Jakarta, Kutu di rambut kemaluan tidak selangka yang dibayangkan. Seorang ilmuwan di Australia menyebut 1-2 persen populasi terinfeksi oleh organisme penyebab gatal-gatal dan ruam kulit tersebut.

"Ini berarti sekitar 75.000 orang yang menggunakan Tinder (sejenis aplikasi kencan) mempunyai kutu rambut kemaluan," kata Cameron Webb, ilmuwan yang juga dosen klinis di University of Sydney, seperti dikutip dari The Conversation, Minggu (13/3/2016).

Kutu rambut kemaluan atau Phthirus pubis pernah dianggap sebagai salah satu infekLutuna Nampaknyasi seksual paling menular. Namun belakangan ini, kutu yang juga disebut 'crabs' tersebut jarang disebut dalam jurnal ilmiah kesehatan.

Menurut Dr Webb, hal ini mungkin disebabkan oleh kurangnya dampak serius yang diakibatkannya. Kemungkinan lain, internet membuat orang banyak mendiagnosis sendiri gatal-gatal yang dialaminya dibandingkan datang ke dokter untuk periksa. Akibatnya, kasusnya jarang terlaporkan.

Dr Webb menyebut kutu rambut kemaluan telah hidup berdampingan bersama manusia selama 10.000 tahun. Tidak mudah untuk menyingkirkan parasit tersebut, bahkan perkembangan sanitasi di era Kekaisaran Romwawi tidak membuat kutu tersebut punah dari peradaban.

Bagaimana dengan kebiasaan waxing maupun mencukur rambut kemaluan, akankah mengurangi populasi kutu kemaluan?

"Tren menghilangkan rambut kemaluan sering dikaitkan dengan hilangnya habitat kutu rambut kemaluan, namun tidak ada data yang mendukung hipotesis bahwa kutu tersebut akan mengalami kepunahan," kata Dr Webb.

detik

Original Posted By dims_doc►Jadi inget cerita dari sejawat dokter mata...
Pasien cewe muda dateng karena mata gatal2 dan merah2 ga sembuh2...
Setelah diperiksa ternyata nemu ada kutu nempel di mata..dokternya heran.. kenapa kutu bisa nempel di mata?
Ternyata usut punya usut ketika ditanya pekerjaannya ngakunya cewe itu adalah PSK...
Jadi waktu lakuin oral ke cowok yg punya phtirus pubis ini, kutunya loncat nemplok di mata