- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Deadline Abu Sayyaf Habis, Begini Saja Kata Filipina


TS
heavenisnomore
Deadline Abu Sayyaf Habis, Begini Saja Kata Filipina
Quote:

Batas akhir pembayaran tebusan sandera Abu Sayyaf telah lewat, Filipina meminta agar mempercayakan semua pada tentaranya.
Jumat kemarin merupakan tenggat waktu pembayaran tebusan atas nyawa 15 warga asing yang menjadi sandera kelompok militan Abu Sayyaf.
Dari 15 orang tersebut, 10 orang di antaranya adalah warga negara Indonesia.
Namun, hal itu tak mempengaruhi pasukan tentara Filipina yang telah ditugaskan untuk menyelamatkan para sandera tersebut.
"Percayakan semua pada tentara Filipina yang beroperasi, pokoknya kami tak akan berhenti," kata Kepala Humas Militer Filipina, Kolonel Noel Detoyato dikutip The Standard.
Ia pun mengatakan apapun yang terjadi pada para sandera, itu akan menjadi tanggung jawab para militan Abu Sayyaf.
"Kami akan menuntut pertanggungjawaban mereka," kata Detoyato seperti dikutip The Standard.
Disebutkan total permintaan tebusan kelompok Abu Sayyaf untuk 15 sandera tersebut mencapai tiga miliar peso, atau sekitar Rp 285 miliar.
Kelompok itu telah mengancam akan mengeksekusi setidaknya tiga sandera pada Jumat kemarin, yaitu dua sandera asal Kanada dan seorang asal Norwegia.
Pasukan militer Filipina sebelumnya telah mengepung kelompok Abu Sayyaf.
Tiga batalyon tentara Filipina sudah melakukan pengepungan.
Pengepungan tersebut dinilai dapat berimbas positif terhadap bebasnya 10 warga negara Indonesia yang disandera oleh kelompok tersebut.
Kesaksian Ali Fauzi
Ali Fauzi, mantan Kombatan di Filipina Selatan, memiliki analisis tersendiri soal penyanderaan 10 WNI oleh kelompok Abu Sayyaf.
Hal ini ia sampaikan kepada Harian Surya, (Tribunnews.com Network) seraya memastikan, rekam jejak kelompok Abu Sayyaf yang ia ketahui, hanya butuh uang.
Menurutnya, cara negosiasi apapun tanpa uang, bakal percuma. Mereka tidak mau mengambil risiko jika kemauannya (tebusan) tidak diwujudkan.
Ali Fauzi adalah mantan kepala instruktur perakitan bom Jamaah Islamiyah. Ia pernah memiliki hubungan dengan beberapa grup Abu Sayyaf di Mindanao, Filipina.
"Namun sebelum para sandera itu dieksekusi kebiasaannya masih diberi kesempatan atau jeda waktu lagi paling lama seminggu. Istilah mereka, ekstra time. Setelah seminggu tebusan tidak diberikan, para sandera ini baru dieksekusi," ujarnya.
"Sandera sesama agama (Islam) saja dieksekusi, apalagi yang beda agama. Kelompok ini sudah sangat liar, tidak memandang sahabat antarnegara yang dipandang sebagai sahabat secara teritorial," Ali Fauzi memastikan.
Dijelaskan, perspektif ideologi mereka tidak bisa dibatasi dengan pandangan soal sahabat atau negara bertetangga secara teritorial. Malaysia itu kan negara tetangga, tetap sanderanya dibunuh juga," cerita Ali.
Dilihat dari rekam jejaknya, lanjut Ali, kelompok pimpinan Rodulan Sahirun alias Komandan Putul ini, sejak kecil keluarga mereka banyak yang tumbuh dan hidup di medan konflik serta kekerasan.
Sampai- sampai sang pimpinan, Rodulan Sahirun, harus kehilangan tangan kanannya.Itulah sebabnya, Rodulan Sahirun ini dikenal dan dijuluki komandan putul (putus).
"Menurut saya, pemerintah harus serius dan menyediakan dana, seperti mereka minta. Sebab melakukan lobi tanpa uang, percuma saja. Mengapa mereka benar-benar butuh uang? Uang itu akan dipakai untuk menghidupi orang-orang di pedesaan Filipina atau masyarakat kelas bawah alias orang miskin, selain untuk biaya perjuangan mereka," papar Ali.
Dijelaskan pula, kelompok Abu Sayyaf pimpinan Rodulan Sahirun atau Komandan Putul ini bagi warga miskin di wilayah pedesaan, termasuk di Tawi Tawi dan wilayah sekitarnya dianggap sebagai Robin Hood.
Karena uang yang didapat Abu Sayyaf selalu dibagi-bagikan kepeda warga miskin di pedesaan itu. Bantuan uang dari kelompok ini selalu diharapkan masyarakat miskin.
"Hubungan masyarakat miskin dengan kelompok Abu Sayyaf ini diistilahkan sebagai sebuah simbiosis mutualisme, saling membutuhkan," ceritanya.
Dalam kenyataan, ketika kelompok ini dikejar-kejar aparat Filipina, larinya ke desa-desa miskin. Mereka 'bersenyawa' alias menyatu dan menyaru sebagai masyarakat desa.
Uang yang diterima masyarakat miskin dipakai menyambung hidup. Makanya, masyarakat di wilayah desa miskin sangat melindungi kelompok pejuang Abu Sayyaf.
Sampai- sampai sang pimpinan, Rodulan Sahirun, harus kehilangan tangan kanannya.Itulah sebabnya, Rodulan Sahirun ini dikenal dan dijuluki komandan putul (putus).
"Menurut saya, pemerintah harus serius dan menyediakan dana, seperti mereka minta. Sebab melakukan lobi tanpa uang, percuma saja. Mengapa mereka benar-benar butuh uang? Uang itu akan dipakai untuk menghidupi orang-orang di pedesaan Filipina atau masyarakat kelas bawah alias orang miskin, selain untuk biaya perjuangan mereka," papar Ali.
Dijelaskan pula, kelompok Abu Sayyaf pimpinan Rodulan Sahirun atau Komandan Putul ini bagi warga miskin di wilayah pedesaan, termasuk di Tawi Tawi dan wilayah sekitarnya dianggap sebagai Robin Hood.
Karena uang yang didapat Abu Sayyaf selalu dibagi-bagikan kepeda warga miskin di pedesaan itu. Bantuan uang dari kelompok ini selalu diharapkan masyarakat miskin.
"Hubungan masyarakat miskin dengan kelompok Abu Sayyaf ini diistilahkan sebagai sebuah simbiosis mutualisme, saling membutuhkan," ceritanya.
Dalam kenyataan, ketika kelompok ini dikejar-kejar aparat Filipina, larinya ke desa-desa miskin. Mereka 'bersenyawa' alias menyatu dan menyaru sebagai masyarakat desa.
Uang yang diterima masyarakat miskin dipakai menyambung hidup. Makanya, masyarakat di wilayah desa miskin sangat melindungi kelompok pejuang Abu Sayyaf.
http://bangka.tribunnews.com/2016/04...-kata-filipina
0
4.5K
Kutip
20
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan