- Beranda
- Komunitas
- Food & Travel
- Catatan Perjalanan OANC
[CATPER] Panderman dan Kelakuan Para Kera (8-9 Maret 2016)


TS
ilhamfirdaa
[CATPER] Panderman dan Kelakuan Para Kera (8-9 Maret 2016)
Gunung Panderman di Batu, Malang, emang nggak sepopuler gunung-gunung lainnya yang ada di Malang. Contohnya kek Arjuna, Semeru, Bromo atau Welirang. Tapi bagi yang berdomisili di Malang, gunung ini jadi favorit. Tiap hari libur atau weekend, Panderman pasti rame sampe tumpah-tumpah. Alasannya karena gunung ini dekat dari kota, selain itu waktu tempuhnya yang relatif cepat, sekitar 2-3 jam perjalanan.
Ane sendiri terhitung udah 6x ndaki ke Panderman sejak 2014 sampe sekarang. Kali ini ane mau ceritain pendakian terakhir kali kesana, yaitu tanggal 8-9 Maret 2016 lalu. Ane ndaki sama seorang teman yang udah sering banget kami ndaki bareng, panggil aja dia Idang.
Pendakian kala itu kami lakukan di malam hari. Udah 5x kesana membuat ane yakin kalau ane hapal jalan di Panderman, meskipun kami ndaki malem. Selain itu, sebelum-sebelumnya ane biasa ndaki malem juga. Waktu itu kami ndaki di hari selasa, dan besoknya hari Rabu itu hari libur tanggal merah, yang bertepatan juga sama gerhana matahari. Makanya saat kami tiba di parkiran udah banyak motor yang datang duluan sebelum kami. Tapi ane udah nggak heran, Panderman di hari libur emang selalu rame.
Kami mulai berjalan sekitar jam 9 malam. Mulai dari parkiran kami jalan dengan kecepatan penuh, sambil sesekali break ngambil nafas. Dari parkiran sampe sebelum pos Latar Ombo, kami nggak ketemu satu pendaki pun. Lantas ane jadi mikir ini pendaki-pendaki pasti udah pada gelar tenda di puncak. Btw, di puncak Panderman emang luas jadi bisa diriin tenda. Kalau bener gitu, kami watir takut nggak kebagian lapak buat diriin tenda. Tapi begitu tiba di Latar Ombo, ternyata justru disitu para pendaki ngecamp. Di Latar Ombo, kami istirahat sebentar.
15 menit kemudian, kami lanjut lagi. Kami nggak bisa ngebut kek sebelumnya, karena di depan kami ada rombongan pendaki sekitar 15 orang. Karena susah mau nyalip, akhirnya terpaksa kami membuntuti mereka di belakang sambil nyari-nyari kesempatan buat nyalip. Baru ketika di sebuah dataran yang cukup terbuka, kami bisa melanjutkan perjalanan tanpa membuntuti mereka. 15 menit dari situ kami sampe di puncak, sekitar jam 11.30 malam.
Benar seperti yang ane duga sebelumnya, di puncak kondisinya udah rame banget. Tenda udah berdiri di berbagai sudut. Setelah mencari-cari, kami dapat lapak juga meskipun tempatnya rada miring gitu. Abis itu, kami sempat ngopi-ngopi bentar sambil nyemil. Lalu karena udah lelah banget, ane tidur di balik hangatnya sleeping bag pinjaman.
Esoknya saat menjelang matahari terbit alias sunrise, ane lagi enak-enak tidur kebangun gara-gara suasana di luar tenda udah rame banget kek pasar. Para pendaki lagi berburu sunrise. Awalnya ane mau tidur aja, karena udah sering liat, tapi dipikir-pikir sayang juga kalau di lewatin. Pada akhirnya ane bikin timelapse dari matahari terbit. Sedangkan si Idang masih ngorok dalam tenda.
Setelah momen sunrise habis, kami leyeh-leyeh hammockan dulu nikmatin pagi di Panderman. Sekalian nunggu gerhana matahari muncul. Lagi nyantai di hammock, ane kaget karena tiba-tiba ada kera mendekat ke arah ane, seketika ane loncat dari hammock. Ini nih, penghuni Panderman mulai bermunculan, kera. Udah harus siaga kalau mereka muncul. Kera atau dalam basa jawa disebut bedes di Panderman ini emang beringas. Mereka agresif, mereka hobi nyuri makanan dari para pendaki. Dari yang kecil sampe yang gede sama aja, sama-sama suka maling logistik pendaki. Jadi emang harus dijaga baik-baik. Masukkin tenda biar aman.
Awalnya ane pikir kelakuan bedes-bedes ini sama aja, tapi pas ane perhatiin lagi ternyata beda. Ane bisa klasifikasikan sebagai berikut:
1. Bedes Dewasa: badannya gede, mereka cenderung kalem, nggak nyerang pendaki kecuali kalau mereka ngerasa diganggu. Cara mereka nyuri terkadang mengendap-endap alias diam-diam, meskipun ada juga yang membabi buta. Waktu itu ane lihat sih, ada bedes dewasa yang menyelinap ke samping tenda dan berhasil ngambil makanan tanpa ketahuan pemilik tendanya. Ada juga yang ngintip ke tenda dari atas pohon tanpa ketahuan, dan ekspresi mukanya itu kepo banget.
2. Bedes Remaja: badannya sedeng + kurus, yang ini masih labil keknya. Mereka suka teriak-teriak nggak jelas kalau di liatin. Mereka jarang mendekat ke arah pendaki. Maka dari itu mereka kalau nyari makanan lebih ke tempat yang nggak ada pendaki disekitarnya, atau mereka cari di sisa-sisa makanan pendaki.
3. Bedes Ibu Menyusui: badannya gede dan sambil bawa anaknya yang masih bayi. Kalau yang satu ini jarang keliatan turun nyari makanan dan bahkan di atas pohon aja pas ane liat.
4. Bedes Anak-anak: yang ini masih bocah, badannya juga kecil. Nggak bakal berani mendekat ke pendaki. Sama kek yang remaja, suka teriak-teriak nggak jelas gitu. Mereka palingan nyari makanan-makanan sisa. Selain itu kemarin ane liat, mereka pada berantem sama temennya sendiri.
Itu cuma berdasarkan pengamatan ane aja seputar kera-kera yang ada di puncak Panderman. Waktu pertama kali ane kesana, ane pernah liat kera berbulu putih kek hanoman gitu. Dan keliatannya dia itu Bosnya, soalnya waktu beberapa kera lagi makan nasi yang sengaja ane sebar, tiba-tiba mereka menyingkir semua begitu si kera berbulu putih mendekat. Tapi 5 pendakian selanjutnya ane nggak pernah liat lagi tuh monyet putih.
Setelah mengamati kera-kera itu, gerhana matahari terlihat di langit meskipun tertutupi kabut tipis. Bentuknya kayak bulan sabit.
Setelah puas menikmati pagi di Panderman, jam 10 kami turun meninggalkan puncak. Baru beberapa langkah ane melihat seekor kera lagi nungging, nggak tau deh ngapain. Sampe tiba-tiba ada seekor kera lainnya mendekat dan...... langsung lihat di spoiler bawah ini
Dokumentasi lain:
Sekian catper ane di Panderman, terima kasih
Silahkan mampir-mampir di blog ane kalau mau baca cerita ane lainnya, lihat di bio ane
Ane sendiri terhitung udah 6x ndaki ke Panderman sejak 2014 sampe sekarang. Kali ini ane mau ceritain pendakian terakhir kali kesana, yaitu tanggal 8-9 Maret 2016 lalu. Ane ndaki sama seorang teman yang udah sering banget kami ndaki bareng, panggil aja dia Idang.
Pendakian kala itu kami lakukan di malam hari. Udah 5x kesana membuat ane yakin kalau ane hapal jalan di Panderman, meskipun kami ndaki malem. Selain itu, sebelum-sebelumnya ane biasa ndaki malem juga. Waktu itu kami ndaki di hari selasa, dan besoknya hari Rabu itu hari libur tanggal merah, yang bertepatan juga sama gerhana matahari. Makanya saat kami tiba di parkiran udah banyak motor yang datang duluan sebelum kami. Tapi ane udah nggak heran, Panderman di hari libur emang selalu rame.
Kami mulai berjalan sekitar jam 9 malam. Mulai dari parkiran kami jalan dengan kecepatan penuh, sambil sesekali break ngambil nafas. Dari parkiran sampe sebelum pos Latar Ombo, kami nggak ketemu satu pendaki pun. Lantas ane jadi mikir ini pendaki-pendaki pasti udah pada gelar tenda di puncak. Btw, di puncak Panderman emang luas jadi bisa diriin tenda. Kalau bener gitu, kami watir takut nggak kebagian lapak buat diriin tenda. Tapi begitu tiba di Latar Ombo, ternyata justru disitu para pendaki ngecamp. Di Latar Ombo, kami istirahat sebentar.
15 menit kemudian, kami lanjut lagi. Kami nggak bisa ngebut kek sebelumnya, karena di depan kami ada rombongan pendaki sekitar 15 orang. Karena susah mau nyalip, akhirnya terpaksa kami membuntuti mereka di belakang sambil nyari-nyari kesempatan buat nyalip. Baru ketika di sebuah dataran yang cukup terbuka, kami bisa melanjutkan perjalanan tanpa membuntuti mereka. 15 menit dari situ kami sampe di puncak, sekitar jam 11.30 malam.
Benar seperti yang ane duga sebelumnya, di puncak kondisinya udah rame banget. Tenda udah berdiri di berbagai sudut. Setelah mencari-cari, kami dapat lapak juga meskipun tempatnya rada miring gitu. Abis itu, kami sempat ngopi-ngopi bentar sambil nyemil. Lalu karena udah lelah banget, ane tidur di balik hangatnya sleeping bag pinjaman.
Esoknya saat menjelang matahari terbit alias sunrise, ane lagi enak-enak tidur kebangun gara-gara suasana di luar tenda udah rame banget kek pasar. Para pendaki lagi berburu sunrise. Awalnya ane mau tidur aja, karena udah sering liat, tapi dipikir-pikir sayang juga kalau di lewatin. Pada akhirnya ane bikin timelapse dari matahari terbit. Sedangkan si Idang masih ngorok dalam tenda.
Spoiler for timelapse matahari terbit:
Setelah momen sunrise habis, kami leyeh-leyeh hammockan dulu nikmatin pagi di Panderman. Sekalian nunggu gerhana matahari muncul. Lagi nyantai di hammock, ane kaget karena tiba-tiba ada kera mendekat ke arah ane, seketika ane loncat dari hammock. Ini nih, penghuni Panderman mulai bermunculan, kera. Udah harus siaga kalau mereka muncul. Kera atau dalam basa jawa disebut bedes di Panderman ini emang beringas. Mereka agresif, mereka hobi nyuri makanan dari para pendaki. Dari yang kecil sampe yang gede sama aja, sama-sama suka maling logistik pendaki. Jadi emang harus dijaga baik-baik. Masukkin tenda biar aman.
Spoiler for hammockan:
Awalnya ane pikir kelakuan bedes-bedes ini sama aja, tapi pas ane perhatiin lagi ternyata beda. Ane bisa klasifikasikan sebagai berikut:
1. Bedes Dewasa: badannya gede, mereka cenderung kalem, nggak nyerang pendaki kecuali kalau mereka ngerasa diganggu. Cara mereka nyuri terkadang mengendap-endap alias diam-diam, meskipun ada juga yang membabi buta. Waktu itu ane lihat sih, ada bedes dewasa yang menyelinap ke samping tenda dan berhasil ngambil makanan tanpa ketahuan pemilik tendanya. Ada juga yang ngintip ke tenda dari atas pohon tanpa ketahuan, dan ekspresi mukanya itu kepo banget.
Spoiler for ngintip ke tenda:
Spoiler for gerilya:
2. Bedes Remaja: badannya sedeng + kurus, yang ini masih labil keknya. Mereka suka teriak-teriak nggak jelas kalau di liatin. Mereka jarang mendekat ke arah pendaki. Maka dari itu mereka kalau nyari makanan lebih ke tempat yang nggak ada pendaki disekitarnya, atau mereka cari di sisa-sisa makanan pendaki.
Spoiler for teriak nggak jelas:
3. Bedes Ibu Menyusui: badannya gede dan sambil bawa anaknya yang masih bayi. Kalau yang satu ini jarang keliatan turun nyari makanan dan bahkan di atas pohon aja pas ane liat.
4. Bedes Anak-anak: yang ini masih bocah, badannya juga kecil. Nggak bakal berani mendekat ke pendaki. Sama kek yang remaja, suka teriak-teriak nggak jelas gitu. Mereka palingan nyari makanan-makanan sisa. Selain itu kemarin ane liat, mereka pada berantem sama temennya sendiri.
Itu cuma berdasarkan pengamatan ane aja seputar kera-kera yang ada di puncak Panderman. Waktu pertama kali ane kesana, ane pernah liat kera berbulu putih kek hanoman gitu. Dan keliatannya dia itu Bosnya, soalnya waktu beberapa kera lagi makan nasi yang sengaja ane sebar, tiba-tiba mereka menyingkir semua begitu si kera berbulu putih mendekat. Tapi 5 pendakian selanjutnya ane nggak pernah liat lagi tuh monyet putih.
Spoiler for kera berbulu putih:
Setelah mengamati kera-kera itu, gerhana matahari terlihat di langit meskipun tertutupi kabut tipis. Bentuknya kayak bulan sabit.
Spoiler for gerhana matahari:
Setelah puas menikmati pagi di Panderman, jam 10 kami turun meninggalkan puncak. Baru beberapa langkah ane melihat seekor kera lagi nungging, nggak tau deh ngapain. Sampe tiba-tiba ada seekor kera lainnya mendekat dan...... langsung lihat di spoiler bawah ini
Spoiler for kelakuan kera:
Dokumentasi lain:
Spoiler for mie lagi mie lagi, anak kos:
Spoiler for ane, hehe:
Spoiler for Idang foto bareng bedes:
Spoiler for Arjuna di kejauhan:
Spoiler for Sunrise dan Mahameru:
Spoiler for bingkai pintu tenda:
Spoiler for banyak beud motor di parkiran:
Spoiler for mampir alun-alun Batu:
Sekian catper ane di Panderman, terima kasih

Silahkan mampir-mampir di blog ane kalau mau baca cerita ane lainnya, lihat di bio ane

0
3.3K
10


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan