JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Blue Bird Group Adrianto Djokosoetono menegaskan perusahaann taksinya sama sekali tak takut bersaing dengan transportasi berbasis aplikasi lainnya seperti Uber dan GrabCar. Namun, ia meminta persaingan dilakukan secara sehat.

"Buat kita di Blue Bird, aturannya diperjelas lagi. Aturannya ada, kita ikutin. Karena kalau Blue Bird, sanggup juga kok. Aplikasi kami ada, saingan sama siapa pun bisa," kata Adrianto kepada Kompas.com, Jakarta, Senin (14/3/2016).

Adrianto menyambut baik permintaan dari Menteri Perhubungan Ignasius Jonan kepada Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara untuk memblokir aplikasi GrabCar dan Uber. Artinya keluhan dari dirinya didengar oleh Jonan.

"Kami selalu berusaha mengikuti aturan itu tidak percuma," sambung Adrianto.

Blue Bird sendiri memiliki aplikasi untuk memesan layanan taksinya. Namun, ia tak memiliki niat sekali pun memanfaatkan aplikasinya untuk pelayanan ilegal, seperti Uber atau GrabCar.

"Kita juga punya aplikasi, dan aplikasi kami juga bisa dibelokkan ke yang lain, tapi kan kita enggak melakukan itu," kata Adrianto.

Ketua DPP Organda ini hanya berpikir aplikasi digunakan sebagai alat tambahan bagi pengguna jasa transportasi Blue Bird. (Baca: Dalam Suratnya, Jonan Nilai Uber Taxi dan Grab Car Bisa Timbulkan Keresahan)

"Padahal buat kita ada online boleh, gak ada juga boleh. Tapi game-nya apa. Asal jelas. Jangan di satu pihak kita bayar pajak, melakukan perizinan, kita KIR, yang lain enggak. Eh bisa-bisa aja dia bilang murah," kata Adrianto.

Sebelumnya, Jonan mengusulkan pemblokiran aplikasi pemesanan angkutan melalui Uber dan GrabCar kepada Rudiantara. Rekomendasi itu tertuang dalam surat bernomor AJ 206/1/1 PHB 2016.

"Kami mohon kiranya Menkominfo dapat mendukung langkah pemblokiran situs milik Uber Asia Limited dan melarang beroperasi di bidang penawaran jasa pelayanan transportasi," kata Jonan dalam surat rekomendasinya, Senin.
http://megapolitan.kompas.com/read/2....Siapapun.Bisa