- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
pria makin terang terangan saling peluk


TS
massez
pria makin terang terangan saling peluk
Jakarta, CNN Indonesia -- Tidak banyak ayah yang memeluk putranya. Dalam artikelnya yang dimuat di laman The Guardian (2/11), penulis Ed Cumming mengakui hal ini. Meskipun demikian, tidak lantas membuahkan kenangan pahit masa kecil. Ada kalanya keluarga memang tidak menerapkan tradisi berpelukan, namun bersalaman kaku layaknya personel militer.
Makin hari, perkara berpelukan antar pria makin terang-terangan. Bahkan ada app Cuddlr yang memudahkan orang memeluk siapa pun yang berada satu area. Lihat saja, para atlet yang spontan memeluk rekan segrup kala berlaga di lapangan hijau. Begitu pun para politisi, tak terkecuali Barack Obama, yang saking kerap memeluk dijuluki Cuddler-in-Chief.
Presiden AS Barack Obama tak ragu mengekspresikan keakraban, termasuk memeluk, sampai-sampai dijuluki Cuddler-in-Chief. (Getty Images/Mitchell Layton) John Crace dari laman The Guardian menyatakan opininya. “Agaknya ini kebiasaan baru para politisi. Di pertemuan partai, para pria tampak nyaman memeluk sesama pria, daripada memeluk istrinya,” kata Crace seraya menyebut sejumlah nama politisi Inggris. “Para politisi perempuan malah tidak pernah saling berpelukan.”
Menurut Eric Anderson dari Universitas Winchester, tradisi berpelukan antar pria sudah dimulai sejak lama. “Kita semua kan, mamalia, yang punya kebutuhan memeluk,” kata profesor dan penulis buku 21st Century Jocks yang dikenal sebagai pakar maskulinitas, seksualitas dan olahraga.
Sekitar abad ke-20, pria biasa berbagi tempat tidur yang sama. Sebagaimana kebiasaan mantan Presiden AS Abraham Lincoln dan sahabatnya, Joshua Speed, selama delapan tahun. “Kalau sekarang, orang bakal mengira mereka gay.” Kemudian merebak kasus Aids yang membuat banyak orang menentang aksi kaum feminis, gay, dan lesbian.
“Para pria normal enggan saling berpelukan karena enggan dituduh gay,” Anderson menambahkan. “Lihat saja Tom Cruise yang berulang kali mengaku normal, dan orang tak begitu saja memercayainya. Orang telanjur menilai pria sebagaimana digambarkan film hyper-macho, hyper-homophobic, seperti Rambo atau Terminator.”
Lalu, muncul stigma homoseksual, disusul homophobia. Semula ditanggapi kaku, lalu akhir-akhir ini sikap orang mulai melunak. “Bila menolak pelukan dari seseorang yang Anda kenal—bukan orang asing—biasanya orang malah bertanya-tanya ada apa gerangan. Ini sebenarnya perkara sikap saja,” kata Anderson.
Dalam salah satu eksperimen yang dilakukan pada 1953, psychologist Harry Harlow menempatkan bayi kera bersama dua boneka yang menyerupai induk kera. Yang satu dibungkus kain lembut, dan satunya lagi tidak. Ternyata si bayi kera lebih memilih “induk” yang dibungkus kain meskipun di sekitarnya tidak ada makanan.
Hal ini membuktikan, makhluk hidup membutuhkan afeksi dalam bentuk kontak fisik. Sekalipun ada keluarga yang tidak biasa saling peluk, menurut Ed, ini perkara generasi saja. Pria seangkatan ayahnya memang tidak biasa memeluk orang terdekat. Kalangan masa kini, metro seksual, melakukannya karena mereka modern.
Riset terbaru Anderson menyatakan 93 persen atlet pria muda heteroseksual tak hanya saling berpelukan, bahkan lebih intim lagi. Menurut Crace, tradisi berpelukan antar pria kadung menyebar. Meskipun begitu, agaknya generasi kini tidak bisa sembarangan tos dan memeluk generasi lawas seangkatan kakeknya. Tata krama tetap harus dijunjung tinggi.
Makin hari, perkara berpelukan antar pria makin terang-terangan. Bahkan ada app Cuddlr yang memudahkan orang memeluk siapa pun yang berada satu area. Lihat saja, para atlet yang spontan memeluk rekan segrup kala berlaga di lapangan hijau. Begitu pun para politisi, tak terkecuali Barack Obama, yang saking kerap memeluk dijuluki Cuddler-in-Chief.
Presiden AS Barack Obama tak ragu mengekspresikan keakraban, termasuk memeluk, sampai-sampai dijuluki Cuddler-in-Chief. (Getty Images/Mitchell Layton) John Crace dari laman The Guardian menyatakan opininya. “Agaknya ini kebiasaan baru para politisi. Di pertemuan partai, para pria tampak nyaman memeluk sesama pria, daripada memeluk istrinya,” kata Crace seraya menyebut sejumlah nama politisi Inggris. “Para politisi perempuan malah tidak pernah saling berpelukan.”
Menurut Eric Anderson dari Universitas Winchester, tradisi berpelukan antar pria sudah dimulai sejak lama. “Kita semua kan, mamalia, yang punya kebutuhan memeluk,” kata profesor dan penulis buku 21st Century Jocks yang dikenal sebagai pakar maskulinitas, seksualitas dan olahraga.
Sekitar abad ke-20, pria biasa berbagi tempat tidur yang sama. Sebagaimana kebiasaan mantan Presiden AS Abraham Lincoln dan sahabatnya, Joshua Speed, selama delapan tahun. “Kalau sekarang, orang bakal mengira mereka gay.” Kemudian merebak kasus Aids yang membuat banyak orang menentang aksi kaum feminis, gay, dan lesbian.
“Para pria normal enggan saling berpelukan karena enggan dituduh gay,” Anderson menambahkan. “Lihat saja Tom Cruise yang berulang kali mengaku normal, dan orang tak begitu saja memercayainya. Orang telanjur menilai pria sebagaimana digambarkan film hyper-macho, hyper-homophobic, seperti Rambo atau Terminator.”
Lalu, muncul stigma homoseksual, disusul homophobia. Semula ditanggapi kaku, lalu akhir-akhir ini sikap orang mulai melunak. “Bila menolak pelukan dari seseorang yang Anda kenal—bukan orang asing—biasanya orang malah bertanya-tanya ada apa gerangan. Ini sebenarnya perkara sikap saja,” kata Anderson.
Dalam salah satu eksperimen yang dilakukan pada 1953, psychologist Harry Harlow menempatkan bayi kera bersama dua boneka yang menyerupai induk kera. Yang satu dibungkus kain lembut, dan satunya lagi tidak. Ternyata si bayi kera lebih memilih “induk” yang dibungkus kain meskipun di sekitarnya tidak ada makanan.
Hal ini membuktikan, makhluk hidup membutuhkan afeksi dalam bentuk kontak fisik. Sekalipun ada keluarga yang tidak biasa saling peluk, menurut Ed, ini perkara generasi saja. Pria seangkatan ayahnya memang tidak biasa memeluk orang terdekat. Kalangan masa kini, metro seksual, melakukannya karena mereka modern.
Riset terbaru Anderson menyatakan 93 persen atlet pria muda heteroseksual tak hanya saling berpelukan, bahkan lebih intim lagi. Menurut Crace, tradisi berpelukan antar pria kadung menyebar. Meskipun begitu, agaknya generasi kini tidak bisa sembarangan tos dan memeluk generasi lawas seangkatan kakeknya. Tata krama tetap harus dijunjung tinggi.
0
2.3K
24


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan