Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

sorendoreriAvatar border
TS
sorendoreri
Cerita Misteri Asrama Mahasiswa Balikpapan di Samarinda (bagian 3)
Asalamualaikum

Agar tidak tersesat dan tak tahu arah jalan pulang, tolong baca dulu dua cerita saya sebelumnya.
Cerita Misteri Asrama Mahasiswa Balikpapan di Samarinda (bagian 1)
Cerita Misteri Asrama Mahasiswa Balikpapan di Samarinda (bagian2)

Jalan-jalan yok, saya mau ngenalin kalian dengan lingkungan/daerah diluar ASMABA.

Selamat menikmati.
Cerita ini berjudul:

AYAM GORENG
Setelah sholat magrib berjamaah di Aula dan kembali kekamar, tiba-tiba saja daya tahan tubuh saya melemah (baca: lapar). Maklum, saya baru saja melakukan perjalanan lumayan jauh (kurang lebih 2 jam). Saya habis pulang kampung, tiba di ASMABA pukul 05.00 sore. Hari ini harus kembali ke Samarinda karena besok saya ada kuliah.

Teringat bekal yang dibuatkan oleh mama saya dirumah tadi, oseng kacang panjang dan tempe dalam bungkusan plastik bening dan bungkusan kertas nasi, mungkin isinya nasi dan ayam goreng kesukaan saya. Sambil duduk diatas ranjang, masih mengenakan sarung dan baju koko saya mengeluarkan bungkusan kresek dari dalam tas yang ada diatas kasur. Saya letakkan bungkusan tersebut diatas meja belajar. Lalu saya buka satu persatu, pertama plastik bungkusan sayur kedua bungkusan kertas nasi berstapless.

Loh ayam gorengnya mana? Waduh, masa ayam gorengnya ketinggalan sih.

Saya buru-buru mengambil HP yang masih berada disaku tas, lalu menghubungi mama saya. Hallo Asalamualaikum. Waalaikum salam, jawab mama saya dikejauhan. Wisnu sudah sampai Samarinda sebelum magrib tadi ma, saya memberi kabar. Oh yudah Alhamdulillah, istirahat jangan begadang besok kuliah, nasehat mama saya.

Ma, ayam gorengnya lupa mama masukan dibekal wisnu ya? Tanya saya memutus pembicaraan. Sudah, sudah mama masukan semua, kenapa? Kurang kah? Jawab mama saya. Tapi ayam gorengnya kok nda ada ya ma, ini cuman nasi sama bungkusan sayur tuh, mama nda lupa kah? Saya bertanya meyakinkan.

Loh, ayam goreng dirumah sudah nda ada lagi nak, ya tinggal yang kamu bawa itu, jelas mama saya. Tapi kok nda ada ya ma? Saya masih bingung. Setelah itu mama saya bertanya kurang lebih seperti ini, tadi waktu mau masuk bukit soeharto sudah baca doa belum? Minimal baca Al-Fatihah?. Memang kenapa ma? Saya tidak langsung menjawab karena takut ketahuan lupa baca doa. Lain kali baca doa, itu penting biar nda kenapa-kenapa ditengah jalan. Iya ma, maaf, jadi ayam goreng wisnu kemana ya ma?

Taman Hutan Raya Bukit Soeharto atau bisa disingkat TAHURA Bukit Soeharto. Orang-orang biasa menyebutnya daerah Bukit Soeharto. Bukit soeharto merupakan salah satu kawasan hutan lindung yang ada di Provinsi Kalimantan Timur. Menurut Wikipedia luas TAHURA ini kurang lebih 61.850 Ha. Jalan penghubung kota Balikpapan dengan kota Samarinda (atau sebaliknya) melintasi/membelah daerah bukit soeharto. Jadi kami para mahasiswa Balikpapan yang sedang kuliah dikota Samarinda khususnya warga ASMABA sudah sangat akrab dengan daerah bukit soeharto.

Didalam bukit soeharto teman-teman tidak akan melihat rumah warga dikiri dan kanan jalan, karena sejauh mata memandang yang terlihat hanya susunan pepohonan tinggi menjulang. Saking tingginya, jika kita melintas pada siang hari susunan pepohonan tersebut dapat melindungi kita dari sinar matahari langsung. Jadi kita tidak akan merasa kepanasan, bahkan terasa sangat sejuk.

Saya tidak tahu berapa panjang jalan yang ada didalam bukit soeharto ini, tapi yang jelas kalau saya masuk dari daerah KM.50 Balikpapan menggunakan motor dengan kecepatan rata-rata 70-80 km/jam maka saya baru akan keluar dari daerah bukit soeharto sekitar 10-15 menit kemudian.

Saran saya jika baru pertama kali melewati daerah bukit soeharto sebaiknya teman-teman berhati-hati, fokus dan kalau bisa jangan sendiri. Karena kondisi jalan yang berbelok-belok, naik turun berbukit, dan tanpa lampu penerangan disisi jalan bisa membahayakan keselamatan teman-teman yang belum mengenal daerah ini.

Mungkin ada yang minta? Suara mama terdengar dari HP saya.
Siapa yang minta ma? bungkusan bekalnya tadi masih didalam tas, belum wisnu keluarkan, jawab saya.
Iya, mungkin ada yang minta, jelas mama.
Maksudnya ma? Wisnu nda paham, saya semakin bingung
Iya, kaya teman mama dulu Nak, tambah mama membuat saya semakin tidak mengerti.

Suatu hari mama harus pergi ke kota Tenggarong untuk keperluan dinas, mama saya seorang guru. Perjalanan menuju kota Tenggarong kurang lebih satu setengah jam dari Samarinda. Jadi kalau dari Balikpapan kita melewati Samarinda dulu baru sampai di Tenggarong. Mama berangkat dengan mobil sewaan, satu rombongan dengan teman-teman guru lainnya, satu mobil enam orang termasuk pak supir. Kalau sudah keperluan dinas biasanya mama baru sampai rumah jam 9 malam. Maklum saja, pertama karena jauh dan yang kedua namanya juga mama-mama, nda afdol rasanya kalau jalan jauh tidak membeli oleh-oleh.

Urusan dinas sudah selesai oleh-oleh sudah ditangan. Rombongan emak-emak bersiap untuk pulang. Pukul 19.15 samar-samar pak supir melihat jam ketika jarak menuju Balikpapan menyisakan setengah perjalanan lagi. Memang agak susah melihat jam ditangannya, karena lampu didalam mobil padam, katanya sih sengaja dipadamkan untuk membantu penglihatan pas supir agar tidak silau dan fokus dalam mengemudi. Mungkin karena lelah, rombongan mama sudah tertidur semua.

Keadaan sekitar semakin gelap, selain hari semakin malam ternyata rombongan mama sudah masuk daerah bukit soeharto. Lima menit berlalu didalam bukit soeharto. Kenapa mobil ini terasa semakin berat tarikannya?, guman pak supir. Mungkin karena seharian dibawa jalan jadi agak rewal gini, pak supir mengiyakan pertanyaannya sendiri.

Tapi semakin lama tarikan mobil semakin berat, rasanya seperti kelebihan muatan. Pak sopir memilih untuk tetap fokus mengemudi karena toh setelah keluar dari bukit soeharto bisa istirahat sebentar sambil mendinginkan mesin mobil, pikirnya.

Tidak ada angin tidak ada badai, tiba-tiba salah seorang teman mama yang duduk dikursi paling belakang berteriak. Sontak mama dan teman-teman yang lain terbangun dan kaget tidak terkecuali pak supir. Ada apa bu? Tanya pak supir. Jalan aja trus pak, nanti kalau sudah hampir keluar bukit soeharto kita menepi sebentar, jawab teman mama dengan nada panik dan sedikit gemetar. Tentu rombongan mama bertanya-tanya dalam hati, ini kenapa?.

Suasana didalam mobil masih terasa kurang nyaman ketika mobil yang ditumpangi oleh rombongan mama hendak menepi dipinggir jalan tepat sebelum keluar dari bukit soeharto. Kiri pak kiri, kita berhenti dulu, kata teman mama. Didaerah ini bu? Tapi disini masih agak gelap, bahaya, gimana kalau agak depan lagi setelah kelihatan rumah warga, tawar pak supir. Nda pak, pokoknya jangan berhenti jauh dari bukit soeharto, teman mama menolak sambil memaksa dan terlihat masih panik. Mama dan teman-teman yang lain hanya bisa diam dan bingung, ada apa ini?

Setelah mobil benar-benar berhenti teman mama langsung turun dan mengeluarkan sesuatu dari dalam bungkusan oleh-oleh yang dibelinya tadi. Lalu bungkusan itu cepat-cepat dibuangnya kearah hutan yang ada dipinggir jalan. Ayo pak jalan, ayo kita pulang, teman mama bergegas masuk kedalam mobil. Semua orang didalam mobil masih bingung, ada apa dengan teman satu ini? Kenapa tiba-tiba teriak, panik, minta berhenti dibukit soeharto lalu membuang sesuatu?

Perjalanan pulang dilanjutkan, tidak terasa rombongan mama sudah keluar dari daerah bukit soeharto. Kondisi mobil tiba-tiba normal seperti biasa, Alhamdulillah tarikannya bagus lagi, batin pak supir. Keadaan juga semakin membaik meskipun belum seorangpun yang membuka perbicaraan.

“Ada yang minta” sepotong kalimat yang tiba-tiba muncul dari mulut teman mama.
Hah? Maksudnya bu? Tanya mama dan yang lainnya.
Iya bu, ada yang minta? Teman mama meyakinkan.
Minta apa bu? Mama saya belum paham.

Didalam bukit soeharto tadi tiba-tiba saya terbangun, masih dalam kondisi setengah sadar berusaha membuka mata. Gelap karena kita didalam hutan dan lampu mobilpun dimatikan. Entah benar atau tidak, tapi saya seperti melihat ada orang diatap mobil bagian dalam, tepat diatas kita ini.

Orang? Siapa bu? Tanya pak supir. Dimobil ini cuman ada kita berenam, tambahnya.

Seperti orang besar sedang bergantungan. Besar sekali, saking besarnya kedua kakinya berada diatap bagian depan, dan kedua tangannya ada diujung atap mobil bagian belakang dan wajahnya persis di atas kepala saya. Seluruh badannya hitam, kepala tanpa rambut juga berwarna hitam, wajah mengerikan, matanya merah dan ada taring panjang dimulutnya. Saya benar-benar kaget dan takut, itu yang membuat saya tiba-tiba berteriak, jelas teman mama.
Saya langsung teringat dengan oleh-oleh yang saya beli di Tenggarong tadi.

Memang ibu tadi beli apa? Tanya pak supir.

Saya beli beberapa potong ikan bandeng bakar.
Entahlah, saya teringat pesan orang tua dulu.
Seandainya jalan jauh kalau bisa jangan bawa makanan yang berbau tajam, atau beraroma menggiurkan, khususnya makanan jadi atau matang, kalaupun terpaksa harus membawa, usahakan bungkus dengan rapat agar aromanya tidak tercium keluar. Apalagi kalau melewati hutan-hutan, daerah sepi dan malam hari. Biasanya sering “ada yang minta”, teman mama berusaha mengingat pesan orang tuanya.

Oh jadi ayam goreng wisnu hilang gara-gara ada yang minta ma? Tanya saya meyakinkan.
Mama kurang paham. Yang penting jangan pernah lupa berdoa kalau dalam perjalanan, minta sama Allah, mudah-mudahan diberi keselamatan sampai tujuan, tutup mama saya.

Sebenarnya kami sudah terbiasa mendengar hal-hal aneh yang terjadi dibukit soeharto. Apa lagi bagi mereka yang sering melewati daerah tersebut, pasti sangat hafal dengan mitos-mitos yang ada. Cerita ini hanya salah satu contohnya.

Saya tidak mengajak teman-teman untuk syirik atau menduakan Allah SWT. Boleh tidak percaya, boleh tidak sependapat, tapi sopan tetap diutamakan. Setelah membaca tulisan ini, saya berharap teman-teman mendapatkan pengetahuan baru. Pengetahuan tentang budaya atau kebiasaan yang ada didaerah saya Kalimantan Timur. Kebiasaan yang masih dipercaya dan dilakukan oleh sebagian masyarakatnya sampai saat ini.

Mau kemana? Jangan ditutup dulu.
Cerita berikutnya kita kembali ngomongin “begituan” yang ada di ASMABA.
Saya mau membahas mulai kapan “mereka” ada di ASMABA.
Apakah “mereka” ada sejak awal ASMABA berdiri atau mungkin “mereka” sudah ada jauh sebelum itu?


Sayonara
JPS ’09.
nona212
nona212 memberi reputasi
1
6.8K
27
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan