- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Indonesia Nggak Butuh Persatuan, Contohlah Malaysia!


TS
anwar04
Indonesia Nggak Butuh Persatuan, Contohlah Malaysia!

Quote:
Higan, apa kabar nih? Semoga sehat dan baik selalu, ya..
Sebelumnya ane ucapin makasih buat agan yang udah berkunjung, komen, dan rate5. Dan seperti biasa, kalau agan nggak suka, langsung ajah tutup jendela Kaskus di layar komputer agan sista.
Di tret ini ane mau bahas tentang hal-hal yang membuat rakyat Indonesia mudah berantem. Hal ini mungkin agak berat, karenanya ane minta supaya baca dengan seksama dari awal sampe akhir. Trus buat yang suka baca judul dowank, mending ke laut ajah daripada ngomel nggak jelas.
Tak banyak kata, mari kita berangkat bersama!


Sebelumnya ane ucapin makasih buat agan yang udah berkunjung, komen, dan rate5. Dan seperti biasa, kalau agan nggak suka, langsung ajah tutup jendela Kaskus di layar komputer agan sista.
Di tret ini ane mau bahas tentang hal-hal yang membuat rakyat Indonesia mudah berantem. Hal ini mungkin agak berat, karenanya ane minta supaya baca dengan seksama dari awal sampe akhir. Trus buat yang suka baca judul dowank, mending ke laut ajah daripada ngomel nggak jelas.
Tak banyak kata, mari kita berangkat bersama!

Quote:
Tak Butuh Persatuan

Sebagai negara kepulauan yang terdiri atas suku-bangsa yang jumlahnya ratusan, bangsa Indonesia nggak butuh yang namanya persatuan.
Keanekaragaman itu seharusnya melahirkan toleransi yang tinggi, bukan memaksakan diri untuk tetap satu jua. Satu Indonesia, pasti. Tapi, kenapa selama ini sikap rasis dan sinisme masih sering terdengar di negara kita?
Penyebabnya bisa jadi karena rakyatnya dipaksa untuk bersikap satu. Ibaratnya memaksa air dan minyak bersatu dalam satu wadah yang sama. Akhirnya, salah satunya pasti akan terpecah karena dipaksa menyatu. Atau dengan menggunakan cara lain agar mereka bersatu misalnya mencampurkan cairan sabun. Memang sih minyak dan air akan bersatu, tapi keduanya akan kehilangan sifatnya masing-masing.
Belum lama ini ada kedubes yang mencicit tema rasis di medsos. Kalau sekelas pejabat saja masih rasis, jangan heran kalau rakyatnya saling sinis. Jawa sentrislah, Papua anak tirilah, dan berbagai pandangan sinis sesama anak bangsa.
Penyebabnya tidak lain karena paksaan untuk bersatu tadi. Mereka jadi nggak punya rasa memiliki. Coba kalo yang dikedepankan sikap toleransi antar sesama anak negeri. Pastilah mereka akan saling dukung dalam segala lini.

Sebagai negara kepulauan yang terdiri atas suku-bangsa yang jumlahnya ratusan, bangsa Indonesia nggak butuh yang namanya persatuan.
Keanekaragaman itu seharusnya melahirkan toleransi yang tinggi, bukan memaksakan diri untuk tetap satu jua. Satu Indonesia, pasti. Tapi, kenapa selama ini sikap rasis dan sinisme masih sering terdengar di negara kita?
Penyebabnya bisa jadi karena rakyatnya dipaksa untuk bersikap satu. Ibaratnya memaksa air dan minyak bersatu dalam satu wadah yang sama. Akhirnya, salah satunya pasti akan terpecah karena dipaksa menyatu. Atau dengan menggunakan cara lain agar mereka bersatu misalnya mencampurkan cairan sabun. Memang sih minyak dan air akan bersatu, tapi keduanya akan kehilangan sifatnya masing-masing.
Belum lama ini ada kedubes yang mencicit tema rasis di medsos. Kalau sekelas pejabat saja masih rasis, jangan heran kalau rakyatnya saling sinis. Jawa sentrislah, Papua anak tirilah, dan berbagai pandangan sinis sesama anak bangsa.
Penyebabnya tidak lain karena paksaan untuk bersatu tadi. Mereka jadi nggak punya rasa memiliki. Coba kalo yang dikedepankan sikap toleransi antar sesama anak negeri. Pastilah mereka akan saling dukung dalam segala lini.
Quote:
Tengoklah Malaysia

Jangan marah karena ane ngasih contoh negara tetangga yang notabene saingan Indonesia di berbagai bidang seperti olahraga, bahasa ASEAN, dll. Ibaratnya tuh kayak musuh bebuyutan.
Apa yang harus dicontoh dari Malaysia?
Malaysia itu negara multi etnis yang mirip Indonesia. Malaysia juga punya komposisi agama yang mirip Indonesia, tapi cuma satu agama yang diakui. Lantas apakah minoritas memusuhi? Nggak juga tuh.
Mungkin alasannya karena mereka punya motto begini, Bersekutu Bertambah Mutu.
Jadi, mereka (rakyat Malaysia) sadar betul bahwa mutu negaranya bergantung pada kerja sama antar penduduknya. Kalo mereka saling sikut, yang ada ribut, politik carut marut, negara kusut, kebijakan jadi biang ribut.
Sebenernya Indonesia juga punya semboyan macam itu, tapi sayang lebih terkenal yang versi plesetannya. Nggak percaya? Nih ane kasih ilustrasinya.
===xx===
Kayla, seorang guru sekolah dasar yang cantik jelita, masuk ke ruang kelas 6 dengan hati riang gembira. Dia berencana memberikan kuis kepada muridnya.
Sesaat setelah menandai siswa yang hadir dan bolos, Kayla menulis kalimat di papan tulis,
Bersatu kita teguh, bercerai ...
Lantas ia melemparkan pertanyaan ke murid-muridnya yang sesekali berbisik, "Anak-anak, siapa yang bisa melengkapi kalimat ini? Silakan angkat tangan dan maju!"
Tasya, murid yang dianggap pintar, pun maju ke depan. Dia meraih spidol yang diberikan gurunya. Sesaat kemudian, kelas mendadak ramai dengan teriakan dan tawa murid-murid.
Bersatu kita teguh, bercerai kimpoi lagi.

Jangan marah karena ane ngasih contoh negara tetangga yang notabene saingan Indonesia di berbagai bidang seperti olahraga, bahasa ASEAN, dll. Ibaratnya tuh kayak musuh bebuyutan.
Apa yang harus dicontoh dari Malaysia?
Malaysia itu negara multi etnis yang mirip Indonesia. Malaysia juga punya komposisi agama yang mirip Indonesia, tapi cuma satu agama yang diakui. Lantas apakah minoritas memusuhi? Nggak juga tuh.
Mungkin alasannya karena mereka punya motto begini, Bersekutu Bertambah Mutu.
Jadi, mereka (rakyat Malaysia) sadar betul bahwa mutu negaranya bergantung pada kerja sama antar penduduknya. Kalo mereka saling sikut, yang ada ribut, politik carut marut, negara kusut, kebijakan jadi biang ribut.
Sebenernya Indonesia juga punya semboyan macam itu, tapi sayang lebih terkenal yang versi plesetannya. Nggak percaya? Nih ane kasih ilustrasinya.
===xx===
Kayla, seorang guru sekolah dasar yang cantik jelita, masuk ke ruang kelas 6 dengan hati riang gembira. Dia berencana memberikan kuis kepada muridnya.
Sesaat setelah menandai siswa yang hadir dan bolos, Kayla menulis kalimat di papan tulis,
Bersatu kita teguh, bercerai ...
Lantas ia melemparkan pertanyaan ke murid-muridnya yang sesekali berbisik, "Anak-anak, siapa yang bisa melengkapi kalimat ini? Silakan angkat tangan dan maju!"
Tasya, murid yang dianggap pintar, pun maju ke depan. Dia meraih spidol yang diberikan gurunya. Sesaat kemudian, kelas mendadak ramai dengan teriakan dan tawa murid-murid.
Bersatu kita teguh, bercerai kimpoi lagi.
Quote:
Presiden Pilihan Rakyat

Di Malaysia, pemilihan raja itu dilakukan dengan musyawarah dan ada jatahnya dari tiap perwakilan provinsi atau apalah istilahnya.
Nah, balik lagi ke Indonesia yang sering menimbulkan kecemburuan karena presidennya melulu orang Jawa, mungkin cara ini patut dicoba supaya nggak ada lagi istilah Jawa itu prioritas utama.
Misal, dalam masa jabatan presiden yang lima tahun, harus ada pergantian wajib dari masing-masing pulau. Misal, 5 tahun pertama dari Papua, 5 tahun berikutnya dari Sulawesi, Kalimantan, Sumatra, dan Jawa.
Saat proses penjaringan dilakukan di pulau-pulau itu, pulau lainnya nggak boleh ikut campur. Mereka cukup menunggu hasil saja siapa yang bakal dinobatkan sebagai presiden sesuai jatah pulaunya. Siapa tahu saja kebijakan ini bisa menumbuhkan empati, solidaritas, toleransi, rasa memiliki, dan sikap saling menghargai. Dan yang terpenting, nggak ada lagi kampanye rasis dari elit yang bikin rakyat turut bergejolak.

Di Malaysia, pemilihan raja itu dilakukan dengan musyawarah dan ada jatahnya dari tiap perwakilan provinsi atau apalah istilahnya.
Nah, balik lagi ke Indonesia yang sering menimbulkan kecemburuan karena presidennya melulu orang Jawa, mungkin cara ini patut dicoba supaya nggak ada lagi istilah Jawa itu prioritas utama.
Misal, dalam masa jabatan presiden yang lima tahun, harus ada pergantian wajib dari masing-masing pulau. Misal, 5 tahun pertama dari Papua, 5 tahun berikutnya dari Sulawesi, Kalimantan, Sumatra, dan Jawa.
Saat proses penjaringan dilakukan di pulau-pulau itu, pulau lainnya nggak boleh ikut campur. Mereka cukup menunggu hasil saja siapa yang bakal dinobatkan sebagai presiden sesuai jatah pulaunya. Siapa tahu saja kebijakan ini bisa menumbuhkan empati, solidaritas, toleransi, rasa memiliki, dan sikap saling menghargai. Dan yang terpenting, nggak ada lagi kampanye rasis dari elit yang bikin rakyat turut bergejolak.
Quote:
Sekian dulu tret dari ane. Kalo menurut nte gimana tuh, gans?



Ane minta maaf kalau ada kata yang kurang berkenan di hati agan. Ane nggak bosen-bosennya bilang kalo ane cuma manusia biasa, bukan Tuhan yang Maha Sempurna.
Sekali lagi ane ngucapin makasih buat yang sudah mampir. Ane juga nggak bosen-bosennya bilang kalo tret ini dibuat bukan untuk memuaskan segala kalangan. Jadi, kalau ada kekurangan karena tidak sesuai dengan minat agan, berilah maaf si TS karena hakikatnya, sebuah tret tidak akan mampu memuaskan seluruh Kaskuser.



Ane minta maaf kalau ada kata yang kurang berkenan di hati agan. Ane nggak bosen-bosennya bilang kalo ane cuma manusia biasa, bukan Tuhan yang Maha Sempurna.
Sekali lagi ane ngucapin makasih buat yang sudah mampir. Ane juga nggak bosen-bosennya bilang kalo tret ini dibuat bukan untuk memuaskan segala kalangan. Jadi, kalau ada kekurangan karena tidak sesuai dengan minat agan, berilah maaf si TS karena hakikatnya, sebuah tret tidak akan mampu memuaskan seluruh Kaskuser.
0
10.5K
Kutip
82
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan