- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
5 Kisah Pendaki Legendaris Saat Tewas Tertipu Indahnya Puncak Gunung Everest


TS
humaiira
5 Kisah Pendaki Legendaris Saat Tewas Tertipu Indahnya Puncak Gunung Everest
Quote:
INTERMEZO
Quote:
Gunung Everest adalah gunung tertinggi di dunia dengan ketinggian 8.848 m dari permukaan laut atau sekitar 29.029 kaki. Dengan ketinggian itu, gunung ini sudah pasti berselimut salju abadi. Dan dengan ketinggian itu pula banyak orang ingin menaklukkan puncaknya.
Tapi tak banyak orang tahu (terutama bukan pendaki) jika gunung ini punya ‘wajah yang berbeda’ dari yang terlihat. Ekstremnya cuaca di Everest dan medan yang ekstrem pula, membuat gunung yang keramat di India ini menjadi kuburan masal bagi para pendaki yang kalah oleh alam. Mereka ditemukan tak bernyawa dengan keadaan seperti yang terakhir terlihat.
Tapi tak banyak orang tahu (terutama bukan pendaki) jika gunung ini punya ‘wajah yang berbeda’ dari yang terlihat. Ekstremnya cuaca di Everest dan medan yang ekstrem pula, membuat gunung yang keramat di India ini menjadi kuburan masal bagi para pendaki yang kalah oleh alam. Mereka ditemukan tak bernyawa dengan keadaan seperti yang terakhir terlihat.
TE KA PE
Berikut beberapa mayat yang berhasil diidentifikasi di gunung Everest.
1. Tsewang Paljor
Quote:
Pendaki yang berada di urutan pertama ini adalah yang paling terkenal di antara jasad pendaki lainnya. Ia terkenal dengan sebutan “Green Boats Cave” atau Sepatu Boats Hijau. Sebutan ini diambil dari warna sepatu yang dikenakannya.

Tsewang Paljor berangkat dari India bersama dengan timnya yang terdiri dari 6 orang. Anggota polisi yang sehari-harinya bertugas menjaga perbatasan ini berangkat pada Mei 1996. Sampai kemudian beberapa hari setelah mendaki, badai salju menerjang dan menewaskan salah satu anggota tim Paljor bernama Rob Hall. Setelah kejadian itu, Paljor bersama dengan 2 anggota timnya kemudian melanjutkan perjalanan dan berhasil mencapai puncak, sedangkan 3 lainnya berbalik menuruni gunung.
Petaka muncul saat Paljor dan 2 temannya menuruni puncak gunung. Keadaan berubah sangat dingin dan badai salju kembali melanda. Paljor memutuskan untuk beristirahat di dalam gua yang justru membuatnya beristirahat selama-lamanya. Dua temannya yang lain, Dorje Morup dan Tsewang Samanla akhirnya juga ikut menemui ajal. Hanya 1 orang yang selamat dalam pendakian ini yaitu Jim Kruker yang kemudian menuliskan kisah mereka dalam Into Thin Air.

Tsewang Paljor berangkat dari India bersama dengan timnya yang terdiri dari 6 orang. Anggota polisi yang sehari-harinya bertugas menjaga perbatasan ini berangkat pada Mei 1996. Sampai kemudian beberapa hari setelah mendaki, badai salju menerjang dan menewaskan salah satu anggota tim Paljor bernama Rob Hall. Setelah kejadian itu, Paljor bersama dengan 2 anggota timnya kemudian melanjutkan perjalanan dan berhasil mencapai puncak, sedangkan 3 lainnya berbalik menuruni gunung.
Petaka muncul saat Paljor dan 2 temannya menuruni puncak gunung. Keadaan berubah sangat dingin dan badai salju kembali melanda. Paljor memutuskan untuk beristirahat di dalam gua yang justru membuatnya beristirahat selama-lamanya. Dua temannya yang lain, Dorje Morup dan Tsewang Samanla akhirnya juga ikut menemui ajal. Hanya 1 orang yang selamat dalam pendakian ini yaitu Jim Kruker yang kemudian menuliskan kisah mereka dalam Into Thin Air.
2. David Sharp
Quote:
David adalah pendaki berkebangsaan Inggris yang mencoba menaklukkan puncak Everest bersama dengan timnya pada Mei 2006. Sampai akhirnya di tengah pendakian, badai besar menerpa tim David dan membuat anggota timnya membatalkan pendakian. Meski telah diterpa badai, David memilih melanjutkan pendakian seorang diri. Ya, hanya sendiri. Sebuah keputusan yang mungkin disesali David.

Pendaki berusia 34 tahun ini nekat melanjutkan perjalanan untuk menggapai puncak Everest hanya berbekal 2 tangki oksigen. Usahanya memang berhasil, pada 15 Mei David mencapai puncak gunung Everest. Tapi ajal rupanya telah menunggunya di Green Boots Cave, tempat di mana Paljor wafat. David menuruni gunung di malam yang sangat amat dingin, dan ia memilih berlindung di Green Boots Cave. Di sinilah ia membeku dan meninggal dunia dalam keadaan duduk.
Menurut sebuah dokumentasi, ada sekitar 40 pendaki melihat David. Beberapa di antara para pendaki itu mengira David telah meninggal, padahal masih hidup. Sebagian bahkan sempat mendengar nafas David yang lemah dan berbisik “Help me”. Namun mereka tak bisa berbuat banyak untuk menolong David. Ia begitu sangat membeku, hingga tak bisa diubah dari posisinya. David akhirnya meninggal dunia karena udara dingin dan kekurangan oksigen.

Pendaki berusia 34 tahun ini nekat melanjutkan perjalanan untuk menggapai puncak Everest hanya berbekal 2 tangki oksigen. Usahanya memang berhasil, pada 15 Mei David mencapai puncak gunung Everest. Tapi ajal rupanya telah menunggunya di Green Boots Cave, tempat di mana Paljor wafat. David menuruni gunung di malam yang sangat amat dingin, dan ia memilih berlindung di Green Boots Cave. Di sinilah ia membeku dan meninggal dunia dalam keadaan duduk.
Menurut sebuah dokumentasi, ada sekitar 40 pendaki melihat David. Beberapa di antara para pendaki itu mengira David telah meninggal, padahal masih hidup. Sebagian bahkan sempat mendengar nafas David yang lemah dan berbisik “Help me”. Namun mereka tak bisa berbuat banyak untuk menolong David. Ia begitu sangat membeku, hingga tak bisa diubah dari posisinya. David akhirnya meninggal dunia karena udara dingin dan kekurangan oksigen.
3. Francys dan Sergei
Quote:
Kedua pendaki ini adalah pasangan suami istri berdarah Rusia yang mencoba menapaki Everest pada Mei 1998. Pendakian ini adalah yang ketiga kalinya setelah sebelumnya gagal. Pada pendakian kali ini Francys berangkat tanpa membawa tabung oksigen.

Di tengah pendakian yaitu 23 Mei 1998, Francys dan Sergei terpisah. Sergei menemui pendaki lain dan meminta bantuan oksigen serta obat-obatan, setelah itu ia mencari istrinya. Di sisi lain, Francys menderita kedinginan dan kelelahan, bahkan pandangan matanya sudah mulai kabur. Dengan kondisi demikian, Francis terperosok di sisi tebing dan tak berdaya, ia kemudian berteriak minta tolong.
Teriakan Francys terdengar oleh 2 orang pendaki, Woodall dan Cathy O’Dowd pada pagi 24 mei 1998. Menurut Woodall dan O’Dowd, saat itu Franchys terkapar dan berkata “Please, don’t leave me,” sambil menangis. Hanya bantuan oksigen yang bisa diberikan Woodall dan O’Dowd. Menolong dengan menggendong Francys bukan pilihan yang tepat karena sangat berbahya bagi 2 pendaki ini. Francys akhirnya melemah dan meninggal dunia, begitupun dengan Sergei. Ia kehabisan cadangan oksigen, teperosok, dan meninggal, sama dengan keadaan istrinya.
Delapan tahun kemudian, Woodel dan O’Dowd kembali ke tempat jasad Francys berada. Awalnya mereka berniat memberi pemakaman yang layak untuk Francys, tapi kondisi yang tidak memungkinkan, mereka hanya bisa menutupi jasadnya dengan bendera Amerika dan sepucuk surat dari keluarga Francys.

Di tengah pendakian yaitu 23 Mei 1998, Francys dan Sergei terpisah. Sergei menemui pendaki lain dan meminta bantuan oksigen serta obat-obatan, setelah itu ia mencari istrinya. Di sisi lain, Francys menderita kedinginan dan kelelahan, bahkan pandangan matanya sudah mulai kabur. Dengan kondisi demikian, Francis terperosok di sisi tebing dan tak berdaya, ia kemudian berteriak minta tolong.
Teriakan Francys terdengar oleh 2 orang pendaki, Woodall dan Cathy O’Dowd pada pagi 24 mei 1998. Menurut Woodall dan O’Dowd, saat itu Franchys terkapar dan berkata “Please, don’t leave me,” sambil menangis. Hanya bantuan oksigen yang bisa diberikan Woodall dan O’Dowd. Menolong dengan menggendong Francys bukan pilihan yang tepat karena sangat berbahya bagi 2 pendaki ini. Francys akhirnya melemah dan meninggal dunia, begitupun dengan Sergei. Ia kehabisan cadangan oksigen, teperosok, dan meninggal, sama dengan keadaan istrinya.
Delapan tahun kemudian, Woodel dan O’Dowd kembali ke tempat jasad Francys berada. Awalnya mereka berniat memberi pemakaman yang layak untuk Francys, tapi kondisi yang tidak memungkinkan, mereka hanya bisa menutupi jasadnya dengan bendera Amerika dan sepucuk surat dari keluarga Francys.
4. Hannelore Schmatz
Quote:
Schmatz adalah pendaki perempuan pertama asal Jerman yang melakukan pendakian bersama tim Gerhard Schmatz German Expedition pada Oktober 1979. Dalam perjalanan turun, rombongan Schmatz berhenti sekitar 100 meter di atas Camp IV atau berada di ketinggian sekitar 8.400 meter. Di tempat ini Schmatz pingsan, karena paparan udara dingin Gunung Everest Scmatz akhirnya meninggal.

Schmatz meninggal dalam keadaan duduk dan bersandar pada tas ranselnya. Karena terpaan badai, posisi Schmatz turun dari posisi semula. Kemudian pada 1984, dua orang berkebangsaan Nepal, Yogendra Bahadur Thapa dan Sherpa Ang Dorje bermaksud mengurus jasad Schmatz. Tapi nahas bagi kedua orang ini, mereka akhirnya menyusul Schmatz.

Schmatz meninggal dalam keadaan duduk dan bersandar pada tas ranselnya. Karena terpaan badai, posisi Schmatz turun dari posisi semula. Kemudian pada 1984, dua orang berkebangsaan Nepal, Yogendra Bahadur Thapa dan Sherpa Ang Dorje bermaksud mengurus jasad Schmatz. Tapi nahas bagi kedua orang ini, mereka akhirnya menyusul Schmatz.
5. George Mallory
Quote:
Mallory adalah seorang berkebangsaan Inggris sekaligus orang pertama yang ingin menaklukkan puncak Everest. Mallory melakukan pendakian pada 1924, di mana itu adalah pendakiannya yang ketiga, setelah pada 1921 dan 1922 ia menjadi bagian dari British Mount Everest Expedition.

Mallory berangkat pada 6 Juni 1924 ke puncak Everest dan pada 8 Juni 1924, Mallory telah mencapai ketinggia 8.168 meter. Diduga terkena paparan udara dingin, Mallory akhirnya meninggal di Everest. Meski telah meninggal, tapi jasad Mallory baru berhasil ditemukan dan diidentifikasi 75 tahun setelah kematiannya yaitu pada 1999 oleh seorang pendaki asal China di ketinggian 8.156 meter.

Mallory berangkat pada 6 Juni 1924 ke puncak Everest dan pada 8 Juni 1924, Mallory telah mencapai ketinggia 8.168 meter. Diduga terkena paparan udara dingin, Mallory akhirnya meninggal di Everest. Meski telah meninggal, tapi jasad Mallory baru berhasil ditemukan dan diidentifikasi 75 tahun setelah kematiannya yaitu pada 1999 oleh seorang pendaki asal China di ketinggian 8.156 meter.
Baca : Kisah Tragis Dibalik Kehidupan Mewah Model Cantik Yang Akan Membuatmu Tak Percaya
Quote:
Kita sangat tahu jika gunung Everest adalah tempat yang keren dan menakjubkan. Banyak orang ingin bisa mendaki dan mencapai puncaknya. Tapi di balik itu semua, Gunung yang katanya tertinggi di dunia ini tak ubahnya tempat pemakaman massal bagi para pendaki. Karenanya, tak ada salahnya jika kita mengenali medan dan ganasnya alam di atas gunung sebelum memutuskan untuk mendaki. Agar apa yang terjadi pada jasad-jasad di atas tidak menimpa kita saat pendakian.
Sumber : Pendaki Gunung Everest Yang Tewas
Jangan lupa Cendol dan Rate 5 nya gan



amellady memberi reputasi
1
16.3K
Kutip
64
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan