Teknologi transportasi pada saat ini sudah sangat maju, baik itu transportasi darat, air ataupun udara. Teknologi yang maju ini memungkinkan jarak yang jauh dapat ditempuh dalam waktu yang semakin singkat, dengan keamanan yang semakin meningkat, dan efisiensi yang semakin tinggi.

Namun demikian, harapan dan tantangan manusia untuk dapat bertransportasi dengan terbang secara pribadi masih belum terwujudkan. Transportasi udara seperti pesawat terbang atau helikopter adalah transportasi massal yang tidak cocok untuk penerbangan pribadi karena kendalinya yang sulit, bising, dan tidak cocok juga untuk penerbangan umum karena ukurannya yang sangat besar. Sementara itu, kita masih berharap untuk dapat bertransportasi dengan terbang secara pribadi.

Transportasi udara secara pribadi memiliki banyak kesulitan, sehingga harapan untuk terbang secara pribadi hanyalah sebuah angan-angan belaka, sampai akhirnya perusahaan dari Jerman e-Volo membuka jalan baru untuk revolusi transportasi udara masa depan ini. Perkenalkan, inilah Volocopter!

Bayangkan sebuah drone raksasa yang memiliki kemampuan untuk terbang dan mendarat secara vertikal, melayang-layang di udara, dan terbang menuju arah yang ditentukan. Lalu, bayangkan bahwa drone tersebut dapat dinaiki manusia, yang dapat mengendalikan kemudi drone tersebut. Seperti itulah gambaran umum Volocopter.



Volocopter tak ubahnya sebuah drone raksasa dengan 18 rotor di atasnya dan dua tempat duduk di dalamnya, yang dapat dinaiki dan dikemudikan. Volocopter berpotensi untuk menjadi kendaraan terbang pribadi di masa depan: ia mudah terbang, stabil, tidak bising dan mudah dikemudikan. 18 rotornya telah siap untuk mengatasi banyak jenis kecelakaan dan kesalahan sistem. Terlebih lagi, Volocopter digerakkan dengan energi listrik yang tersimpan di dalam baterai—membuatnya bebas emisi dan ramah lingkungan.

Ide awal Volocopter berawal pada tahun 2010, terinspirasi dari qudrocopter, jenis drone yang dapat dikontrol jarak jauh yang dapat terbang dengan mudah dan stabil. Para pendiri e-volo tertarik untuk dapat membuat kendaraan seperti quadrocopter besar yang dapat dinaiki manusia.



Setelah itu, riset dan pengembangan yang meliputi kalkulasi dan kemungkinan mengangkat penumpang dengan quadrocopter raksasa dilakukan selama berbulan-bulan. Setelah seluruh riset diselesaikan, pada tahun 2011 prototype Volocopter pertama bernama VC1 berhasil dibuat dan diujicoba pada tahun itu pula.

Penerbangan pertama VC1 berlangsung selama 90 detik, dengan kondisi terbang yang belum stabil dan keamanan yang belum terjamin.



Dua tahun setelah penerbangan VC1, e-volo terus mengembangkan dan memperbaiki Volocopternya. Hingga pada tahun 2013, e-volo menyelesaikan generasi terbaru Volocopter bernama VC200, yang dapat terbang secara stabil dan telah dilengkapi perangkat keamanan. VC200 ini telah dapat terbang dengan stabil, minim getaran, dan tidak menghasilkan bunyi bergemuruh. Namun, VC200 ini baru dalam tahap prototype yang dikendalikan remote control, belum dapat dinaiki dan dikemudikan secara langsung.



Pada pengembangan selanjutnya, pihak e-Volo berfokus pada peningkatan gaya angkat dan kemudahan kendali Volocopter—yang memungkinkannya untuk dapat dikendarai orang dengan mudah.

Pada Februari 2016, Pemerintah Jerman telah memberi izin terbang pada VC200. Lalu, pada 30 Maret 2016 penerbangan berawak pertama Volocopter VC200 dilakukan.