Ada yang berbeda dengan pelaksanaan Earth Hour 2016 di Indonesia. Jika sebelumnya program kampanye mematikan listrik selama sejam tersebut diselenggarakan di Jakarta, tahun ini lokasi perayaannya dipindahkan ke Taman Aksobya yang berada di lingkungan Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah

Perayaannya yang jatuh pada Sabtu, 19 Maret 2016. Tidak hanya Borobudur, Candi Prambanan juga akan kebagian hype-nya Earth Hour. Menurut penyelenggara acara, keduanya dipilih karena dapat mewakili ikon budaya Indonesia dan telah dikenal sebagai destinasi favorit turis. 2016 akan menjadi tahun ke-8 pelaksanaan Earth Hour. Aktivitas tanpa listrik selama 60 menit ini merupakan salah satu kampanye global yang berhasil ini. Terlihat dari jumlah negara yang berpartisipasi saat kali pertama digelar sejumlah 35 negara, hingga 2015 lalu mencapai 172 dari 193 negara yang terdaftar di PBB. Dari angka tersebut dapat dipastikan jutaan orang ikut ambil bagian dalam penyelematan Bumi.

Namun, menurut ahli, merayakan Earth Hour dengan mengalihkan daya listrik ke sumber penerangan lain dapat memperparah lingkungan. Terlebih lilin yang terbuat dari sisa fosil yang ternyata menyumbang berpuluh kali lebih banyak emisi gas karbon. Jika diperhatikan, setidaknya masyarakat menyalakan 2 lilin sebagai sumber pencahanyaan.

Selain itu, mengoperasionalkan kembali pembangkit listrik batu bara yang dimatikan saat Earth Hour juga makin memperburuknya. Ini disebabkan karena pembangkit listrik butuh tenaga lebih banyak untuk kembali menyeimbangkan kebutuhan masyarakat atas listrik di waktu sesaat setelah Earth Hour. Artinya ada emisi dari pembangkit listrik dapat semakin mencemari atmosfir bumi.