Prolog

Sebuah quotes yang gue baca sesaat setelah jari ini menyentuh bubble chatyang muncul di tepi layar ponsel pintar jadul gue. Sebuah pesan yang akhirnya menjadi alasan gue untuk berhenti berharap bahwa kelak ia akan kembali. Tapi sepertinya, Tuhan punya rencana lain untuk gue. Sampai akhirnya gue harus berhadapan dengan berbagai pilihan yang semakin menjerumuskan gue dalam rasa sakit yang teramat dalam.

Oh ya, perkenalkan nama gue Daffa. Gue sebenarnya berasal dari provinsi di tengah pulau Jawa yang terkenal karena keistimewaannya. Tapi sekarang, gue merupakan siswa SMA favorit di sebuah kabupaten di ujung barat Jawa Timur yang terkenal karena pengeboran minyaknya. Gue bisa sampai disini gara-gara orang tua yang dipindahtugaskan ke kota kecil ini sewaktu gue ada di bangku TK, tapi semua berubah saat gue menginjak bangku SMA ini, orang tua gue kembali dipindahtugaskan ke ibukota Jawa Timur. Yang mengharuskan gue menjadi seorang anak rantau yang jauh dari orang tua.

Kalo biasanya anak rantau identik sama yang namanya kost, mungkin gue bisa dibilang antimainstream. Jadi anak rantau di rumah sendiri. Sepi? Pasti. Bayangin aja, tiap hari mesti ngurusin rumah yang sepinya mungkin bisa ditandingin sama kuburan. Dan yang paling parah, gue jomblo.

Singkat cerita, gue akhirnya mencoba untuk bertahan hidup disini sendiri, hingga akhirnya tuhan mengabulkan satu persatu permintaan dan harapan gue selama ini, yang mungkin tidak gue imbangi dengan rasa syukur yang cukup.