- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Marjin Keuntungan Blue Bird & Express Tertinggi di Asia Pasifik


TS
kosan34
Marjin Keuntungan Blue Bird & Express Tertinggi di Asia Pasifik
Marjin Keuntungan Blue Bird & Express Tertinggi di Asia Pasifik
Marjin laba operasional Blue Bird pada tahun 2014 mencapai 35%, sementara Express Transindo Utama 58%.

Bareksa.com- Ribuan pengemudi taksi dan juga angkutan umum lainnya pada Selasa kemarin, 22 Maret 2016, mengelar demonstrasi besar-besaran. Dalam unjuk rasa yang sudah berlangsung ketiga kalinya pada tahun ini, mereka kembali menuntut pemerintah melarang angkutan berbasis aplikasi online, seperti GrabCar dan Uber. Mereka dianggap memicu perang tarif yang tidak adil dan menyulitkan pengemudi taksi konvensional mendapat pelanggan.
Taksi konvensional selama ini diwajibkan memenuhi sejumlah persyaratan sebagaimana diatur dalam UU No. 22/2009 tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan (LLAJ), sebelum bisa mengaspal, di antaranya melakukan uji laik jalan, KIR, dan sebagainya. Sementara, taksi berbasis aplikasi online bisa melenggang dengan bebasnya. Hal ini dianggap tidak adil, serta memberatkan biaya operasional dan membuat taksi konvensional merugi.
Benarkah begitu? Analis Bareksa mencoba menyusuri datanya.
Berdasarkan data laporan keuangan PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI) kuartal III 2015, beban operasional paling besar yang ditanggung perusahaan adalah gaji dan tunjangan senilai Rp94 miliar, beban perbaikan dan pemeliharaan sebesar Rp56 miliar, serta bahan bakar minyak (BBM) sebesar Rp54 miliar. Adapun untuk uji KIR dan perizinan operasi, Express hanya perlu membayar Rp12,8 miliar pada 2014 untuk sekitar 11 ribu armada yang mereka miliki. Nilai tersebut hanya sebesar 2,6 persen dari total beban langsung yang ditanggung perseroan.
Hal yang sama juga terjadi pada PT Blue Bird Tbk (BIRD), di mana gaji dan tunjungan pengemudi mencapai Rp1,19 triliun, BBM Rp839 miliar, dan pemeliharaan Rp164 miliar. Untuk uji KIR, perusahaan hanya mengeluarkan dana Rp42 miliar untuk sekitar 25 ribu armada mereka, atau hanya 1,5 persen dari total beban langsung yang ditanggung perseroan.
Yang lebih menarik lagi, perusahaan taksi konvensional di Indonesia ternyata mampu menyisihkan keuntungan operasional yang cukup besar, yakni 30-50 persen dari total pendapatan. Nilai tersebut cukup tinggi dibandingkan perusahaan sejenis di kawasan Asia Pasifik. Marjin laba operasional Blue Bird pada 2014 mencapai 35 persen, sementara Express 58 persen. Nilai tersebut berada di atas marjin laba kotor rata-rata perusahaan taksi di kawasan Asia Pasifik yang berada kisaran 29 persen.
Grafik: EBITDA Majin Perusahaan Taksi Asia-Pasifik

Sumber: Perusahaan, diolah Bareksa
Comfortdelgro Corp Ltd yang beroperasi di Singapura dengan merek Comfort Taxi hanya membukukan marjin laba usaha sebelum penyusutan sebesar 20 persen. Sementara Daiichi Koutsu Sangyo Co. Ltd. asal Jepang hanya 12 persen. Bahkan, marjin Blue Bird hanya mampu disaingi oleh perusahaan taksi yang beroperasi di Australia, yakni Cabcharge Australia Ltd., sebesar 36 persen.
******************************************
KOMENG ANE : Mungkin karena margin taksinya yang terlalu gede bray
Profit segede gaban tapi nun jauh disanaaaaaa....salah satu pionir dibawah masih harus double job
Marjin laba operasional Blue Bird pada tahun 2014 mencapai 35%, sementara Express Transindo Utama 58%.

Bareksa.com- Ribuan pengemudi taksi dan juga angkutan umum lainnya pada Selasa kemarin, 22 Maret 2016, mengelar demonstrasi besar-besaran. Dalam unjuk rasa yang sudah berlangsung ketiga kalinya pada tahun ini, mereka kembali menuntut pemerintah melarang angkutan berbasis aplikasi online, seperti GrabCar dan Uber. Mereka dianggap memicu perang tarif yang tidak adil dan menyulitkan pengemudi taksi konvensional mendapat pelanggan.
Taksi konvensional selama ini diwajibkan memenuhi sejumlah persyaratan sebagaimana diatur dalam UU No. 22/2009 tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan (LLAJ), sebelum bisa mengaspal, di antaranya melakukan uji laik jalan, KIR, dan sebagainya. Sementara, taksi berbasis aplikasi online bisa melenggang dengan bebasnya. Hal ini dianggap tidak adil, serta memberatkan biaya operasional dan membuat taksi konvensional merugi.
Benarkah begitu? Analis Bareksa mencoba menyusuri datanya.
Berdasarkan data laporan keuangan PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI) kuartal III 2015, beban operasional paling besar yang ditanggung perusahaan adalah gaji dan tunjangan senilai Rp94 miliar, beban perbaikan dan pemeliharaan sebesar Rp56 miliar, serta bahan bakar minyak (BBM) sebesar Rp54 miliar. Adapun untuk uji KIR dan perizinan operasi, Express hanya perlu membayar Rp12,8 miliar pada 2014 untuk sekitar 11 ribu armada yang mereka miliki. Nilai tersebut hanya sebesar 2,6 persen dari total beban langsung yang ditanggung perseroan.
Hal yang sama juga terjadi pada PT Blue Bird Tbk (BIRD), di mana gaji dan tunjungan pengemudi mencapai Rp1,19 triliun, BBM Rp839 miliar, dan pemeliharaan Rp164 miliar. Untuk uji KIR, perusahaan hanya mengeluarkan dana Rp42 miliar untuk sekitar 25 ribu armada mereka, atau hanya 1,5 persen dari total beban langsung yang ditanggung perseroan.
Yang lebih menarik lagi, perusahaan taksi konvensional di Indonesia ternyata mampu menyisihkan keuntungan operasional yang cukup besar, yakni 30-50 persen dari total pendapatan. Nilai tersebut cukup tinggi dibandingkan perusahaan sejenis di kawasan Asia Pasifik. Marjin laba operasional Blue Bird pada 2014 mencapai 35 persen, sementara Express 58 persen. Nilai tersebut berada di atas marjin laba kotor rata-rata perusahaan taksi di kawasan Asia Pasifik yang berada kisaran 29 persen.
Grafik: EBITDA Majin Perusahaan Taksi Asia-Pasifik

Sumber: Perusahaan, diolah Bareksa
Comfortdelgro Corp Ltd yang beroperasi di Singapura dengan merek Comfort Taxi hanya membukukan marjin laba usaha sebelum penyusutan sebesar 20 persen. Sementara Daiichi Koutsu Sangyo Co. Ltd. asal Jepang hanya 12 persen. Bahkan, marjin Blue Bird hanya mampu disaingi oleh perusahaan taksi yang beroperasi di Australia, yakni Cabcharge Australia Ltd., sebesar 36 persen.
******************************************
KOMENG ANE : Mungkin karena margin taksinya yang terlalu gede bray

UPDATE
Profit segede gaban tapi nun jauh disanaaaaaa....salah satu pionir dibawah masih harus double job

GOBIRD
Spoiler for GO-BIRD:
Diubah oleh kosan34 24-03-2016 17:18
0
6.1K
49


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan