- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Dulu sakitnya tuh disini tau? Megawati tak mau ikut Campur Masalah SBY & Jokowi


TS
budimansia
Dulu sakitnya tuh disini tau? Megawati tak mau ikut Campur Masalah SBY & Jokowi
[CENTER].jpg)
Megawati
Megawati tak mau ikut Campur Masalah SBY dan Jokowi
SENIN, 21 MARET 2016 , 03:15:00 WIB
RMOL. PDI Perjuangan menganggap kunjungan Presiden Joko Widodo ke lokasi pembangunan Sport Center, Hambalang, Jawa Barat, bukan merupakan bentuk saling serang dengan pendahulunya, Susilo Bambang Yudhoyono.
Sekretaris Jenderal PDIP, Hasto Kristyanto beranggapan bahwa kunjungan tersebut merupakan salah satu perhatian Jokowi terhadap suatu kebijakan yang perlu diperbaiki.
"Sebuah perhatian dari Pak Jokowi untuk melanjutkan apa kebijakan selanjutnya mana yang tidak baik, mana yang baik dilanjutkan yang kurang baik itu juga dicoba diselesaikan jadi dengan kedatangan Pak Jokowi itu bukan bagian dari serang menyerang," terangnya dalam acara pengukuhan pengurus ranting PDIP di Grogol, Jakarta Barat, Minggu (20/3).
Hasto juga menilai, Jokowi berupaya untuk mewujudkan sebuah politik yang santun. "Datang dan kemudian menyatakan bahwa apapun persoalan saat itu harus kita selesaikan sebagai tanggung jawab pemimpin saat ini," bebernya.
Hasto mengutip pernyataan yang pernah disampaikan oleh SBY, yakni di dalam pembangunan demokrasi yang sehat, sebaiknya diantara presiden terlebih kepada presiden yang sudah tidak menjabat lagi untuk tidak saling melontarkan hal-hal yang kiranya tidak diperlukan.
"Ya seharusnya yang disampaikan itu adalah hal-hal untuk membangun bangsa dan negara," kenang dia.
Soal bagaimana reaksi Ketum PDIP, Megawati Soekarnoputri akan hal tersebut, Hasto menjawab diplomatis.
"Ya hal-hal seperti itu dia tidak ikut campur tangan," pungkasnya
http://www.rmol.co/read/2016/03/21/2...BY-dan-Jokowi-
Benarkah Megawati Sakit Hati Pada SBY?
Ahad, 19 Januari 2014, 21:49 WIB

Susilo Bambang Yudhoyono dan Megawati Soekarnoputri
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dewan Pimpinan Pusat Partai (DPP) Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) memastikan Megawati Soekarno Putri tidak pernah merasa sakit hati kepada SBY yang mengalahkannya pada Pilrpes 2004 dan 2009. Sebaliknya, Megawati justru merasa legawa dengan kekalahannya maju di Pilpres 2004 dan 2009.
"Beliau (Megawati) menerima kekalahan itu dengan legawa," kata Ketua DPP PDIP, Rochmin Dahuri ketika dihubungi ROL, Ahad (18/1).
Rochmin menyatakan sikap legawa Megawati misalnya terlihat dari penolakan bersikap anarkis. Padahal saat itu, kata Rochmin, banyak massa pendukung Megawati yang tidak terima dengan kemenangan SBY karena menilai syarat kecurangan.
Megawati, imbuh Rochmin, juga tidak mengambil langkah hukum atas kekalahan yang dialaminya dua kali berturut-turut. "Kalau tidak menerima kekalahan, Megawati tidak akan melarang rakyat atau PDIP bersikap anarkis," ujarnya.
Sikap 'dingin' yang ditunjukan Megawati kepada SBY ternyata lebih dimaksudkan sebagai bentuk pembelajaran kepada publik. Rochmin menjelaskan, selama ini Megawati banyak tidak sependapat dengan kebijakan-kebijakan SBY.
Dalam konteks itu Megawati ingin menunjukan kepada publik bahwa politik yang sehat bukanlah politik yang berpura-pura. "Megawati tidak suka bergunjing di belakang tapi kalau bertemu peluk-pelukan. Itu sama saja membodohi rakyat," katanya.
Sebelumnya dalam buku terbarunya 'Selalu Ada Pilihan' SBY menyebut ada pihak yang tidak terima dengan kemenangannya di Pilpres 2004. Meskipun SBY tidak spesifik menyebut pihak itu adalah Megawati, namun banyak kalangan mengganggap apa yang ditulis SBY ditujukan kepada Megawati. "Susah untuk dimungkiri pernyataan itu tidak dialamatkan untuk ketua umum kami," ujar Rochmin.
http://www.republika.co.id/berita/na...-hati-pada-sby
Perang Kritik SBY Vs Jokowi Diprediksi Terus Berlanjut, Dimulai dari sidak kasus Hambalang.
Minggu, 20 Maret 2016 | 11:46 WIB

SBY dan Jokowi
VIVA.co.id – Saling kritik antara Presiden RI Joko Widodo dengan Mantan Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), dinilai akan terus berlanjut. Tidak berhenti pada persoalan mega proyek Hambalang saja.
Mantan anak buah SBY di Demokrat, Gede Pasek Suardika, mengaku yakin akan ada kejutan yang diberikan Jokowi.
Kasus Hambalang yang disidak pada Jumat 18 Maret lalu, dinilai sebagai awal perang kritik.
"Pastinya akan begitu (saling kritik). Karena Pilpres akan ada satu pemenangnya," kata Pasek, kepada VIVA.co.id, Minggu 20 Maret 2016.
Pasek mencontohkan, kasus reklamasi di Teluk Benoa Bali. Menurutnya, Jokowi bisa kembali memperlihatkan kritiknya ke SBY dengan mencabut Peraturan Presiden atau Perpres Reklamasi Benoa.
"Kalau mau telaah sebenarnya keduanya bisa lanjut ke 'Tour de Bali'. Di mana di sini bisa jadi Padang Kurusetra kedua bagi keduanya," katanya.
Lanjut Pasek, dimana di akhir periode Presiden SBY mengeluarkan Perpres Nomor 51 tahun 2014 untuk memuluskan reklamasi Teluk Benoa. Reklamasi sendiri mendapat penolakan dari masyarakat adat.
"Dan Jokowi sekarang sebenarnya tinggal mencabut saja. Maka SBY akan kalah telak lagi," kata anggota Dewan Perwakilan Daerah itu.
Walau Pasek masih ragu Presiden Jokowi akan mencabut, namun dia yakin Jokowi akan melakukan hal seperti di Hambalang di berbagai provinsi.
"Dan begitu seterusnya. Tiap provinsi akan saling sahut menyahut dengan menarik cerdas dan menghibur," katanya.
Di sisi SBY, Pasek yakin tidak akan diam. Dia merasa yakin, Ketua Umum DPP Demokrat itu juga sedang menyiapkan diri. "Permainan masih berlanjut. Akan ada serangan balik lagi dari SBY," katanya.
http://nasional.news.viva.co.id/news...erus-berlanjut
Apa Kata Megawati Soal Hubungannya dengan SBY?
KAMIS, 23 JANUARI 2014 | 06:26 WIB

Calon Presiden 2009-2014, Susilo Bambang Yudhoyono dan Megawati Soekarno Putri bersalaman sebelum pengundian nomor urut Pilpres, di Komisi Pemilihan Umum, Jakarta, (30/5). Foto : TEMPO/Imam Sukamto
TEMPO.CO, Jakarta -Sudah lama jadi berita, hubungan Megawati Soekarno Putri dengan Susilo Bambang Yudhoyono renggang. Pekan lalu, melalui bukunya “Selalu Ada Pilihan” yang diluncurkan Jumat 17 Januari 2014, SBY menceritakan versi lain akibat hubungan tak sehatnya dengan Megawati, Presiden kelima yang juga mantan bosnya.(baca:Curhat SBY Soal Hubungannya dengan Mega)
Namun Ketua Umum PDI Perjuangan itu memilih bercerita saat menjawab pertanyaan di Mata Najwa, Rabu 22 Januari 2014 malam. Najwa, si pemilik acara itu menanyakan kebenaran versi yang beredar, Megawati jengkel kepada SBY yang diam-diam menjdi pesaingnya sebagai kontestan Pemilu Presiden.
Padahal seharusnya, SBY meminta izin kepada Megawati sebagai Presiden. Bahkan dikabarkan, Mega sampai menanyakan itu sampai tiga kali. “Sebenarnya tidak persis seperti itu,” kata Mega.
Menurut Mega, awalnya adalah surat dari KPU yang menanyakan apakah ada menteri anggota Kabinet Gotong Royong akan berlaga dalam Pemilu Presiden 2004. Jika ada, maka mereka diminta segera mengurus izin jadwal cuti untuk keperluan kampanye kelak kepada Presiden RI.
Mega akhirnya mengelar rapat kabinet. Ini karena ia tahu, banyak menteri atau bahkan wakil presidennya sendiri adalah ketua umum partai. Mereka, berpeluang menjadi calon presiden.
Dalam rapat kabinet itu,Mega bertanya pertama kepada wakilnya, Hamzah Haz yang juga Ketua Umum PPP. Hamzah menjawab, tidak ada penugasan dari partainya agar dia mencapreskan diri.
Pertanyaan serupa juga ditanyakan Mega kepada Yusril Ihza Mahendra. Menteri Hukum dan HAM di kabinet Mega itu, adalah ketua umum PBB. Pertanyaan serupa juga disampaikan Mega kepada Yudhoyono yang waktu itu Menko Polkam.
Waktu itu, kata Mega, dia sedang permisi ke toilet. Ia meminta Hamzah Haz yang menanyakan itu kepada Yudhoyono.”Saya bilang ke Pak Hamzah meneruskan,” kata Mega.
Ketika Mega kembali, Hamzah Haz melaporkan sudah selesai semua. “Jadi saya bilang ya sudah," kata Mega.
Menurut Hamzah Haz, seperti diceritakan Mega, wakil presidennya itu bertanya, apakah betul bapak (SBY) bukan sebagai Ketua Umum Partai Demokrat, tapi juga akan ikut berkampanye karena sudah mendirikan partai?”
Namun kepada Hamzah Haz, Mega mengatakan, SBY hanya mengatakan, itu kan dari media. “. Nah itulah yang dikatakan beliau (SBY)itu semua berita dari media," papar Mega.
Jadi, menurut Mega, ia berkesimpulan kalau SBY tak memberi jawaban pasti.” Saya bilang ke Pak Hamzah terimakasih. Itulah yang saya sampaikan ke KPU. Itulah cerita sebenarnya," ujarnya. Tak lama setelah itu, Yudhoyono mendeklarasikan pencalonannya sebagai Presiden.
http://m.tempo.co/read/news/2014/01/...nya-dengan-SBY
Ini yang Bikin SBY Sakit Hati kepada Megawati
Senin, 20 Januari 2014 - 13:00 wib

Susilo Bambang Yudhoyono dan Megawati
JAKARTA - Pada saat pelantikan Megawati sebagai Presiden RI menggantikan Gus Dur yang diberhentikan oleh MPR melalui sidang istimewa di tahun 2001 lalu, ternyata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memendam rasa sakit hati dan sedih karena ia ditolak oleh Mega untuk mendampinginya sebagai wakil presiden.
SBY mengungkapkan rasa sakit hatinya tersebut melalui buku yang ia tulis sendiri dengan judul Selalu Ada Pilihan.
"Saya yang berada di luar pemerintahan, atas dukungan banyak kalangan dan sejumlah fraksi di MPR ikut mengajukan diri sebagai calon wakil presiden. Saya berani maju karena polling yang dilakukan oleh berbagai lembaga survei menunjukan dukungan rakyat untuk saya tinggi," tulis SBY seperti dikutip Okezone dalam bukunya, Senin (20/1/2014).
Namun saat itu, Hamzah Haz yang merupakan ketua umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) terpilih menjadi wakil presiden mendampingi Megawati. Ia pun sakit hati dan bersedih atas keputusan tersebut.
"Yang ingin saya ceritakan di sini adalah apa yang saya rasakan dan lakukan setelah saya kalah dalam pemilihan wakil presiden saat itu. Menyangkut perasaan, tentu saya sakit hari dan sedih. Omong kosong kalau ada yang mengatakan kalah dalam pemilihan presiden atau wakil presiden itu biasa saja tidak ada sedihnya," kata SBY.
Kendati demikian, SBY enggan berlarut-larut meratapi kesedihannya itu. Ia pun bisa mengontrol emosi dan menyimpulkan kekalahannya itu.
"Tetapi bagi saya kesedihan itu tidak berlangsung lama. Karena dengan penalaran yang saya lakukan, saya bisa mengontrol emosi saya. Saya menyimpulkan bahwa saya kalah, ya karena saya salah. Saya sendiri yang salah memahami apa arti sistem pemilihan yang tidak langsung," ungkapnya.
Saat itu SBY berpikir akan menang karena dukungan rakyat yang begitu tinggi. Namun ia lupa bahwa saat itu yang memilih seorang calon wakil presiden hanyalah 700 orang anggota MPR. Bukan ratusan juta rakyat Indonesia. SBY pun telah bisa menerima kekalahannya sebagai wakil presiden dan mengajak pendukung dan konstituennya untuk mendukung wakil presiden terpilih.
"Saya mengajak para pendukung dan konstituen saya untuk mendukung wakil presiden terpilih, agar beliau berhasil dalam mengemban tugas-tugasnya," tutup SBY.
http://news.okezone.com/read/2014/01...epada-megawati
Sakit Hati Megawati pada SBY dan Dampaknya pada Jokowi
Rabu, 29 Oct 2014 - 00:37

Megawati dn Jokowi dan Puan
Keinginan SBY untuk bertemu dengan Mega semakin menguat seperti yang disampaikan Juru Bicara DPP Partai Demokrat Ruhut Sitompul, tetapi lagi-lagi harus terganjal oleh sikap keras Mega yang menolak bertemu langsung dengan SBY. Menurut Ruhut, SBY akan menolak jika pertemuannya dengan Mega diwakili oleh orang lain sebab menurut dia akan terjadi cara komunikasi yang tidak akan berjalan efektif. Pada ujungnya dapat mengecewakan SBY itu sendiri.
“Pak SBY tidak ingin kehadiran Bu Megawati diwakili. Yang dikirim JK (wakil presiden terpilih Jusuf Kalla) dan SP (Surya Paloh, Ketua Umum Partai Nasdem). Inginnya bertemu langsung (Megawati) supaya lebih tulus,” kata Ruhut, di Kompleks Gedung Parlemen, Jakarta, Kamis (kompas. 2/10/2014).
Sikap Mega yang keras dan berwatak pendendam yang menyebabkan komunikasi politik dengan SBY berjalan panas. Dari sikap keras dan pendendam menjadikan prilaku Mega cenderung menutup diri dan abai terhadap keinginan SBY untuk bertemu sejak lama. Jadi jangan disalahkan SBY jika dalam beberapa terakhir ini paska pilpres ini PDIP babak belur karena kurang dukungan partai. Partai Demokrat adalah satu-satunya partai yang lebih memungkinkan bergabung dengan PDIP, tapi karena sikap ketua umum PDIP yang keras dan belum juga move on paska kekalahan dua kali pilpres 2004 dan 2009, menjadikan Partai Demokrat mbalelo keinginan PDIP.
Sikap Mega yang keras dan belum move on terbaca dengan baik oleh KMP, sehingga dimanfaatkan untuk meng-KO PDIP dan koalisinya 3 kali di parlemen. Pertama, diloloskannya UU MD3, kemudian berhasilnya UU Pilkada lewat DPRD, dan kemenangan terakhir KMP, yakni; dikuasainya jabatan dari ketua umum hingga wakil ketua umum oleh KMP. PDIP tinggal gigit jari meski jadi pemenang pilpres. Kekalahan-kekalahan tersebut tidak dapat dilepaskan dari sikap keras Mega.
Seandainya sikap Mega rada lunak, mau menerima ajakan damai dari SBY, mungkin kekalahan-kekalahan tersebut tak mungkin menjadi. Peran SBY begitu vital. Dia dapat menjadi the king maker tidak hanya untuk partainya tetapi kemungkinan partai-partai lainnya, kecuali PKS dan Gerindra untuk ikut bergabung dengan Tim Indonesia Hebat dibawah asuhan PDIP. Tetapi the king maker tidak dimanfaatkan oleh Mega, malah cenderung meneruskan hawa napsunya untuk bermusuhan mengakibatkan menjadi sosok the troubles maker. Ya kalau sudah jadi troubles maker, SBY dan Partai demokratnya dengan segala cara melumpuhkan kehendak Mega dan PDIP dan koalisinya.
SBY sebenarnya sadar karena tingkah laku dirinya menyebabkan PDIP mengalami keterpurukan di parlemen yang berimbas buruk pada kepresidenan, dimana Jokowi, kader PDIP sebagai presiden. Maka dari itu kegaduhan politik harus sesegera mungkin dihentikan. Tetapi masih ada benang kusut yang harus disambung kemabali, yakni kesedian Mega untuk legowo menerima permintaan SBY untuk bertemu.
“Sudah sejak lama saya sebenarnya ingin bertemu beliau (Megawati). Sudah sejak 10 tahun lalu atau beberapa bulan terakhir ini, atau setelah kemarin kemelut politik yang relatif keras, tapi memang Tuhan belum mengizinkan” ujar SBY, seusai mengadakan pertemuan dengan beberapa menteri dan elite politik di JCC, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (kompas. 1/10/2014).
Jika Mega masih berkeras hati mempertahankan watak dendam, hal tersebut akan mengancam Jokowi sebagai presiden. Kekuatan dan dukungan Jokowi di parlemen akan melemah, akibatnya program-program Jokowi yang pro rakyat sedikitnya tidak akan berjalan mulus, karena sudah barang tentu dapat ganjalan keras dari KMP. Selain itu sedikit celah Jokowi salah akan mengalami ancaman impeachment. Maka dari itu sebelum terlambat, Sebaiknya Mega merapatkan bibir, lalu pelan sedikit-sedikit tersenyum pada saat SBY menyalaminya. Mangga Atuh Mega, tong gede hulu.
http://www.konfrontasi.com/content/o...ya-pada-jokowi
Instruksi ke Kader Demokrat:
Kritik Kebijakan Jokowi Kalau Tak Pro-Rakyat
KAMIS, 13 NOVEMBER 2014 , 19:22:00 WIB

SBY
RMOL. Ketua Umum DPP Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyampaikan beberapa arahan ketika mengadakan pertemuan bersama anggota Fraksi Partai Demokrat di kediamannya di Cikeas, Bogor, Rabu malam.
Demikian disampaikan anggota Fraksi Demokrat Umar Arsal kepada wartawan di Gedung DPR, Kamis (13/11).
"Berbagai hal disampaikan oleh Pak SBY dari perkembangan politik di DPR, Pemerintah, dan internal Partai Demokrat. Tentunya arahan tersebut sebagai acuan kita selaku kader bagaimana melaksanakan apa yang disampaikan Pak SBY. Diantaranya bagaimana mengawal program-program pemerintah Jokowi-JK yang pro terhadap rakyat," ungkap Umar Arsal.
Namun kata Umar, bila program pemerintahan Jokowi-JK tidak pro rakyat, SBY berpesan agar kader berada di garda terdepan untuk mengkritisinya.
"Demokrat akan dukung kebijakan pemerintah Jokowi. Tapi dengan syarat program-progran harus pro terhadap rakyat. Bilamana tidak pro terhadap rakyat, tidak sungkan-sungkan untuk mengkritisinya," tegas Ketua Departemen Divisi Tanggap Darurat DPP Partai Demokrat.
Dirinya berkeyakinan apa yang disampaikan SBY tidak hanya kepentingan untuk internal partai, melainkan untuk kebaikan rakyat Indonesia.
"Pak SBY tetap berpikir bagaimana pemikirannya untuk orang banyak, khususnya bangsa Indonesia. Karena itu beliau juga prihatin dengan kegaduhan yang terjadi diparlemen saat ini. Dan pesan Pak SBY kader yang diparlemen tetap fokus berkerja sebagaimana fungsinya sebagai anggota DPR," kata anggota DPR RI yang duduk kembali di Komisi V ini.
Lanjut Umar, bahwa pesan SBY para kader demokrat di parlemen harus mensupport program pemerintah Jokowi-JK. Disisi lain pemerintah tidak usah khawatir dengan adanya pemikiran untuk menjatuhkan presiden ditengah jalan. Justru sebaliknya SBY meminta kepada kadernya mendukung pemerintahan Jokowi-JK.
"Kita sebagai kader diminta mensupport program pemerintah Jokowi yang pro terhadap rakyat. Tentunya kita diwajibkan untuk mendukungnya," demikian Umar Arsal
http://www.rmol.co/read/2014/11/13/1...ak-Pro-Rakyat-
------------------------------
Bener kata bini gua, dendam seorang wanita yang pernah disakiti hatinya, bisa dibawanya sampai mati ...

.jpg)
Megawati
Megawati tak mau ikut Campur Masalah SBY dan Jokowi
SENIN, 21 MARET 2016 , 03:15:00 WIB
RMOL. PDI Perjuangan menganggap kunjungan Presiden Joko Widodo ke lokasi pembangunan Sport Center, Hambalang, Jawa Barat, bukan merupakan bentuk saling serang dengan pendahulunya, Susilo Bambang Yudhoyono.
Sekretaris Jenderal PDIP, Hasto Kristyanto beranggapan bahwa kunjungan tersebut merupakan salah satu perhatian Jokowi terhadap suatu kebijakan yang perlu diperbaiki.
"Sebuah perhatian dari Pak Jokowi untuk melanjutkan apa kebijakan selanjutnya mana yang tidak baik, mana yang baik dilanjutkan yang kurang baik itu juga dicoba diselesaikan jadi dengan kedatangan Pak Jokowi itu bukan bagian dari serang menyerang," terangnya dalam acara pengukuhan pengurus ranting PDIP di Grogol, Jakarta Barat, Minggu (20/3).
Hasto juga menilai, Jokowi berupaya untuk mewujudkan sebuah politik yang santun. "Datang dan kemudian menyatakan bahwa apapun persoalan saat itu harus kita selesaikan sebagai tanggung jawab pemimpin saat ini," bebernya.
Hasto mengutip pernyataan yang pernah disampaikan oleh SBY, yakni di dalam pembangunan demokrasi yang sehat, sebaiknya diantara presiden terlebih kepada presiden yang sudah tidak menjabat lagi untuk tidak saling melontarkan hal-hal yang kiranya tidak diperlukan.
"Ya seharusnya yang disampaikan itu adalah hal-hal untuk membangun bangsa dan negara," kenang dia.
Soal bagaimana reaksi Ketum PDIP, Megawati Soekarnoputri akan hal tersebut, Hasto menjawab diplomatis.
"Ya hal-hal seperti itu dia tidak ikut campur tangan," pungkasnya
http://www.rmol.co/read/2016/03/21/2...BY-dan-Jokowi-
Benarkah Megawati Sakit Hati Pada SBY?
Ahad, 19 Januari 2014, 21:49 WIB

Susilo Bambang Yudhoyono dan Megawati Soekarnoputri
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dewan Pimpinan Pusat Partai (DPP) Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) memastikan Megawati Soekarno Putri tidak pernah merasa sakit hati kepada SBY yang mengalahkannya pada Pilrpes 2004 dan 2009. Sebaliknya, Megawati justru merasa legawa dengan kekalahannya maju di Pilpres 2004 dan 2009.
"Beliau (Megawati) menerima kekalahan itu dengan legawa," kata Ketua DPP PDIP, Rochmin Dahuri ketika dihubungi ROL, Ahad (18/1).
Rochmin menyatakan sikap legawa Megawati misalnya terlihat dari penolakan bersikap anarkis. Padahal saat itu, kata Rochmin, banyak massa pendukung Megawati yang tidak terima dengan kemenangan SBY karena menilai syarat kecurangan.
Megawati, imbuh Rochmin, juga tidak mengambil langkah hukum atas kekalahan yang dialaminya dua kali berturut-turut. "Kalau tidak menerima kekalahan, Megawati tidak akan melarang rakyat atau PDIP bersikap anarkis," ujarnya.
Sikap 'dingin' yang ditunjukan Megawati kepada SBY ternyata lebih dimaksudkan sebagai bentuk pembelajaran kepada publik. Rochmin menjelaskan, selama ini Megawati banyak tidak sependapat dengan kebijakan-kebijakan SBY.
Dalam konteks itu Megawati ingin menunjukan kepada publik bahwa politik yang sehat bukanlah politik yang berpura-pura. "Megawati tidak suka bergunjing di belakang tapi kalau bertemu peluk-pelukan. Itu sama saja membodohi rakyat," katanya.
Sebelumnya dalam buku terbarunya 'Selalu Ada Pilihan' SBY menyebut ada pihak yang tidak terima dengan kemenangannya di Pilpres 2004. Meskipun SBY tidak spesifik menyebut pihak itu adalah Megawati, namun banyak kalangan mengganggap apa yang ditulis SBY ditujukan kepada Megawati. "Susah untuk dimungkiri pernyataan itu tidak dialamatkan untuk ketua umum kami," ujar Rochmin.
http://www.republika.co.id/berita/na...-hati-pada-sby
Perang Kritik SBY Vs Jokowi Diprediksi Terus Berlanjut, Dimulai dari sidak kasus Hambalang.
Minggu, 20 Maret 2016 | 11:46 WIB

SBY dan Jokowi
VIVA.co.id – Saling kritik antara Presiden RI Joko Widodo dengan Mantan Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), dinilai akan terus berlanjut. Tidak berhenti pada persoalan mega proyek Hambalang saja.
Mantan anak buah SBY di Demokrat, Gede Pasek Suardika, mengaku yakin akan ada kejutan yang diberikan Jokowi.
Kasus Hambalang yang disidak pada Jumat 18 Maret lalu, dinilai sebagai awal perang kritik.
"Pastinya akan begitu (saling kritik). Karena Pilpres akan ada satu pemenangnya," kata Pasek, kepada VIVA.co.id, Minggu 20 Maret 2016.
Pasek mencontohkan, kasus reklamasi di Teluk Benoa Bali. Menurutnya, Jokowi bisa kembali memperlihatkan kritiknya ke SBY dengan mencabut Peraturan Presiden atau Perpres Reklamasi Benoa.
"Kalau mau telaah sebenarnya keduanya bisa lanjut ke 'Tour de Bali'. Di mana di sini bisa jadi Padang Kurusetra kedua bagi keduanya," katanya.
Lanjut Pasek, dimana di akhir periode Presiden SBY mengeluarkan Perpres Nomor 51 tahun 2014 untuk memuluskan reklamasi Teluk Benoa. Reklamasi sendiri mendapat penolakan dari masyarakat adat.
"Dan Jokowi sekarang sebenarnya tinggal mencabut saja. Maka SBY akan kalah telak lagi," kata anggota Dewan Perwakilan Daerah itu.
Walau Pasek masih ragu Presiden Jokowi akan mencabut, namun dia yakin Jokowi akan melakukan hal seperti di Hambalang di berbagai provinsi.
"Dan begitu seterusnya. Tiap provinsi akan saling sahut menyahut dengan menarik cerdas dan menghibur," katanya.
Di sisi SBY, Pasek yakin tidak akan diam. Dia merasa yakin, Ketua Umum DPP Demokrat itu juga sedang menyiapkan diri. "Permainan masih berlanjut. Akan ada serangan balik lagi dari SBY," katanya.
http://nasional.news.viva.co.id/news...erus-berlanjut
Apa Kata Megawati Soal Hubungannya dengan SBY?
KAMIS, 23 JANUARI 2014 | 06:26 WIB

Calon Presiden 2009-2014, Susilo Bambang Yudhoyono dan Megawati Soekarno Putri bersalaman sebelum pengundian nomor urut Pilpres, di Komisi Pemilihan Umum, Jakarta, (30/5). Foto : TEMPO/Imam Sukamto
TEMPO.CO, Jakarta -Sudah lama jadi berita, hubungan Megawati Soekarno Putri dengan Susilo Bambang Yudhoyono renggang. Pekan lalu, melalui bukunya “Selalu Ada Pilihan” yang diluncurkan Jumat 17 Januari 2014, SBY menceritakan versi lain akibat hubungan tak sehatnya dengan Megawati, Presiden kelima yang juga mantan bosnya.(baca:Curhat SBY Soal Hubungannya dengan Mega)
Namun Ketua Umum PDI Perjuangan itu memilih bercerita saat menjawab pertanyaan di Mata Najwa, Rabu 22 Januari 2014 malam. Najwa, si pemilik acara itu menanyakan kebenaran versi yang beredar, Megawati jengkel kepada SBY yang diam-diam menjdi pesaingnya sebagai kontestan Pemilu Presiden.
Padahal seharusnya, SBY meminta izin kepada Megawati sebagai Presiden. Bahkan dikabarkan, Mega sampai menanyakan itu sampai tiga kali. “Sebenarnya tidak persis seperti itu,” kata Mega.
Menurut Mega, awalnya adalah surat dari KPU yang menanyakan apakah ada menteri anggota Kabinet Gotong Royong akan berlaga dalam Pemilu Presiden 2004. Jika ada, maka mereka diminta segera mengurus izin jadwal cuti untuk keperluan kampanye kelak kepada Presiden RI.
Mega akhirnya mengelar rapat kabinet. Ini karena ia tahu, banyak menteri atau bahkan wakil presidennya sendiri adalah ketua umum partai. Mereka, berpeluang menjadi calon presiden.
Dalam rapat kabinet itu,Mega bertanya pertama kepada wakilnya, Hamzah Haz yang juga Ketua Umum PPP. Hamzah menjawab, tidak ada penugasan dari partainya agar dia mencapreskan diri.
Pertanyaan serupa juga ditanyakan Mega kepada Yusril Ihza Mahendra. Menteri Hukum dan HAM di kabinet Mega itu, adalah ketua umum PBB. Pertanyaan serupa juga disampaikan Mega kepada Yudhoyono yang waktu itu Menko Polkam.
Waktu itu, kata Mega, dia sedang permisi ke toilet. Ia meminta Hamzah Haz yang menanyakan itu kepada Yudhoyono.”Saya bilang ke Pak Hamzah meneruskan,” kata Mega.
Ketika Mega kembali, Hamzah Haz melaporkan sudah selesai semua. “Jadi saya bilang ya sudah," kata Mega.
Menurut Hamzah Haz, seperti diceritakan Mega, wakil presidennya itu bertanya, apakah betul bapak (SBY) bukan sebagai Ketua Umum Partai Demokrat, tapi juga akan ikut berkampanye karena sudah mendirikan partai?”
Namun kepada Hamzah Haz, Mega mengatakan, SBY hanya mengatakan, itu kan dari media. “. Nah itulah yang dikatakan beliau (SBY)itu semua berita dari media," papar Mega.
Jadi, menurut Mega, ia berkesimpulan kalau SBY tak memberi jawaban pasti.” Saya bilang ke Pak Hamzah terimakasih. Itulah yang saya sampaikan ke KPU. Itulah cerita sebenarnya," ujarnya. Tak lama setelah itu, Yudhoyono mendeklarasikan pencalonannya sebagai Presiden.
http://m.tempo.co/read/news/2014/01/...nya-dengan-SBY
Ini yang Bikin SBY Sakit Hati kepada Megawati
Senin, 20 Januari 2014 - 13:00 wib

Susilo Bambang Yudhoyono dan Megawati
JAKARTA - Pada saat pelantikan Megawati sebagai Presiden RI menggantikan Gus Dur yang diberhentikan oleh MPR melalui sidang istimewa di tahun 2001 lalu, ternyata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memendam rasa sakit hati dan sedih karena ia ditolak oleh Mega untuk mendampinginya sebagai wakil presiden.
SBY mengungkapkan rasa sakit hatinya tersebut melalui buku yang ia tulis sendiri dengan judul Selalu Ada Pilihan.
"Saya yang berada di luar pemerintahan, atas dukungan banyak kalangan dan sejumlah fraksi di MPR ikut mengajukan diri sebagai calon wakil presiden. Saya berani maju karena polling yang dilakukan oleh berbagai lembaga survei menunjukan dukungan rakyat untuk saya tinggi," tulis SBY seperti dikutip Okezone dalam bukunya, Senin (20/1/2014).
Namun saat itu, Hamzah Haz yang merupakan ketua umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) terpilih menjadi wakil presiden mendampingi Megawati. Ia pun sakit hati dan bersedih atas keputusan tersebut.
"Yang ingin saya ceritakan di sini adalah apa yang saya rasakan dan lakukan setelah saya kalah dalam pemilihan wakil presiden saat itu. Menyangkut perasaan, tentu saya sakit hari dan sedih. Omong kosong kalau ada yang mengatakan kalah dalam pemilihan presiden atau wakil presiden itu biasa saja tidak ada sedihnya," kata SBY.
Kendati demikian, SBY enggan berlarut-larut meratapi kesedihannya itu. Ia pun bisa mengontrol emosi dan menyimpulkan kekalahannya itu.
"Tetapi bagi saya kesedihan itu tidak berlangsung lama. Karena dengan penalaran yang saya lakukan, saya bisa mengontrol emosi saya. Saya menyimpulkan bahwa saya kalah, ya karena saya salah. Saya sendiri yang salah memahami apa arti sistem pemilihan yang tidak langsung," ungkapnya.
Saat itu SBY berpikir akan menang karena dukungan rakyat yang begitu tinggi. Namun ia lupa bahwa saat itu yang memilih seorang calon wakil presiden hanyalah 700 orang anggota MPR. Bukan ratusan juta rakyat Indonesia. SBY pun telah bisa menerima kekalahannya sebagai wakil presiden dan mengajak pendukung dan konstituennya untuk mendukung wakil presiden terpilih.
"Saya mengajak para pendukung dan konstituen saya untuk mendukung wakil presiden terpilih, agar beliau berhasil dalam mengemban tugas-tugasnya," tutup SBY.
http://news.okezone.com/read/2014/01...epada-megawati
Sakit Hati Megawati pada SBY dan Dampaknya pada Jokowi
Rabu, 29 Oct 2014 - 00:37

Megawati dn Jokowi dan Puan
Keinginan SBY untuk bertemu dengan Mega semakin menguat seperti yang disampaikan Juru Bicara DPP Partai Demokrat Ruhut Sitompul, tetapi lagi-lagi harus terganjal oleh sikap keras Mega yang menolak bertemu langsung dengan SBY. Menurut Ruhut, SBY akan menolak jika pertemuannya dengan Mega diwakili oleh orang lain sebab menurut dia akan terjadi cara komunikasi yang tidak akan berjalan efektif. Pada ujungnya dapat mengecewakan SBY itu sendiri.
“Pak SBY tidak ingin kehadiran Bu Megawati diwakili. Yang dikirim JK (wakil presiden terpilih Jusuf Kalla) dan SP (Surya Paloh, Ketua Umum Partai Nasdem). Inginnya bertemu langsung (Megawati) supaya lebih tulus,” kata Ruhut, di Kompleks Gedung Parlemen, Jakarta, Kamis (kompas. 2/10/2014).
Sikap Mega yang keras dan berwatak pendendam yang menyebabkan komunikasi politik dengan SBY berjalan panas. Dari sikap keras dan pendendam menjadikan prilaku Mega cenderung menutup diri dan abai terhadap keinginan SBY untuk bertemu sejak lama. Jadi jangan disalahkan SBY jika dalam beberapa terakhir ini paska pilpres ini PDIP babak belur karena kurang dukungan partai. Partai Demokrat adalah satu-satunya partai yang lebih memungkinkan bergabung dengan PDIP, tapi karena sikap ketua umum PDIP yang keras dan belum juga move on paska kekalahan dua kali pilpres 2004 dan 2009, menjadikan Partai Demokrat mbalelo keinginan PDIP.
Sikap Mega yang keras dan belum move on terbaca dengan baik oleh KMP, sehingga dimanfaatkan untuk meng-KO PDIP dan koalisinya 3 kali di parlemen. Pertama, diloloskannya UU MD3, kemudian berhasilnya UU Pilkada lewat DPRD, dan kemenangan terakhir KMP, yakni; dikuasainya jabatan dari ketua umum hingga wakil ketua umum oleh KMP. PDIP tinggal gigit jari meski jadi pemenang pilpres. Kekalahan-kekalahan tersebut tidak dapat dilepaskan dari sikap keras Mega.
Seandainya sikap Mega rada lunak, mau menerima ajakan damai dari SBY, mungkin kekalahan-kekalahan tersebut tak mungkin menjadi. Peran SBY begitu vital. Dia dapat menjadi the king maker tidak hanya untuk partainya tetapi kemungkinan partai-partai lainnya, kecuali PKS dan Gerindra untuk ikut bergabung dengan Tim Indonesia Hebat dibawah asuhan PDIP. Tetapi the king maker tidak dimanfaatkan oleh Mega, malah cenderung meneruskan hawa napsunya untuk bermusuhan mengakibatkan menjadi sosok the troubles maker. Ya kalau sudah jadi troubles maker, SBY dan Partai demokratnya dengan segala cara melumpuhkan kehendak Mega dan PDIP dan koalisinya.
SBY sebenarnya sadar karena tingkah laku dirinya menyebabkan PDIP mengalami keterpurukan di parlemen yang berimbas buruk pada kepresidenan, dimana Jokowi, kader PDIP sebagai presiden. Maka dari itu kegaduhan politik harus sesegera mungkin dihentikan. Tetapi masih ada benang kusut yang harus disambung kemabali, yakni kesedian Mega untuk legowo menerima permintaan SBY untuk bertemu.
“Sudah sejak lama saya sebenarnya ingin bertemu beliau (Megawati). Sudah sejak 10 tahun lalu atau beberapa bulan terakhir ini, atau setelah kemarin kemelut politik yang relatif keras, tapi memang Tuhan belum mengizinkan” ujar SBY, seusai mengadakan pertemuan dengan beberapa menteri dan elite politik di JCC, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (kompas. 1/10/2014).
Jika Mega masih berkeras hati mempertahankan watak dendam, hal tersebut akan mengancam Jokowi sebagai presiden. Kekuatan dan dukungan Jokowi di parlemen akan melemah, akibatnya program-program Jokowi yang pro rakyat sedikitnya tidak akan berjalan mulus, karena sudah barang tentu dapat ganjalan keras dari KMP. Selain itu sedikit celah Jokowi salah akan mengalami ancaman impeachment. Maka dari itu sebelum terlambat, Sebaiknya Mega merapatkan bibir, lalu pelan sedikit-sedikit tersenyum pada saat SBY menyalaminya. Mangga Atuh Mega, tong gede hulu.
http://www.konfrontasi.com/content/o...ya-pada-jokowi
Instruksi ke Kader Demokrat:
Kritik Kebijakan Jokowi Kalau Tak Pro-Rakyat
KAMIS, 13 NOVEMBER 2014 , 19:22:00 WIB

SBY
RMOL. Ketua Umum DPP Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyampaikan beberapa arahan ketika mengadakan pertemuan bersama anggota Fraksi Partai Demokrat di kediamannya di Cikeas, Bogor, Rabu malam.
Demikian disampaikan anggota Fraksi Demokrat Umar Arsal kepada wartawan di Gedung DPR, Kamis (13/11).
"Berbagai hal disampaikan oleh Pak SBY dari perkembangan politik di DPR, Pemerintah, dan internal Partai Demokrat. Tentunya arahan tersebut sebagai acuan kita selaku kader bagaimana melaksanakan apa yang disampaikan Pak SBY. Diantaranya bagaimana mengawal program-program pemerintah Jokowi-JK yang pro terhadap rakyat," ungkap Umar Arsal.
Namun kata Umar, bila program pemerintahan Jokowi-JK tidak pro rakyat, SBY berpesan agar kader berada di garda terdepan untuk mengkritisinya.
"Demokrat akan dukung kebijakan pemerintah Jokowi. Tapi dengan syarat program-progran harus pro terhadap rakyat. Bilamana tidak pro terhadap rakyat, tidak sungkan-sungkan untuk mengkritisinya," tegas Ketua Departemen Divisi Tanggap Darurat DPP Partai Demokrat.
Dirinya berkeyakinan apa yang disampaikan SBY tidak hanya kepentingan untuk internal partai, melainkan untuk kebaikan rakyat Indonesia.
"Pak SBY tetap berpikir bagaimana pemikirannya untuk orang banyak, khususnya bangsa Indonesia. Karena itu beliau juga prihatin dengan kegaduhan yang terjadi diparlemen saat ini. Dan pesan Pak SBY kader yang diparlemen tetap fokus berkerja sebagaimana fungsinya sebagai anggota DPR," kata anggota DPR RI yang duduk kembali di Komisi V ini.
Lanjut Umar, bahwa pesan SBY para kader demokrat di parlemen harus mensupport program pemerintah Jokowi-JK. Disisi lain pemerintah tidak usah khawatir dengan adanya pemikiran untuk menjatuhkan presiden ditengah jalan. Justru sebaliknya SBY meminta kepada kadernya mendukung pemerintahan Jokowi-JK.
"Kita sebagai kader diminta mensupport program pemerintah Jokowi yang pro terhadap rakyat. Tentunya kita diwajibkan untuk mendukungnya," demikian Umar Arsal
http://www.rmol.co/read/2014/11/13/1...ak-Pro-Rakyat-
------------------------------
Bener kata bini gua, dendam seorang wanita yang pernah disakiti hatinya, bisa dibawanya sampai mati ...

Diubah oleh budimansia 21-03-2016 08:39


tien212700 memberi reputasi
1
3.2K
18


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan