Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan keputusan jika pakaian, baju, celana dan sepatu harus memiliki sertifikat halal.

Terkait rencana tersebut, Ketua Umum Gerakan Pemuda (GP) Ansor Yaqut Cholil Qoumas menegaskan, MUI tidak perlu memberi sertifikasi halal tersebut karena Tuhan tidak pernah mambuat rumit manusia.

"Ansor melihat terlalu berlebihan, kayak enggak ada kerjaan saja MUI ini. Kalau mau disertifikasi halal lama-lama kita mau cari istri ini, mau cari suami ini, disertifikasi halal dulu sama dia (MUI). Sudah lah karena Tuhan itu enggak repot. Allah itu enggak nyari perkara sulit-sulit," ujar pria yang akrab disapa Gus Yakut dalam pertemuan dengan jajaran staf redaksi Koran Sindo, di Gedung Sindo, Jakarta, Rabu (30/3/2016).

MUI, sambungnya, baiknya mengurusi persolan-persoalan yang lebih penting ketimbang membuat sertifikasi halal ke baju, pakaian, celana dan sepatu tersebut. "Kayak begitu-begitu ngapain disertifikasi. Baju mereka itu yang mereka pakai, belum tentu juga baju mereka itu halal. Jadi berlebihan itu," tambahnya.

Anggota Komisi VI DPR itu menyatakan, tidak ada standar untuk produk sandang tersebut berlabel halal. Yang terpenting, kata dia, pakaian harus menutupi auruat yang sesuai dengan syraiat Islam.

"Pakaian kan yang penting menurut kita ini harus rapi. Kalau menurut Islam ya harus menutup aurat itu saja sudah cukup ngapain pakai halal haram," katanya.

Ketua MUI Ma'ruf Amin sebelumnya mengatakan harus ada sertifikasi halal terhadap produk seperti, seperti, baju, celana dan pakaian lainnya. Sebab, ungkap dia ada bahan-bahan pakaian yang terbuat dari kulit babi.

Keputusan MUI untuk meberikan sertifikasi halal tersebut, merujuk kepada Undang-Undang (UU) Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal (JPH).

http://news.okezone.com/read/2016/03/30/337/1349555/sertifikasi-baju-halal-gp-ansor-mui-tidak-ada-kerjaan