Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

solit4ireAvatar border
TS
solit4ire
Beredar Permintaan Pemerintah Tiongkok Agar Pemerintah RI Pulangkan Warga Mereka
Beredar Potongan Berita, Permintaan Pemerintah Tiongkok Agar Pemerintah RI Pulangkan Warga Mereka
Kamis, April 14, 2016

Beredar Permintaan Pemerintah Tiongkok Agar Pemerintah RI Pulangkan Warga Mereka

NBCIndonesia.com - Perseteruan yang terjadi di dunia maya, akibat seorang Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang banyak melakukan tindakan dan ucapan yang dianggap justru memprovokasi masyarakat, mulai menarik perhatian.

Ucapan yang pernah dilontarkan mantan Kepala Staff TNI AD Letjend Purnawirawan Johanes Suryo Prabowo, yang ditujukan kepada Ahok dan juga Teman Ahok agar tidak merasa sombong, selagi berkuasa.

Suryo Prabowo mengingatkan jika kejadian yang dapat merugikan warga etnis Cina lainnya, hanya karena keangkuhan para segelintir orang, khususnya para warga etnis, dan Suryo juga memberikan contoh kasus, seperti beberapa kejadian pada tahun-tahun sebelumnya, dan itu ternyata bukan hanya isapan jempol belaka.

Seperti yang pernah termuat dalam salah satu kolom halaman koran nasional milik Kompas Grup terbitan tanggal 14 April 1966, dimana pemerintah Tiongkok, melalui Kementerian Luar Negeri Tiongkok, mengirim sebuah Nota kepada Kedutaan Besar Republik Indonesia di Tiongkok.

Isi Nota tersebut meminta agar Pemerintah Republik Indonesia menyediakan sebuah kapal agar warga negara Tiongkok yang ingin pulang ke Tiongkok atas kemauan mereka, dan meminta agar mendapatkan balasan secepatnya.

Dalam Nota tersebut juga meminta agar Pemerintah Indonesia tidak menghalangi warga Tiongkok yang ingin pulang dan membawa serta harta benda dan dana mereka.

Dan Pemerintah Indonesia diminta memberikan jaminan agar dalam perjalanan selama menuju ke pelabuhan hingga naik ke kapal keamanan mereka terjamin.

Dari penelusuran pembawaberita.com, Nota tersebut dipicu ketika berawal dari kejadian 10 Nopember 1965 di Kota Makassar, lalu dilanjutkan dengan kejadian 10 Desember 1966 di Medan yang membantai para warga Tiongkok yang dianggap sebagai bagian dari ajaran komunis.

Bastian P. Simanjuntak, Presiden Gerakan Pribumi Indonesia (Geprindo) mengatakan jika selama ini sebenarnya Pemerintah Tiongkok selalu menganggap para etnis Tiongkok dimanapun dianggap sebagai warga negara mereka.

Maka hal itulah yang membuat sebagian para pengusaha etnis Tiongkok, khususnya di Indonesia dengan mudah melakukan penyimpanan dana mereka di Negeri Tiongkok (Cina), termasuk wilayah yang dikuasai oleh etnis tersebut, contohnya Singapura.

“Pemerintah Indonesia harus tegas dalam hal ini, membuat aturan terkait dengan penyimpanan dana milik pengusaha yang berasal dari Indonesia, agar tidak membawa keluar dananya, dan berlaku bagi siapapun,” ujar Bastian.

Menurut Bastian pernyataan pemerintah yang berencana akan menurunkan nilai pajak agar para pengusahabtidak lagi menyimpan uang mereka di luar negeri, dianggap bukan sebuah ketegasan.

“Apalagi pemerintah telah mengajukan Tax Amnesty ke DPR RI untuk dibahas, hal ini justru menguntungkan para pengemplang pajak, yang terkesan sengaja tidak membayar pajak, lalu memaksa adanya pengampunan pajak,” ujarnya geram.
http://pembawaberita.com/2016/04/14/...ga-mereka.html
http://www.nbcindonesia.com/2016/04/...ermintaan.html


Ingatkan Ahok, Suryo Prabowo: Kalau sayang dengan etnis Tionghoa, jangan sok jago ketika berkuasa
15 Maret 2016 22:15

Beredar Permintaan Pemerintah Tiongkok Agar Pemerintah RI Pulangkan Warga Mereka
Tokoh Militer dan Politisi Indonesia, Suryo Prabowo

POSMETRO INFO - Tokoh militer dan politisi Indonesia Suryo Prabowo mengingatkan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dan perkumpulan relawan yang katanya untuk membantu dan membenahi Jakarta yang diberi nama Teman Ahok, agar berhati-hati menyikapi Pilkada DKI yang bakal dihelat 2017 mendatang.

Suryo Prabowo, pria kelahiran Semarang 61 Tahun lalu ini meminta masyarakat tionghoa untuk mengingatkan Ahok dan Teman Ahok agar tidak menimbulkan perpecahan di tengah masyarakat terhadap etnis tersebut.

"Kalau sayang dengan teman-teman atau sahabat dari etnis tionghoa, tolong diingatkan agar jangan ada etnis tionghoa yg sok jago ketika berkuasa atau dekat dengan penguasa," tulis Suryo Prabowo, Selasa (15/3) di postingan akun facebooknya (https://www.facebook.com/suryo.prabo...7471995056276)

Lebih lanjut mantan Kepala Staf Umum TNI ini mengingatkan sejarah kelam yang pernah diterima etnis tionghoa oleh pribumi. Tahun 1740-1743 10 ribu China dibantai, Tahun 1959 ribuan etnis China exodus ke RRC, Tahun 1966 ribuan etnis China kembali ke RRC, Tahun 1998 ribuan etnis China kabur ke luar negeri.

"Kasihan kan Tionghoa lainnya yg baik-baik dan/atau yg miskin, kalo ada yg mau membantai atau menjarah, mereka kan gak bisa kabur ke luar negeri. Tolong jaga Bhinneka Tunggal Ika dan sama-sama membangun HARMONI DALAM KEBERAGAMAN," lanjut Suryo Prabowo mengingatkan.

Alumni AKABRI (sekarang Akmil) tahun 1976, dengan penghargaan Adhi Makayasa dan Tri Sakti Wiratama sebagai taruna lulusan terbaik ini juga mengatakan, sepanjang penyebabnya berulang sejarah kelam pasti berulang. Sepanjang ada China sok jago, pasti China yang baik-baik jadi korban.

Seperti diketahui, Ahok sering mengeluarkan kata-kata kotor di depan publik yang dinilai sebagai sikap arogan dari dirinya. Sementara Teman Ahok dinilai sering memainkan isu agama sebagai jualan mereka untuk menarik simpati umat Islam sebagai mayoritas. Terakhir kelompok ini hadir di car free day seputaran Monas dan menampilkan foto-foto umat islam dengan memegang tulisan "Saya Muslim Saya Dukung Ahok", foto tersebut disebar di sosial media dan menjadi polemik.
http://www.katakabar.com/berita-5387....jTECQzFL.dpuf
http://www.posmetro.info/2016/03/ing...owo-kalau.html


Anak Buah SBY: Pak Ahok Tak Bisa Semau Sendiri
Kamis, 14 April 2016 , 21:33:00

Beredar Permintaan Pemerintah Tiongkok Agar Pemerintah RI Pulangkan Warga Mereka
Herman Khaeron, Wakil Ketua Komisi IV DPR

JAKARTA - Wakil Ketua Komisi IV DPR Herman Khaeron mengingat Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok mengacu kepada peraturan dan perundang-undangan dalam mengelola Kota Jakarta.

"Tidak bisa semau diri sendiri. Pak Ahok harus mengacu kepada peraturan dan perundang-undangan yang ada dan berlaku dalam mengelola dan membangun Kota Jakarta," kata Herman, di Gedung DPR, Senayan Jakarta, Kamis (14/4).

Kalau semau diri sendiri lanjutnya, itu bukan bernegara namanya. "Mengelola negara ada UUD 45 dan undang-undang lainnya. Permintaan ini bukan saja ke Pak Ahok saja, tapi juga kepada seluruh penyelenggara negara," ujarnya.

Demikian juga halnya dengan reklamasi pantau utara Kota Jakarta. Menurut politikus Partai Demokrat ini teramat banyak undang-undang dan peraturan yang semestinya diindahkan Ahok.

"Secara teknis wilayah DKI Jakarta ini betul di bawah kendali gubernur. Tapi secara hirarkhi pemerintahan ada menteri dan aparatur Negara yang juga punya tanggung jawab terhadap IbuKota Negara ini dan itu semestinya juga dihormati Ahok," pungkasnya.
http://www.jpnn.com/read/2016/04/14/...Semau-Sendiri-


Lieus Sungkharisma: 80% Warga Tionghoa Ga Suka Sama Ahok


Jaya Suprana : Arogansi Ahok Meresahkan Seluruh Etnis Tionghoa di Indonesia
Minggu, 23 Agustus 2015

Beredar Permintaan Pemerintah Tiongkok Agar Pemerintah RI Pulangkan Warga Mereka
Jaya Suprana

Tokoh keturunan Tionghoa Nasrani bernama Phoa Kok Tjiang atau yang biasa dikenal dengan Jaya Suprana pernah menuliskan surat terbuka yang ditujukan kepada Zhōng Wànxué alias Ahok. Surat ini sengaja ditulis oleh Jaya Suprana sebagai bentuk kegelisahan dirinya melihat arogansi Ahok.

Jaya Suprana juga mengingatkan kepada Ahok bahwa banyak sekali warga keturunan Etnis Tionghoa yang mengalami ketakutan akibat prilaku kasar dan tidak sopan Ahok dalam bertutur.

“Cendekiawan, rohaniwan, akademikus bukan politikus yang semula mendukung Anda kini mulai meragukan dukungan mereka terhadap Anda” tulis Jaya Suprana dalam salah satu paragraf di surat terbukanya.

Kerusuhan etnis yang pernah terjadi juga menjadi perhatian Jaya Suprana yang ditulis dalam surat terbukanya. Jaya Suprana menuliskan bahwa kerusuhan yang menimpa etnis Tionghoa banyak disebabkan karena beberapa insan keturunan Tionghoa bersikap dan berperilaku layak dibenci maka beberapa titik nila merusak susu sebelanga.

Berikut ini surat terbuka Jaya Suprana yang ditujukan kepada Ahok, sebagaimana dimuat Sinar Harapan edisi Rabu, 25 Maret 2015.

SURAT TERBUKA JAYA SUPRANA KEPADA AHOK
Beredar Permintaan Pemerintah Tiongkok Agar Pemerintah RI Pulangkan Warga Mereka

Bapak Gubernur Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama yang terhormat.

Saya sangat menghormati, menghargai, dan mengagumi semangat perjuangan Anda dalam membasmi korupsi dari persada Nusantara tercinta ini. Bagi saya, Anda memang layak tokoh pembasmi korupsi Indonesia yang paling konsekuen dan konsisten. Anda layak dielu-elukan sebagai jawara, pendekar, cowboy, bahkan superhero pembasmi korupsi seperti yang tampil di berbagai meme yang mengelu-elukan semangat perjuangan Ahok membasmi korupsi.

Sebagai sesama warga Indonesia keturunan Tionghoa dan umat Nasrani, saya juga sangat bangga atas semangat perjuangan Anda membasmi korupsi. Namun, akhir-akhir ini terasa bahwa lambat tetapi pasti timbul rasa kebencian masyarakat terhadap kata-kata dan kalimat-kalimat Anda yang dianggap tidak sopan dan tidak santun sehingga tidak layak saya tulis di surat permohonan terbuka di Sinar Harapan yang tersohor sopan dan santun dalam pemberitaan ini.

Bahkan, teman-teman saya yang cendekiawan, rohaniwan, akademikus bukan politikus yang semula mendukung Anda kini mulai meragukan dukungan mereka terhadap Anda. Apalagi mereka yang sejak semula tidak mendukung kini malah mulai membenci Anda. Saya tahu, Anda seorang pemberani, apalagi sudah disemangati oleh mereka yang muak korupsi, tetapi tidak mau atau tidak mampu turun tangan sendiri, pasti sama sekali tidak takut menghadapi dampak ucapan kata-kata Anda. Namun, saya yang pengecut ini yang takut dan saya yakin saya tidak sendirian dalam ketakutan.

Bukan rahasia lagi, bahkan fakta sejarah, bahwa telah berulang kali terjadi malapetaka huru-hara rasialis di persada Nusantara. Akibat memang beberapa insan keturunan Tionghoa bersikap dan berperilaku layak dibenci maka beberapa titik nila merusak susu sebelanga. Akibat beberapa insan keturunan Tionghoa bersikap dan berperilaku layak dibenci maka seluruh warga keturunan Tionghoa di Indonesia dipukul-rata untuk dianggap layak dibenci.

Cukup banyak warga keturunan Tionghoa jatuh sebagai korban nyawa termasuk ayah kandung dan beberapa sanak-keluarga saya sendiri di masa kemelut tragedi G-30-S. Nyawa saya pribadi memang selamat, namun sekolah saya dibakar dan ditutup hanya akibat digolongkan sebagai sekolah kaum keturunan Tionghoa, padahal saya pribadi tidak pernah setuju komunisme.

Ketika huru-hara rasialis 1980-an di Semarang, kantor saya dilempari batu. Mobil saya dibakar dan rumah saya nyaris dibumi-hanguskan para huruharawan apabila tidak diselamatkan oleh TNI, kepolisian, dan tetangga saya yang justru bukan keturunan Tionghoa.

Saya kira, Anda juga sadar bahwa kini memang tidak ada lagi penindasan terhadap kaum keturunan Tionghoa, namun jangan lupa bahwa suasana indah ini hanya bisa terjadi berkat perjuangan almarhum Gus Dur, yang dilanjutkan Megawati, SBY, dan kini Jokowi yang secara politis dan hukum melarang diskriminasi terhadap kaum keturunan China yang berdasar Keppres SBY 2014 disebut Tionghoa.

Pada kenyataan sebenarnya kebencian terhadap kaum Tionghoa di Indonesia belum lenyap. Kebencian masih hadir sebagai api dalam sekam yang setiap saat rawan membara, bahkan meledak menjadi huru-hara apabila ada alasan. Tidak kurang dari Imam Besar FPI, Habib Rieziq, menyatakan kepada saya pribadi bahwa beliau menghargai semangat Anda membasmi korupsi, namun yang tidak disukai pada diri Anda hanyalah kata-kata tidak sopan saja.

Bukan sesuatu yang mustahil bahwa kata-kata tidak sopan Anda menyulut sumbu kebencian sehingga meledak menjadi tragedi huru-hara yang tentu saja tidak ada yang mengharapkannya. Maka dengan penuh kerendahan hati, saya memberanikan diri untuk memohon Anda berkenan lebih menahan diri dalam mengucapkan kata-kata yang mungkin apalagi pasti menyinggung perasaan bangsa Indonesia. Terima kasih dari seorang warga Indonesia yang tidak sepemberani Anda.

Jaya Suprana

http://islamedia.id/jaya-suprana-aro...-di-indonesia/


Ahok Sebut Jaya Suprana Provokator
Senin, 30 Maret 2015 - 22:25 wib

Beredar Permintaan Pemerintah Tiongkok Agar Pemerintah RI Pulangkan Warga Mereka
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) (Foto: Antara)

JAKARTA - Jaya Suprana (Phoa Kok Tjiang) yang merupakan pendiri dan Ketua Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI), menulis surat terbuka disebuah media cetak untuk Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Zhong Wanxue) alias Ahok pada Rabu, 25 Maret 2015 yang menceritakan kekaguman sekaligus kritiknya terhadap Ahok.

Dalam surat itu, Jaya Suprana mengingatkan Ahok atas kerusuhan-kerusuhan yang berlatar belakang SARA, khususnya yang mengintimidasi keturunan Tionghoa. Dari peristiwa G30S (Gerakan 30 September), kerusuhan rasial tahun 80an di Semarang, dan terakhir kerusuhan besar tahun '98 di nusantara.

Menanggapi hal itu, Ahok justru mengatakan langkah Jaya Suprana itulah yang melatih dirinya sendiri untuk berbuat rasis.

"Dia merasa masih kayak otak warga negara kelas dua, dia melatih merasis diri," tuturnya kepada wartawan, Senin (30/3/2015).

Ahok menambahkan dirinya tidak perlu merasa takut terhadap risiko langkahnya selama ini. "Apapun yang saya lakukan karena ini hak saya, kenapa saya harus ketakutan? Kan posisinya sama warga Indonesia yang dilindungi undang-undang, waktu kerusuhan 98 saya enggak tahu apa-apa," imbuhnya.

Jaya Suprana juga mengingatkan Ahok sebagai seorang pejabat publik dari warga minoritas Tionghoa, sering dijadikan representasi atas etnisnya. Melalui surat itu, dia juga meminta Ahok agar menjaga kata-kata dan tingkah lakunya demi keamanan warga keturunan.

Menanggapi hal itu, Ahok mengatakan bahwa pihaknya siap menanggung risiko tanpa harus merepotkan orang lain.

"Kalau ada risiko saya sendiri dan keluarga yang menanggung kok. Ngapain Anda (Jaya Suprana) repot-repot? Dia itu otaknya status quo. Saya tidak pernah merasa minoritas. Memangnya saya mau lahir kayak gini? Kalau boleh milih hidup, saya akan pilih jadi anak Pangeran Charles saja," tuturnya diiringi gelak tawa wartawan.

Lebih lanjut Ahok mengatakan langkah Jaya Suprana dengan menulis surat terbuka di media itu adalah langkah provokatif. "Kalau dia baik hati, ngapain dia provokasi lewat koran, itu justru provokasi orang-orang lho," lanjutnya.
http://news.okezone.com/read/2015/03...ana-provokator

VIDEO Pegawai BPK TANTANG AHOK


----------------------------------

Mudah-mudahan aja prilaku AHOK dan "teman AHOK" selama ini bukan "by design"oleh sebuah kekuatan besar, yang sengaja memancing emosi wni pribumi untuk antipati dan benci kepada wni keturunan cina ... agar tercipta kerusuhan sosial anti-cina seperti di masa-masa lalu. Sebuah 'proxy war' yang lain, setelah upaya mengadu domba Suni-Syiah gagal. Sebagai sesama anak bangsa, kita perlu waspada dan saling mengingatkan. Sebab kalau kerusuhan sosial anti-cina terjadi kembali seperti Mei 1998 lalu, kehidupan sosial-ekonomi kita semua pasti 'set back' kembali. Persatuan-kesatuan kita retak. Lalu siapa yang paling diuntungkan dengan kondisi seperti itu? Siapa yang akan paling diuntungkan karena mereka semakin bebas bisa mengexploitasi kekayaan sumber daya alam kita? Apa kita tak sadar, sebuah bentuk proyek seperti model "Arab Spring" bisa saja sedang mulai dikerjakan di rumah penduduk muslim terbesar di dunia saat ini? Think's!

Diubah oleh solit4ire 15-04-2016 03:32
0
16.9K
100
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan