- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Subhanallah, Dulu Saya Ngumpet di Kolong, Sekarang Bebas Nonton Gerhana


TS
jackal15
Subhanallah, Dulu Saya Ngumpet di Kolong, Sekarang Bebas Nonton Gerhana
TRIBUNMANADO.CO.ID - Mangku, seorang pria yang tinggal di Mapanget, Manado mengaku bersyukur dan merinding bisa merasakan gerhana matahari meski hanya sebagian.
Dia juga memanjatkan zikir atas anugerah Allah yang diberikan kepadanya karena diberi kesempatan menyaksikan gerhana matahari, Rabu (9/3/2016).
Padahal dulu, pada 11 Juni 1983, saat dia masih kecil dan tinggal di Yogyakarta, dia harus ngumpet di kolong tempat tidur karena dilarang pemerintah desa keluar rumah akibat dikabarkan cahaya mataharinya menyebabkan buta.
"Subhanallah... dulu saya ngumpet di kolong, sekarang bebas menonton," katanya.
Seperti diwartakan sebelumnya, gerhana matahari total yang akan 'menyapa' sebagian daerah di Indonesia pada 9 Maret 2016 nanti menjadi kenangan tersendiri bagi warga Gunungkidul, DI Yogyakarta.
Sebab, menurut seorang warga di sana, gerhana matahari total itu pernah terjadi pada 11 Juni 1983.
Saat itu, warga yang tinggal di Yogyakarta, Semarang, Surabaya dan sekitarnya bisa merasakan hidup di fenomena alam itu.
Namun, saat itu tidak sebebas sekarang dalam menikmatinya. Sebab, saat itu yang kental nuansa Orde Baru, warga diminta oleh pemerintah desa tidak keluar rumah.
"Semua warga saat GMT (gerhana matahari total) tidak boleh keluar. Harus tinggal di dalam rumah. Bahkan masuk ke dalam kamar gelap. Katanya, kalau keluar melihat gerhana, akan mengalami kebutaan," ungkap seorang warga mengenang masa lalunya itu.
Memang, mitos gerhana matahari total menyebabkan kebutaan sempat dipercaya warga.
Namun, saat itu tidak sebebas sekarang dalam menikmatinya. Sebab, saat itu yang kental nuansa Orde Baru, warga diminta oleh pemerintah desa tidak keluar rumah.
"Semua warga saat GMT (gerhana matahari total) tidak boleh keluar. Harus tinggal di dalam rumah. Bahkan masuk ke dalam kamar gelap. Katanya, kalau keluar melihat gerhana, akan mengalami kebutaan," ungkap seorang warga mengenang masa lalunya itu.
Memang, mitos gerhana matahari total menyebabkan kebutaan sempat dipercaya warga.
Namun kini, seiring dengan keterbukaan informasi, justru orang-orang berbondong- bondong ingin melihat gerhana matahri total.
Bahkan pesawat menuju Ternate, salah satu tempat yang menjadi pilihan untuk bisa menyaksikan gerhana matahari total, sudah sold out. Hotel-hotel pun sudah penuh.
Ini karena memang menyaksikan gerhana matahari total itu tidak menyebabkan kebutaan . Hanya yang perlu diingat, sebaiknya tidak menatap matahari secara langsung.
Bisa menikmati pantulan itu menggunakan kamera atau kacamata khusus yang kini dijual bebas. (rbt)
-------
Berkat informasi yg bebas Dan sumbangsih dari para negara2 yg Di katakan tapir alhamdulilah gerhana bisa Di liat langsung.... Terima kasih tapir
Dia juga memanjatkan zikir atas anugerah Allah yang diberikan kepadanya karena diberi kesempatan menyaksikan gerhana matahari, Rabu (9/3/2016).
Padahal dulu, pada 11 Juni 1983, saat dia masih kecil dan tinggal di Yogyakarta, dia harus ngumpet di kolong tempat tidur karena dilarang pemerintah desa keluar rumah akibat dikabarkan cahaya mataharinya menyebabkan buta.
"Subhanallah... dulu saya ngumpet di kolong, sekarang bebas menonton," katanya.
Seperti diwartakan sebelumnya, gerhana matahari total yang akan 'menyapa' sebagian daerah di Indonesia pada 9 Maret 2016 nanti menjadi kenangan tersendiri bagi warga Gunungkidul, DI Yogyakarta.
Sebab, menurut seorang warga di sana, gerhana matahari total itu pernah terjadi pada 11 Juni 1983.
Saat itu, warga yang tinggal di Yogyakarta, Semarang, Surabaya dan sekitarnya bisa merasakan hidup di fenomena alam itu.
Namun, saat itu tidak sebebas sekarang dalam menikmatinya. Sebab, saat itu yang kental nuansa Orde Baru, warga diminta oleh pemerintah desa tidak keluar rumah.
"Semua warga saat GMT (gerhana matahari total) tidak boleh keluar. Harus tinggal di dalam rumah. Bahkan masuk ke dalam kamar gelap. Katanya, kalau keluar melihat gerhana, akan mengalami kebutaan," ungkap seorang warga mengenang masa lalunya itu.
Memang, mitos gerhana matahari total menyebabkan kebutaan sempat dipercaya warga.
Namun, saat itu tidak sebebas sekarang dalam menikmatinya. Sebab, saat itu yang kental nuansa Orde Baru, warga diminta oleh pemerintah desa tidak keluar rumah.
"Semua warga saat GMT (gerhana matahari total) tidak boleh keluar. Harus tinggal di dalam rumah. Bahkan masuk ke dalam kamar gelap. Katanya, kalau keluar melihat gerhana, akan mengalami kebutaan," ungkap seorang warga mengenang masa lalunya itu.
Memang, mitos gerhana matahari total menyebabkan kebutaan sempat dipercaya warga.
Namun kini, seiring dengan keterbukaan informasi, justru orang-orang berbondong- bondong ingin melihat gerhana matahri total.
Bahkan pesawat menuju Ternate, salah satu tempat yang menjadi pilihan untuk bisa menyaksikan gerhana matahari total, sudah sold out. Hotel-hotel pun sudah penuh.
Ini karena memang menyaksikan gerhana matahari total itu tidak menyebabkan kebutaan . Hanya yang perlu diingat, sebaiknya tidak menatap matahari secara langsung.
Bisa menikmati pantulan itu menggunakan kamera atau kacamata khusus yang kini dijual bebas. (rbt)
-------
Berkat informasi yg bebas Dan sumbangsih dari para negara2 yg Di katakan tapir alhamdulilah gerhana bisa Di liat langsung.... Terima kasih tapir
Diubah oleh jackal15 09-03-2016 11:26
0
2.6K
32


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan