- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
KISAH NYATA SEWAKTU DI GUNUNG MARAPI SUMBAR


TS
agungrasix
KISAH NYATA SEWAKTU DI GUNUNG MARAPI SUMBAR

Spoiler for :

Spoiler for :
Bukti dari warga sanahttps://www.kaskus.co.id/show_post/5...7868d22b8b4567
Spoiler for :

Spoiler for FAQ for My Real Story:
Q: Ini kpn kejadian nya gan?
A: Juni 2013
Q: Cerita asli gan?
A: Awalnya cuma pengalaman pribadi sih tp akhirnya ane tuang kedalam bentuk cerita
Q: Misal ada yg komen yg pernah naik ke gunung Marapi jg tp gak ada kejadian kyk agan gini gmn? Beda cerita dong. Kesannya ini cerita fiksi?
A: Ya berarti intinya dia gak dapat pengalaman berharga yg kyk gini. Mau nyoba? SILAHKAN
Abis itu bikin trit kyk gini juga 
Q: Wah agan nantangin ya?
A: Ane gak nantangin. Mksd ane disini pengalaman tiap org kan pasti beda2 dan beruntungnya ane pernah ngerasain pengalaman kyk gitu. Ya kalo cerita ane ini terkesan fiksi, silahkan coba sendiri aja gan. Biar tau sendiri gmn nantinya hehe
Q: No pict = Hoax
A: Dalam perjalanan hujan, gelap, licin, lapar, haus, capek, emosi, takut, kedinginan & pasrah masih sempat foto?
Q: Katanya dicerita ini agan dan teman2nya sering foto2?
A: Iya ada pas di taman Edelweis. Di akhir cerita ane upload
Q: Kapok gak gan? Trauma?
A: Kapok sih gak. Trauma? SANGAT. Uji nyali coy
Q: Kok Updatenya lama?
A: Ane bkn pengangguran (NO SARA) yg gak ada kegiatan. Ane skrg udah jd mahasiswa gan jd harap dimaklumin dgn kegiatan ane skrg
A: Juni 2013
Q: Cerita asli gan?
A: Awalnya cuma pengalaman pribadi sih tp akhirnya ane tuang kedalam bentuk cerita
Q: Misal ada yg komen yg pernah naik ke gunung Marapi jg tp gak ada kejadian kyk agan gini gmn? Beda cerita dong. Kesannya ini cerita fiksi?
A: Ya berarti intinya dia gak dapat pengalaman berharga yg kyk gini. Mau nyoba? SILAHKAN


Q: Wah agan nantangin ya?
A: Ane gak nantangin. Mksd ane disini pengalaman tiap org kan pasti beda2 dan beruntungnya ane pernah ngerasain pengalaman kyk gitu. Ya kalo cerita ane ini terkesan fiksi, silahkan coba sendiri aja gan. Biar tau sendiri gmn nantinya hehe

Q: No pict = Hoax
A: Dalam perjalanan hujan, gelap, licin, lapar, haus, capek, emosi, takut, kedinginan & pasrah masih sempat foto?
Q: Katanya dicerita ini agan dan teman2nya sering foto2?
A: Iya ada pas di taman Edelweis. Di akhir cerita ane upload

Q: Kapok gak gan? Trauma?
A: Kapok sih gak. Trauma? SANGAT. Uji nyali coy

Q: Kok Updatenya lama?
A: Ane bkn pengangguran (NO SARA) yg gak ada kegiatan. Ane skrg udah jd mahasiswa gan jd harap dimaklumin dgn kegiatan ane skrg

Spoiler for ATTENTION:
Mengingat hal ini adalah cerita asli dan menyangkut image, ane selaku TS akan merahasiakan asal sekolah ane namun tdk dgn asal kota ane.
Spoiler for NB:
Mohon dimaafkan apabila cerita yg ane buat ini terkesan panjang, membosankan, ribet atau yg lainnya. Hal ini ane lakukakan karena memang begitu adanya. Kl ada cerita yg ane lewatin, malah gak nyambung nantinya.
Kl dlm penggunaan bahasa yg agak "aneh" maklumin aja ya gan, soalnya ane gak pandai jadi pujangga yg pandai merangkai kata
Kl dlm penggunaan bahasa yg agak "aneh" maklumin aja ya gan, soalnya ane gak pandai jadi pujangga yg pandai merangkai kata

Spoiler for Intro :
Anggota PA & Keterangan Pribadi
Agung : Biasa saja
Arif : Biasa saja
Adrian : Biasa saja
Nopan : Keras kepala, leader
Andri : Biasa saja
Agam : Asli orang Padang, daerah Simabur dan kebetulan kami tinggal di tempat neneknya, memiliki "bodyguard" yg berupa Singa.
John : Selaku ketua PA & orang Padang juga
Aby : Biasa saja
Rio : Biasa saja
Billy : Biasa saja (pengalaman pertama mendaki)
Dwiki : Biasa saja
Imam : Sering ngomong kotor
Septian : Suka foto2
Galih : Orang jawa yg mempunyai "Bodyguard" dari neneknya yg berupa Macan
Jalil : Biasa saja
Ardian : Biasa saja
Pemandu & Keterangan Pribadi
Angga : Kakak sepupunya Agam & Egois
Can : SUPER SAKTI, Penjaga Desa Simabur dan LABIL. Kadang baik kadang nggak. Kadang marah kadang ngelucu
Temannya Can (ane lupa namanya, sebut saja TA : Teman Angga) : Banyakan diam sih dia.
Agung : Biasa saja
Arif : Biasa saja
Adrian : Biasa saja
Nopan : Keras kepala, leader
Andri : Biasa saja
Agam : Asli orang Padang, daerah Simabur dan kebetulan kami tinggal di tempat neneknya, memiliki "bodyguard" yg berupa Singa.
John : Selaku ketua PA & orang Padang juga
Aby : Biasa saja
Rio : Biasa saja
Billy : Biasa saja (pengalaman pertama mendaki)
Dwiki : Biasa saja
Imam : Sering ngomong kotor
Septian : Suka foto2
Galih : Orang jawa yg mempunyai "Bodyguard" dari neneknya yg berupa Macan
Jalil : Biasa saja
Ardian : Biasa saja
Pemandu & Keterangan Pribadi
Angga : Kakak sepupunya Agam & Egois
Can : SUPER SAKTI, Penjaga Desa Simabur dan LABIL. Kadang baik kadang nggak. Kadang marah kadang ngelucu
Temannya Can (ane lupa namanya, sebut saja TA : Teman Angga) : Banyakan diam sih dia.
Spoiler for PLANNING AWAL:
Cerita ini berawal dari saya yang lagi duduk di kelas 2 SMA di Kota Bengkulu. Dsna saya mengikuti eskul a.k.a ekstrakulikuler Pecinta Alam (PA). Menjelang libur semester panjang, saya beserta teman-teman dari PA akan pergi mendaki ke Gunung Marapi, Padang, Sumbar. Tujuan mendaki ini adalah salah satu kegiatan rutin dari eskul PA. Dd semua anggota PA waktu itu (sekitar 30an orang), akhirnya trdpt 16 orang yang siap dan bersedia pergi mendaki trmsk saya salah satunya. Dari 15 orang itu yakni Arif , Nopan, Ardian, Adrian, Andri, Agam, Billy, Septian, John, Galih, Jalil, Dwiki, Rio, Imam & Aby. Disini JO adalah selaku Ketua PA kami.
Sblm hari H, John menyiapkan bbro surat izin untuk ke 16 orang ini. Tujuan dd surat izin tsb adlh utj memberitahu para orangtua agar mengizinkan anak-anaknya (16 orang) untuk mengikuti serangkaian kegiatan mendaki ini. Untuk saya pribadi, ketika surat izin mendaki tersebut sampai ditangan kedua orang tua saya, saya langsung menyakinkan kedua orang tua saya apa & kapan kegiatan tersebut dilaksanakan. Alhamdulillah, surat izin saya itu di acc/disetujui oleh kedua orang tua saya dan tentunya saya juga mendapat amanah agar tetap menjaga tutur kata, tindakan dll nya pas di gunung nanti. Dalam rincian rencana kegiatan itu, kami memilih waktu 10 hari terhitung dr awal pergi (dari Bengkulu), di Gunung serta sekaligus liburan di kota Padang nantinya sebelum balik lagi ke Bengkulu.
Sblm hari H, John menyiapkan bbro surat izin untuk ke 16 orang ini. Tujuan dd surat izin tsb adlh utj memberitahu para orangtua agar mengizinkan anak-anaknya (16 orang) untuk mengikuti serangkaian kegiatan mendaki ini. Untuk saya pribadi, ketika surat izin mendaki tersebut sampai ditangan kedua orang tua saya, saya langsung menyakinkan kedua orang tua saya apa & kapan kegiatan tersebut dilaksanakan. Alhamdulillah, surat izin saya itu di acc/disetujui oleh kedua orang tua saya dan tentunya saya juga mendapat amanah agar tetap menjaga tutur kata, tindakan dll nya pas di gunung nanti. Dalam rincian rencana kegiatan itu, kami memilih waktu 10 hari terhitung dr awal pergi (dari Bengkulu), di Gunung serta sekaligus liburan di kota Padang nantinya sebelum balik lagi ke Bengkulu.
Spoiler for HARI KE 1 & KE 2 - SAMPAI DI PADANG:
Km memulai perjalanan dari Bengkulu pada pukul 12 siang dengan menggunakan bis kota. Dalam perjalanan ke Padang, kami asik bermain gitar & menyanyi. Bis ini serasa milik kami gan hehe secara kami ber 16 lsg memesan tiket secara bersamaan. Tmpt duduknya pun juga berurutan.
Pukul 5 pagi kami tiba di Padang. Namun utk ke lokasi penginapan, kami mesti melanjutkan perjalanan sekitar 30 menit. Ohiya, jadi slm di Padang kami nginap di rumahnya nenek teman kami Agam. Kebetulan sih Agam ini orang Padang gan. Sesampainya di tmpt penginapan, kami disambut oleh neneknya di Agam. Nenek ini kemudian kami panggil dengan nama Makwo. Makwo ini orangnya super duper baik banget gan. Pas kami sampai saja, km langsung disuguhi makanan dan minuman ala ditempat pesta-pesta pernikahan gitu. Disana juga ada keluarga-keluarga Agam yang menemani kami sarapan. Rumah Makwo ini lumayan besar gan. Apalagi Makwo ini cuma tinggal sendirian. Kegiatan sehari-hari Makwo ini adalah dari pagi sampai sore, beliau jaga warung di pasar. Kebetulan tempat tinggal kami ini berdekatan dengan pasar. Disini kami full istirahat serta berbaur dengan warga-warga sekitar.
Planning mendaki gunung Marapi itu ada di hari ke 3 dari rundown kegiatan kami. Sebelumnya, kami meminta bantuan kepada AM agar mencari seseorang yang paham dengan gunung Marapi ini dengan tujuan menjadi pemandu kami nantinya. Akhirnya setelah tidak beberapa lama, Agam ngabarin kekita bahwa ada salah satu dari keluarganya yang bersedia menemani ke gunung.
Pukul 5 pagi kami tiba di Padang. Namun utk ke lokasi penginapan, kami mesti melanjutkan perjalanan sekitar 30 menit. Ohiya, jadi slm di Padang kami nginap di rumahnya nenek teman kami Agam. Kebetulan sih Agam ini orang Padang gan. Sesampainya di tmpt penginapan, kami disambut oleh neneknya di Agam. Nenek ini kemudian kami panggil dengan nama Makwo. Makwo ini orangnya super duper baik banget gan. Pas kami sampai saja, km langsung disuguhi makanan dan minuman ala ditempat pesta-pesta pernikahan gitu. Disana juga ada keluarga-keluarga Agam yang menemani kami sarapan. Rumah Makwo ini lumayan besar gan. Apalagi Makwo ini cuma tinggal sendirian. Kegiatan sehari-hari Makwo ini adalah dari pagi sampai sore, beliau jaga warung di pasar. Kebetulan tempat tinggal kami ini berdekatan dengan pasar. Disini kami full istirahat serta berbaur dengan warga-warga sekitar.
Planning mendaki gunung Marapi itu ada di hari ke 3 dari rundown kegiatan kami. Sebelumnya, kami meminta bantuan kepada AM agar mencari seseorang yang paham dengan gunung Marapi ini dengan tujuan menjadi pemandu kami nantinya. Akhirnya setelah tidak beberapa lama, Agam ngabarin kekita bahwa ada salah satu dari keluarganya yang bersedia menemani ke gunung.
Spoiler for HARI KE 3 - KEGALAUAN SEBELUM PERGI:
Tanggal 26 Juni 2013 adalah hari dimana kami akan memulai pendakian. Semua persiapan sudah siap. Dari keperluan individu dan kelompok. Jadi dari 16 orang ini, kami membuat kelompok menjadi 4 kelompok dimana tiap kelompok berisikan 4 orang. Tujuannya sendiri adalah agar memudahkan dalam mengatur dan mengkoordinir teman-teman sewaktu di gunung nanti.
Pukul 11.00 siang kami sudah siap berangkat ke tkp. Sialnya orang yg akan menjadi pemandu kami ini ngabarin kalau dianya tidak bisa datang untuk menemani kami pergi mendaki. Lah, kan padahal sebelumnya kami sudah bilang bahwa kami butuh seseorang yang sudah paham dengan Gunung Marapi ini. Kebetulan pada waktu itu cuaca pun seakan turut tidak mendukung kami untuk pergi mendaki. Hujan lebat ditambah dengan suhu di kaki gunung ini membuat kami buntu akal. Ditambah dengan tidak adanya pemandu, beberapa dari kami memutuskan untuk mencancel pendakian. Tapi mau tidak mau, rundown kegiatan kami sudah terlanjur dibuat. Kalau nantinya pendakian ini ditunda, takutnya malah kedampak ke kegiatan hari-hari berikutnya dari rundown kami.
Pukul 13.00 hujan pun masih setia menemani kegalauan kami. Beberapa dari kami bahkan tetap ngotot untuk melanjuti pendakian walaupun tanpa seorang pemandu dan hujan yang lebat sekalipun. Setelah terjadi perdebatan yg alot sesama anggota pendakian, akhirnya kami memutuskan untuk mencancel pendakian. Dengan catatan, kami tetap mencari seseorang yang mampu menemani kami mendaki nantinya melalui Agam yang notaben punya keluarga asli di daerah sana.
Pukul 15.00 hujan pun masih meliputi kegalauan kami. Tapi sepertinya Tuhan punya rencana lain. Ada salah satu keluarga sih Agam yg lainnya bersedia menemani kami. Rencana untuk mencancel pendakian pun batal. Ya, kami tetap melanjutkan pendakian sesuai dengan jadwal yang sudah kami tetapkan. Si pemandu kami ini adalah kakak sepupunya Agam sendiri. Namanya Angga. Si Angga ternyata tidak datang sendiri melainkan bersama 2 orang temannya yg bernama Can dan satunya lagi saya lupa namanya tapi disini saya sebut saja dengan TA (Teman Angga). Akhirnya kami berdiskusi dulu dengan Angga dan teman-temannya. Intinya sih Angga ini mau menemani kami mendaki tapi dengan catatan mereka meminta untuk mendapatkan "service" dari kami. Mereka meminta uang belanja, tenda, makanan & minuman serta rokok. Parah gak tuh? Secara kan sih Angga itu adalah kakak sepupunya sih Agam itu sendiri. Mungkin untuk masalah makan, minum dan rokok kami bisa memaklumin. Lah, tp kalau tenda sama uang belanja, jujur saja kami sangat keberatan. Secara kalau dari masalah tenda, kan kami udah pas untuk per kelompok. Kalau mereka bertiga (Angga dan teman-temannya) meminta tenda, otomatis kami ber 16 orang mesti membagi 3 tenda per orang. Akhirnya mau tidak mau kami setuju untuk masalah tenda dan yang lainnya.
Pukul 16.30 hujan masih tidak kunjung berhenti. Tapi kemudian si pemandu kami Angga bilang kepada John & Agam agar diminta dibelikan kemenyan dan sejenisnya. Saya lupa detailnya bagaimana secara waktu itu saya lagi berada di kamar bersama teman-teman yang lain dan kebetulan si Angga itu cuma bilang sama John & Agam saja. Setelah permintaan Angga terpenuhi, mereka bertiga lalu pergi ntah kemana. Seperti kebetulan atau bagaimana, hujan pun berhenti! Otomatis kan kami pun senang karena cuaca sangat mendukung untuk tetap melanjutkan perjalanan pendakian.
Pukul 11.00 siang kami sudah siap berangkat ke tkp. Sialnya orang yg akan menjadi pemandu kami ini ngabarin kalau dianya tidak bisa datang untuk menemani kami pergi mendaki. Lah, kan padahal sebelumnya kami sudah bilang bahwa kami butuh seseorang yang sudah paham dengan Gunung Marapi ini. Kebetulan pada waktu itu cuaca pun seakan turut tidak mendukung kami untuk pergi mendaki. Hujan lebat ditambah dengan suhu di kaki gunung ini membuat kami buntu akal. Ditambah dengan tidak adanya pemandu, beberapa dari kami memutuskan untuk mencancel pendakian. Tapi mau tidak mau, rundown kegiatan kami sudah terlanjur dibuat. Kalau nantinya pendakian ini ditunda, takutnya malah kedampak ke kegiatan hari-hari berikutnya dari rundown kami.
Pukul 13.00 hujan pun masih setia menemani kegalauan kami. Beberapa dari kami bahkan tetap ngotot untuk melanjuti pendakian walaupun tanpa seorang pemandu dan hujan yang lebat sekalipun. Setelah terjadi perdebatan yg alot sesama anggota pendakian, akhirnya kami memutuskan untuk mencancel pendakian. Dengan catatan, kami tetap mencari seseorang yang mampu menemani kami mendaki nantinya melalui Agam yang notaben punya keluarga asli di daerah sana.
Pukul 15.00 hujan pun masih meliputi kegalauan kami. Tapi sepertinya Tuhan punya rencana lain. Ada salah satu keluarga sih Agam yg lainnya bersedia menemani kami. Rencana untuk mencancel pendakian pun batal. Ya, kami tetap melanjutkan pendakian sesuai dengan jadwal yang sudah kami tetapkan. Si pemandu kami ini adalah kakak sepupunya Agam sendiri. Namanya Angga. Si Angga ternyata tidak datang sendiri melainkan bersama 2 orang temannya yg bernama Can dan satunya lagi saya lupa namanya tapi disini saya sebut saja dengan TA (Teman Angga). Akhirnya kami berdiskusi dulu dengan Angga dan teman-temannya. Intinya sih Angga ini mau menemani kami mendaki tapi dengan catatan mereka meminta untuk mendapatkan "service" dari kami. Mereka meminta uang belanja, tenda, makanan & minuman serta rokok. Parah gak tuh? Secara kan sih Angga itu adalah kakak sepupunya sih Agam itu sendiri. Mungkin untuk masalah makan, minum dan rokok kami bisa memaklumin. Lah, tp kalau tenda sama uang belanja, jujur saja kami sangat keberatan. Secara kalau dari masalah tenda, kan kami udah pas untuk per kelompok. Kalau mereka bertiga (Angga dan teman-temannya) meminta tenda, otomatis kami ber 16 orang mesti membagi 3 tenda per orang. Akhirnya mau tidak mau kami setuju untuk masalah tenda dan yang lainnya.
Pukul 16.30 hujan masih tidak kunjung berhenti. Tapi kemudian si pemandu kami Angga bilang kepada John & Agam agar diminta dibelikan kemenyan dan sejenisnya. Saya lupa detailnya bagaimana secara waktu itu saya lagi berada di kamar bersama teman-teman yang lain dan kebetulan si Angga itu cuma bilang sama John & Agam saja. Setelah permintaan Angga terpenuhi, mereka bertiga lalu pergi ntah kemana. Seperti kebetulan atau bagaimana, hujan pun berhenti! Otomatis kan kami pun senang karena cuaca sangat mendukung untuk tetap melanjutkan perjalanan pendakian.
Spoiler for MASIH DI HARI KE 3 - MASALAH DI POS GUNUNG MARAPI:
Pukul 16.30 kami melakukan perjalanan ke pos Gunung Marapi. Butuh waktu kurang lebih 1 jam perjalanan dari rumah Makwo ke Pos tersebut. Dalam perjalanan yang menggunakan 2 angkot, khususnya angkot yang saya naikin, si Angga dan berdua temannya itu tampak santai dan mau berbaur dengan kami.
Ohiya yg mesti agan-agan sekalian ketahui, bahwa si Angga dan kedua temannya ini emang gak bawa apa-apa. MEREKA CUMA BERMODALKAN TAS PINGGANG, PARANG SAMA SENTER!!! Sepatu yang digunakan sama Can saja sepatu merek Kappa warna hitam.
Jam 18.00 kami daftar di pos Gunung Marapi. Setelah bayar registrasi serta tinggalin nomer hp, kamipun ditanya oleh penjaga pos mau berapa lama kami nanti di Gunung Marapi. Ada 1 pertanyaan terakhir yang bikin kaget penjaga pos ini. Kira-kira percakapan antara penjaga pos (PP) dan Can gini (dalam bahasa padang tapi ini saya artikan ke dalam bahasa Indonesia)
PP : Nanti kalau kalian sudah selesai kegiatan di atas, turunnya mesti lewat jalur ini lagi ya bang.
Can : Gausa, kita lewat Simabur saja!
(NB: tempat Simabur yg dibilang oleh Can itu adalah nama desa tempat kami tinggal dirumah Makwo. Sedangkan kami pergi mendaki saja lewat pos Gunung Marapi dan butuh waktu 1 jam perjalanan kesana. Saya lupa dimana & apa nama pos Gunung Marapi tersebut)
PP : Wah, gak bisa bang. Pergi lewat pos sini pulangnya harus lewat sini lagi.
Can : Ah lama itu. Langsung ke Simabur saja!
PP : Gak bisa gitu bang. Ini udah peraturan dari sananya. Kalo abg tetap maksa utk pulang lewat Simabur, kami selaku penjaga pos bakal lepas tangan dan semua akibatnya kami gak bakal tanggung jawab!
Can : Iya, santai saja.
Ohiya yg mesti agan-agan sekalian ketahui, bahwa si Angga dan kedua temannya ini emang gak bawa apa-apa. MEREKA CUMA BERMODALKAN TAS PINGGANG, PARANG SAMA SENTER!!! Sepatu yang digunakan sama Can saja sepatu merek Kappa warna hitam.
Jam 18.00 kami daftar di pos Gunung Marapi. Setelah bayar registrasi serta tinggalin nomer hp, kamipun ditanya oleh penjaga pos mau berapa lama kami nanti di Gunung Marapi. Ada 1 pertanyaan terakhir yang bikin kaget penjaga pos ini. Kira-kira percakapan antara penjaga pos (PP) dan Can gini (dalam bahasa padang tapi ini saya artikan ke dalam bahasa Indonesia)
PP : Nanti kalau kalian sudah selesai kegiatan di atas, turunnya mesti lewat jalur ini lagi ya bang.
Can : Gausa, kita lewat Simabur saja!
(NB: tempat Simabur yg dibilang oleh Can itu adalah nama desa tempat kami tinggal dirumah Makwo. Sedangkan kami pergi mendaki saja lewat pos Gunung Marapi dan butuh waktu 1 jam perjalanan kesana. Saya lupa dimana & apa nama pos Gunung Marapi tersebut)
PP : Wah, gak bisa bang. Pergi lewat pos sini pulangnya harus lewat sini lagi.
Can : Ah lama itu. Langsung ke Simabur saja!
PP : Gak bisa gitu bang. Ini udah peraturan dari sananya. Kalo abg tetap maksa utk pulang lewat Simabur, kami selaku penjaga pos bakal lepas tangan dan semua akibatnya kami gak bakal tanggung jawab!
Can : Iya, santai saja.
Spoiler for MASIH DI HARI KE 3 - PENDAKIAN DI MULAI:
Sore menjelang maghrib, kamipun akhirnya memulai pendakian. Melewati jalur perkebunan masyarakat sekitar, ditambah cuaca yg dingin sehabis seharian diguyur hujan membuat beberapa kabut tipis yg setia menemani perjalanan kami. Melihat hasil perkebunan masyarakat disana, timbul keinginan untuk mengambil beberapa sayuran yg ada. Cuma karena memang kita nya tau diri, ya akhirnya gak jd deh ambil tuh sayuran.
Tiba-tiba Can masuk ke perkebunan. Tanpa basa-basi dia pun langsung memetik beberapa sayuran seperti Daun bawang, Cabai dll. Melihat Can, kami pun juga mau memetik beberapa sayuran tapi ntah kenapa kami malah diusir dan disuruh melanjutkan perjalanan. Namun tampaknya Can telat ngomong, si Imam malah udah berhasil memetik beberapa Cabai. Yg untungnya si Can gak tau.
Melewati jembatan yg cuma terbuat dari batang pohon, membuat adrenalin kami tertantang. Ditambah gerimis pun kembali datang menemani kami dalam perjalanan. Adzan maghrib pun berkumandang. Untunglah, tak jauh dr jembatan batang pohon td ada 1 pondok kecil. Akhirnya kami istirahat sejenak disana sambil mengatur kembali barang-barang bawaan kami. Karena ukuran pondok yg kecil, ada beberapa dari kami yg duduk diluar pondok namun tetap berteduh dibawah pohon besar.
Brruuukkkk!!!.. bunyi ranting pohon yg jatuh. Seperti kebetulan atau gmn, ranting pohon yg jatuh tersebut mengenai kepala Imam. Kamipun cuma ketawa melihat kejadian tersebut. Tapi Can langsung keluar dari pondok dan bertanya kemana ranting pohon itu tadi jatuhnya.
Setelah diambil kembali ranting pohon td, si Can pun langsung membakar ranting itu. Kami pun hanya diam dan saling tanya satu sama lain. Tidak ada satupun dari kami yg berani nanya untuk apa ranting yg dibakar itu. Tanpa komando, si Can mengambil botol air minum yg ada di sisi tas salah satu dari kami yg masih berada di dalam pondok. Dibukanya botol minuman itu dan langsung dicelupkannya ranting pohon yg dibakar td. Dipanggilnya imam td dan disuruh minum air bekas ranting pohon yg dibakar itu.
"Mangkanya kalo saya ngomong jangan diambil sayuran tadi ya jangan diambil! Masih aja kamu ambil rupanya!" Bentak Can ke Imam sambil nyodorin botol minuman bekas ranting pohon yg dibakar.
(Kok Can tau kalo imam ngambil sayuran itu. Padahal logikanya, pas waktu Can lg ngambil sayuran itu, posisi Imam jauh diatas dari posisi Can. Dan si Can pun ngambil sayurannya bukan di pinggiran kebun melainkan langsung masuk ke tengah kebun dan sedangkan si Imam cuma iseng2 ngambil sambil tetap jalan)
Imam pun heran gitu. Secara beberapa dari kami saja bahkan gatau kalo imam ternyata juga ngambil sayuran itu.
Lanjut perjalanan, malam sudah nunjukkin pukul 21 malam. Target kami jam 24-01 malam kami sudah berada di cadas. Posisi kami jalan itu seperti dibagi 3 kelompok. Si Angga berada paling depan sambil nunjukkin jalan. Di tengah dipandu sama TA (temannya angga) dan yg paling belakang dipandu sama Can. Kebetulan waktu itu yg berada dibelakang Angga adalah Agam. Ane sendiri berada ditengah waktu itu. Dan yg berada di depan Can adalah Jon. Selama perjalanan Can sibuk memutar lagu Minang dari hp nya membuat suasana menjadi sedikit santai walaupun malam hari dan gerimis yg masih setia menemani kami. Selama perjalanan, si Can sibuk bercerita panjang lebar ke John. Ntah cerita apa soalnya mereka ngomong pake bahasa Padang.
Tiba-tiba Can berlari kencang kearah paling depan tempatnya Angga. Kami pun kaget bukan kepalang. Kami tanya sama John ada apa. Tapi John nya sendiri aja kaget kenapa pas lagi asik2 bercerita tiba2 tuh orang langsung berlari ke depan. Sambil berbisik ketelinga angga, (ntah ngomong apa) si Angga pun akhirnya pindah posisi ke paling belakang. Jadi sekarang Can yg memimpin perjalanan.
Sambil melanjuti perjalanan, Can banyak ngobrol ke Agam. Lagi2 mereka ngomong pake bahasa Padang yg membuat kami gak ngerti mereka lagi ngomong apa. Sambil sesekali si Agam dan si Can nunjuk kearah salah satu pohon besar (?). Dan yg bikin kami kaget adalah si Agam tiba2 nunjuk ke arah Galih. Galih pun heran.
Galih : "knp Gam?" tanya Galih
Agam : "gpp gal, Bang Can td nanya" balas Agam
Galih : "aman kan haha?" Sindir galih
Agam : "insya Allah, Gal haha" balas Agam
Tiba ditempat lapang, kami akhirnya beristirahat sebentar. Ternyata selama perjalanan tadi, Galih beberapa kali melihat "sesuatu" di atas pohon2. Emang terlihat pucat dimuka Galih, tapi si Can ngomong "ah itu kamu salah lihat kok" sambil tertawa sinis.
Pukul 24 malam, kami kembali melanjutkan perjalanan. Kini posisi barisan pun berubah semenjak istirahat tadi. Sekarang Can dan berdua temannya berada paling depan. Kami tiba di dekat tebing tinggi.
"boy, nanti kita harus kumpul disana ya!" Ucap Can sambil nunjukin pake lampu senter
Tiba-tiba Can dan berdua temannya lari meninggalkan kami!! Heran sekaligus kaget kami dibuatnya. MAKSUDNYA APA PAKE NINGGALIN KAMI?
Mau ikut lari mengejar Can sebenarnya kami bisa. Tapi gak mungkin kami lakukan mengingat beberapa fisik teman kami yg sudah kecapekan. Kalo dipaksa, kami takutnya malah bisa kesesat! Kini tinggal kami ber 16 tanpa pemandu. Kebetulan waktu itu yg berada paling depan adalah Nopan dan tepat dibelakangnya adalah ane.
Sampai akhirnya kami di jalan buntu!! Didepan kami adalah tebing tinggi! Ntah kemana arah jalan untuk menyusul Can dan teman2nya. Tiba-tiba, si Can berteriak dari atas sambil ngomong pake bahasa Padang
"Hoy Pa*tek, capek saketek!" (Hoy Pa*tek, cepatan dikit) teriak Can
"Lewat mana bang? Tungguin la" balas Nopan
*sunyi tanpa ada balasan lagi dari Can*
"Ah A*jing ngapain pake ninggal2in. Ku tusuk juga pake pisau ini nanti" caci ane. (Ane bawa pisau lipat kecil yg ane jadiin kalung. Dan sebenarnya dari awal pendakian ane gak pernah keluarin soalnya ni pisau berada di balik kaos dan dibalik jaket)
"Lewat sini" tiba2 suara Can muncul dari atas sana sambil nunjukin jalan pake arah lampu senter.
Pukul 01 malam lewat kami tiba di tempat camp. Setelah membuat tenda, masak, minum dan sebagainya akhirnya kami tertidur di cuaca yg sangat dingin. Ditambah hujan yg lumayan lebat membuat kami saling peluk 1 sama yg lain.
Tiba-tiba Can masuk ke perkebunan. Tanpa basa-basi dia pun langsung memetik beberapa sayuran seperti Daun bawang, Cabai dll. Melihat Can, kami pun juga mau memetik beberapa sayuran tapi ntah kenapa kami malah diusir dan disuruh melanjutkan perjalanan. Namun tampaknya Can telat ngomong, si Imam malah udah berhasil memetik beberapa Cabai. Yg untungnya si Can gak tau.
Melewati jembatan yg cuma terbuat dari batang pohon, membuat adrenalin kami tertantang. Ditambah gerimis pun kembali datang menemani kami dalam perjalanan. Adzan maghrib pun berkumandang. Untunglah, tak jauh dr jembatan batang pohon td ada 1 pondok kecil. Akhirnya kami istirahat sejenak disana sambil mengatur kembali barang-barang bawaan kami. Karena ukuran pondok yg kecil, ada beberapa dari kami yg duduk diluar pondok namun tetap berteduh dibawah pohon besar.
Brruuukkkk!!!.. bunyi ranting pohon yg jatuh. Seperti kebetulan atau gmn, ranting pohon yg jatuh tersebut mengenai kepala Imam. Kamipun cuma ketawa melihat kejadian tersebut. Tapi Can langsung keluar dari pondok dan bertanya kemana ranting pohon itu tadi jatuhnya.
Setelah diambil kembali ranting pohon td, si Can pun langsung membakar ranting itu. Kami pun hanya diam dan saling tanya satu sama lain. Tidak ada satupun dari kami yg berani nanya untuk apa ranting yg dibakar itu. Tanpa komando, si Can mengambil botol air minum yg ada di sisi tas salah satu dari kami yg masih berada di dalam pondok. Dibukanya botol minuman itu dan langsung dicelupkannya ranting pohon yg dibakar td. Dipanggilnya imam td dan disuruh minum air bekas ranting pohon yg dibakar itu.
"Mangkanya kalo saya ngomong jangan diambil sayuran tadi ya jangan diambil! Masih aja kamu ambil rupanya!" Bentak Can ke Imam sambil nyodorin botol minuman bekas ranting pohon yg dibakar.
(Kok Can tau kalo imam ngambil sayuran itu. Padahal logikanya, pas waktu Can lg ngambil sayuran itu, posisi Imam jauh diatas dari posisi Can. Dan si Can pun ngambil sayurannya bukan di pinggiran kebun melainkan langsung masuk ke tengah kebun dan sedangkan si Imam cuma iseng2 ngambil sambil tetap jalan)
Imam pun heran gitu. Secara beberapa dari kami saja bahkan gatau kalo imam ternyata juga ngambil sayuran itu.
Lanjut perjalanan, malam sudah nunjukkin pukul 21 malam. Target kami jam 24-01 malam kami sudah berada di cadas. Posisi kami jalan itu seperti dibagi 3 kelompok. Si Angga berada paling depan sambil nunjukkin jalan. Di tengah dipandu sama TA (temannya angga) dan yg paling belakang dipandu sama Can. Kebetulan waktu itu yg berada dibelakang Angga adalah Agam. Ane sendiri berada ditengah waktu itu. Dan yg berada di depan Can adalah Jon. Selama perjalanan Can sibuk memutar lagu Minang dari hp nya membuat suasana menjadi sedikit santai walaupun malam hari dan gerimis yg masih setia menemani kami. Selama perjalanan, si Can sibuk bercerita panjang lebar ke John. Ntah cerita apa soalnya mereka ngomong pake bahasa Padang.
Tiba-tiba Can berlari kencang kearah paling depan tempatnya Angga. Kami pun kaget bukan kepalang. Kami tanya sama John ada apa. Tapi John nya sendiri aja kaget kenapa pas lagi asik2 bercerita tiba2 tuh orang langsung berlari ke depan. Sambil berbisik ketelinga angga, (ntah ngomong apa) si Angga pun akhirnya pindah posisi ke paling belakang. Jadi sekarang Can yg memimpin perjalanan.
Sambil melanjuti perjalanan, Can banyak ngobrol ke Agam. Lagi2 mereka ngomong pake bahasa Padang yg membuat kami gak ngerti mereka lagi ngomong apa. Sambil sesekali si Agam dan si Can nunjuk kearah salah satu pohon besar (?). Dan yg bikin kami kaget adalah si Agam tiba2 nunjuk ke arah Galih. Galih pun heran.
Galih : "knp Gam?" tanya Galih
Agam : "gpp gal, Bang Can td nanya" balas Agam
Galih : "aman kan haha?" Sindir galih
Agam : "insya Allah, Gal haha" balas Agam
Tiba ditempat lapang, kami akhirnya beristirahat sebentar. Ternyata selama perjalanan tadi, Galih beberapa kali melihat "sesuatu" di atas pohon2. Emang terlihat pucat dimuka Galih, tapi si Can ngomong "ah itu kamu salah lihat kok" sambil tertawa sinis.
Pukul 24 malam, kami kembali melanjutkan perjalanan. Kini posisi barisan pun berubah semenjak istirahat tadi. Sekarang Can dan berdua temannya berada paling depan. Kami tiba di dekat tebing tinggi.
"boy, nanti kita harus kumpul disana ya!" Ucap Can sambil nunjukin pake lampu senter
Tiba-tiba Can dan berdua temannya lari meninggalkan kami!! Heran sekaligus kaget kami dibuatnya. MAKSUDNYA APA PAKE NINGGALIN KAMI?
Mau ikut lari mengejar Can sebenarnya kami bisa. Tapi gak mungkin kami lakukan mengingat beberapa fisik teman kami yg sudah kecapekan. Kalo dipaksa, kami takutnya malah bisa kesesat! Kini tinggal kami ber 16 tanpa pemandu. Kebetulan waktu itu yg berada paling depan adalah Nopan dan tepat dibelakangnya adalah ane.
Sampai akhirnya kami di jalan buntu!! Didepan kami adalah tebing tinggi! Ntah kemana arah jalan untuk menyusul Can dan teman2nya. Tiba-tiba, si Can berteriak dari atas sambil ngomong pake bahasa Padang
"Hoy Pa*tek, capek saketek!" (Hoy Pa*tek, cepatan dikit) teriak Can
"Lewat mana bang? Tungguin la" balas Nopan
*sunyi tanpa ada balasan lagi dari Can*
"Ah A*jing ngapain pake ninggal2in. Ku tusuk juga pake pisau ini nanti" caci ane. (Ane bawa pisau lipat kecil yg ane jadiin kalung. Dan sebenarnya dari awal pendakian ane gak pernah keluarin soalnya ni pisau berada di balik kaos dan dibalik jaket)
"Lewat sini" tiba2 suara Can muncul dari atas sana sambil nunjukin jalan pake arah lampu senter.
Pukul 01 malam lewat kami tiba di tempat camp. Setelah membuat tenda, masak, minum dan sebagainya akhirnya kami tertidur di cuaca yg sangat dingin. Ditambah hujan yg lumayan lebat membuat kami saling peluk 1 sama yg lain.
Spoiler for NEW UPDATE HARI KE 4:
• KABUT DI PUNCAK
• TAMAN EDELWEIS
• MUSIBAH GALIH
• HUTAN TERLARANG part 1
• HUTAN TERLARANG part 2
• HUTAN TERLARANG part 3
• HUTAN TERLARANG part 4
•HUTAN TERLARANG final part (FINALLY HOME)
•TERNYATA...
• TAMAN EDELWEIS
• MUSIBAH GALIH
• HUTAN TERLARANG part 1
• HUTAN TERLARANG part 2
• HUTAN TERLARANG part 3
• HUTAN TERLARANG part 4
•HUTAN TERLARANG final part (FINALLY HOME)
•TERNYATA...
Spoiler for OUTRO:
Diubah oleh agungrasix 23-03-2018 01:28






aan1984 dan 3 lainnya memberi reputasi
4
391.5K
Kutip
713
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan