victim.of.gip99Avatar border
TS
victim.of.gip99
Ini Alasan Kang Yoto Tatap Pilgub DKI


Jakarta - Bupati Bojonegoro Suyoto tak langsung setuju saat didorong masuk bursa cagub DKI. Namun karena sejumlah pertimbangan khusus, akhirnya Kang Yoto mulai menatap Pilgub DKI dengan sejumlah harapan.

Kang Yoto sempat berbagi pertimbangannya itu dengan kerabat dekatnya,  Izzul Muslimin, pekan lalu. Kepada Izzul Muslimin, kang Yoto yang sudah masuk bursa cagub DKI dari PAN ini mengungkap pertimbangan-pertimbangannya sampai menyatakan siap menatap Pilgub DKI.

Dalam pesan elektronik kepada detikcom, Senin (28/3/2016), Izzul Muslimin berbagai kisah pertemuannya dengan Kang Yoto, terutama kelanjutan obrolan soal Pilgub DKI 2017, simak kisahnya sebagai berikut:

Menjelang kepulangannya ke Bojonegoro, saya sempatkan bertanya ke Kang Yoto soal motivasi atau alasannya bersedia maju untuk Pilgub DKI. Menurut saya, kesediaan Kang Yoto ini agak terlambat. Beda dengan tokoh-tokoh lain yang sudah mendeklarasikan beberapa bulan sebelumnya.

Kang Yoto bercerita, bahwa terus terang sebelumnya tidak terpikir olehnya mau maju ke DKI. Berawal dari seorang teman yang bertemu dengannya menceritakan keprihatinannya soal Pilgub DKI. Menurut temannya itu, arah perkembangan issue Pilgub DKI sudah tidak sehat. Ada polarisasi issue yang cenderung mengarah kepada pembelahan sosial, bahkan perpecahan sosial, yang jika tidak dicegah bisa merugikan dan membahayakan persatuan bangsa. Meskipun hanya skala provinsi, DKI merupakan etalase Indonesia, yang dampaknya sangat besar mempengaruhi isue nasional. Menurut temannya tadi,  sewaktu Pilpres 2014 juga terjadi pembelahan sosial karena terbagi dalam dua dukungan kandidat. Namun isue yang berkembang masih cukup positif terkait dengan kepantasan dan kemampuan kandidat dalam mengatasi persoalan bangsa ke depan. Sementara dalam Pilgup DKI saat ini, isue yang berkembang tajam justru masalah SARA yang jika terus menjadi isue utama akan sangat membahayakan. Mereka tidak lagi membicarakan soal kapasitas dan kapabilitas calon, tetapi justru lebih mengedepankan persoalan SARA dan isue isue negatif soal konspirasi teori dan hiden agenda. Meskipun dipermukaan tidak muncul dalam perdebatan para kandidat, namun dalam diskusi-diskusi warung kopi dan media sosial persoalan ini sangat ramai dibicarakan. Temannya itu merasa, ada kecenderungan pembiaran atas isue demikian karena justru ada yang ingin mengambil keuntungan dari keadaan tersebut.

 Menurut temannya itu, saat ini pertarungan DKI diisi oleh nama-nama besar dan beken, yang rekam jejaknya sudah banyak diketahui oleh masyarakat luas. Masyarakat sudah bisa mengukur dan tahu sejauh mana kemampuan para kandidat tadi. Ada kecenderungan kejenuhan dari pertandingan para kandidat yang akan maju di DKI. Maka wajar jika isue yang lebih menonjol justru persoalan SARA dan sejenisnya. Beberapa nama populer dan dianggap punya prestasi yang diharapkan maju seperti Ibu Risma dari Surabaya dan Kang Emil dari Bandung ternyata tidak terjadi. Padahal orang-orang seperti merekalah yang diharapkan bisa membawa harapan baru bagi Jakarta. Sebenarnya masih banyak anak bangsa berprestasi lainnya yang bisa diorbitkan untuk berkompetisi di DKI, namun umumnya mereka masih belum muncul di permukaan dan belum tentu bersedia karena berbagai sebab dan alasan. Perlu kerja keras dan serius untuk menggali dan mencari mutiara terpendam di bumi Indonesia. 

Temannya itu mendata beberapa nama potensial berprestasi yang masih terpendam. Dia menemui Kang Yoto karena menurutnya Kang Yoto adalah salah satu dari mutiara yang sedang dicari. Setelah bertemu dengan temannya itu, Kang Yoto merenung dan berpikir agak lama. Sebenarnya kalau Kang Yoto tidak memperdulikannya itu cukup beralasan. Kang Yoto bukan orang Jakarta dan tidak pernah tinggal lama di Jakarta. Kang Yoto juga masih menikmati memimpin Bojonegoro yang berakhir sampai 2018. Dan kalau berfikir ingin jadi Gubernur, mengapa tidak maju saja di Jawa Timur? Wilayah yang lebih dikuasainya, dan Kang Yoto merasa sudah memiliki modal yang cukup untuk berebut suara di Jawa Timur. Tapi terus terang Kang Yoto lebih gelisah dengan persoalan perkembangan isue Pilgup DKI yang kurang sehat itu, yang lucunya juga sudah menyeret masyarakat Indonesia yang bukan penduduk Jakarta. Bagi Kang Yoto, ini persoalan serius yang perlu diantisipasi dan diatasi supaya tidak merambat menjadi masalah baru bagi Indonesia. 

Sebagai orang yang paham agama, menurut Kang Yoto ini adalah soal  wajib khifayah. Artinya, jika sudah ada orang yang melaksanakan kewajiban maka gugurlah kewajiban bagi yang lain. Namun, setelah beberapa waktu menunggu, Kang Yoto merasa belum melihat figur yang menurutnya bisa menggugurkan kewajibannya itu. Akhirnya dengan membulatkan niat, Kang Yoto bismillah mau ikut bertanding di DKI. 
 
Bagi Kang Yoto, maju dalam Pilgup DKI adalah panggilan sejarah. Mungkin ini justru membuat Kang Yoto keluar dari zona nyaman yang selama ini sudah dia nikmati. Dia merasa sangat happy dan enjoy memimpin Bojonegoro. Dia merasa mencintai dan dicintai rakyat Bojonegoro. Sementara untuk maju ke DKI, Kang Yoto belum tahu bagaimana penerimaan publik terhadap dirinya. Mungkin akan banyak yang mencibir dan meremehkannya. Apalagi Kang Yoto merasa bukan orang yang sepopuler Risma ataupun Ridwan Kamil yang sering muncul di media. Meskipun kalau bicara pengalaman dan prestasi memimpin daerah Kang Yoto merasa cukup percaya diri jika diperbandingkan. Kang Yoto selalu berpikir positif dan menikmati semua pengalaman hidup termasuk yang dianggap terpahit sekali pun. Jadi, jika Kang Yoto mau maju dalam pertandingan di Pilgup DKI, ini adalah bagian perjalanan hidup yang ingin dia nikmati. Kang Yoto tidak hanya ingin memenangi pertandingan, tetapi dia juga ingin menampilkan sebuah pertandingan yang enak dan menyenangkan untuk ditonton, bukan membuat ngeri dan menakutkan. Pilgup DKI mestinya akan menjadi ajang untuk berfastabiqul khairat, berlomba-lomba untuk mendapatkan pemimpin DKI yang terbaik, bukan ajang untuk saling menjegal, memotong,dan memfitnah. Bagi Kang Yoto, semua yang akan tampil dalam Pilgup DKI adalah anak bangsa yang terbaik. Dia yakin semuanya bercita-cita untuk kebaikan Jakarta, jadi semuanya harus memulai dengan niat yang positif, tidak dengan niat negatif, saling curiga dan saling benci. 

 Meskipun dinilai oleh orang lain terlambat, Kang Yoto punya semboyan tidak ada kata terlambat sebelum pintu takdir ditutup. Ibarat permainan bola, banyak kejutan yang justru muncul di akhir pertandingan. Hanya Tuhan yang tahu siapa sesungguhnya yang akan tampil menjadi pemenang. Tugas manusia adalah berikhtiyar semaksimal mungkin. Tuhanlah yang akan memberikan pilihan yang terbaik. Oleh karena itu Kang Yoto selalu optimis untuk menjalaninya. 
 
"Mendengar alasan Kang Yoto tersebut, saya sangatlah mafhum. Itulah sosok Kang Yoto yang saya kenal sejak dulu. Selalu optimistis dan positif thinking, tapi bukan sosok ambisius yang mau menghalalkan segala cara. Jadi kalau dia memenangi pertandingan, itu karena Tuhan memberkatinya," kata Izzul menutup kisahnya. (van/tor)




http://m.detik.com/news/berita/31739...tap-pilgub-dki

Kang Yoto ini kepala daerah yang berprestasi diam diam tanpa di liput media. Selamat bersaing di DKI Kang Yoto.

Calon alternatif yang sangat potensial untuk memajukan ibu kota negara.
Diubah oleh victim.of.gip99 30-03-2016 06:30
0
3.6K
58
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan