalah gugatan hukum pertama dalam soal pemakaian toilet transjender di bawah hukum anti-diskriminasi Colorado. Akhirnya gugatan orang tua Coy dikabulkan.

"Sekolah tidak boleh diskriminasi kepada siswanya. Kami senang Coy akan kembali ke sekolah dan diperlakukan sama," ujar Kathryn Mathis, ibu Coy.