- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
"Saya Malu kalau Tetangga Tahu Kami Belum Berangkat Umrah"


TS
pukibebulu
"Saya Malu kalau Tetangga Tahu Kami Belum Berangkat Umrah"



Quote:
Original Posted By pukibebulu

SURABAYA, KOMPAS.com- Keberangkatan sebanyak 111 jemaah umrah tertunda. Mereka pun mengaku malu jika benar-benar gagal berangkat ke tanah suci. Pasalnya, semua jemaah itu telah terlanjur syukuran bersama warga kampung kalau mau ibadah umrah ke tanah suci.
Bahkan saat rombongan meninggalkan kampung juga disaksikan warga. "Saya malau kalau (tetangga) tahu bahwa kami belum berangkat. Saya sudah sembelih dua kambing untuk aqiqah dan syukuran," kata Darsiyem, warga Desa Magersari, Kecamatan Plumpang, Tuban.
Hampir semua jemaah memilih mematikan HP mereka agar tidak bisa dihubungi keluarga. Mereka sudah terlanjur membayangkan bisa beribadah umrah, naik pesawat, dan pulang juga disambut keluarga.
Salah satunya, Mbah Kasmini (70) asal Jatirogo, Kabupaten Tuban. "Saya membayar Rp 28 juta untuk bisa berangkat. Saya daftar tiga bulan lalu. Banyak tetangga yang mau ikut. Katanya juga pernah umrah melalui Pak Nur Khozin. Kami ya percaya. Mudah-mudahan benar-benar bisa berangkat," ucap Kasmini pasrah.
Sambil terus memegangi tas koper pemberian biro travel, sesekali dia menatap tajam fotonya yang terpampang di pembungkus tas koper itu.
Tertulis di pembungkus koper yang sama, perempuan ini sebagai jemaah umrah dari biro travel, Aya Sofya Jakarta.
================================
-Menabung 10 tahun
Berbeda dengan jemaah lainnya yang bisa saling ngobrol dengan keluarga atau pasangannya. Mbah Kasmini hanya sendiri.
Meski sudah sepuh tapi ia masih kuat. Perempuan ini sehari-hari berjualan kue ulat (kue dari tapioka yang rasanya kenyal khas kampung. Biasanya warna merah) di pasar.
Satu porsi hanya seribu perak. Belakangan dia menjualnya Rp 2.000. Hasilnya dikumpulkan sedikit demi sedikit.
"Nek sepuluh tahun nggih langkung kulo sadean uler-uleran sing kenyil-kenyil niku. Kadang sedinten angsal Rp 20.000. Sing sepalih damel maem, sing sepaleh kulo simpen (Kalau sepuluh tahun sih lebih saya berjualan kue ulat yang kenyal-kenyal. Kadang sehari dapat Rp 20.000. Yang separuh untuk makan, sisanya saya tabung)," ucap Mbah Kasmini polos, saat ditemui.
Dia tak bisa bahasa Indonesia. Dia mengaku sudah lebih dari sepuluh tahun jualan kue di pasar kampung. Hasilnya sebagian buat makan, sebagian disimpan.
Karena naik haji lama dan lebih mahal, ibadah umrah adalah pilihan yang paling masuk akal.
Tak terasa, hasil mengumpulkan uang belasan tahun itu cukup untuk beribadah umrah ke Tanah Suci. Uang pun disetorkan.
Dia pun senang karena enam bulan lalu berhasil mendaftar melalui biro travel. Dia ikut warga kampung yang juga banyak mendaftar ikut umrah.
Namun, tak menyangka bahwa impian perjalanan ke tanah suci terhenti di hotel dekat Bandara Juanda. Dia hanya tahu keberangkatannya ditunda.

SURABAYA, KOMPAS.com- Keberangkatan sebanyak 111 jemaah umrah tertunda. Mereka pun mengaku malu jika benar-benar gagal berangkat ke tanah suci. Pasalnya, semua jemaah itu telah terlanjur syukuran bersama warga kampung kalau mau ibadah umrah ke tanah suci.
Bahkan saat rombongan meninggalkan kampung juga disaksikan warga. "Saya malau kalau (tetangga) tahu bahwa kami belum berangkat. Saya sudah sembelih dua kambing untuk aqiqah dan syukuran," kata Darsiyem, warga Desa Magersari, Kecamatan Plumpang, Tuban.
Hampir semua jemaah memilih mematikan HP mereka agar tidak bisa dihubungi keluarga. Mereka sudah terlanjur membayangkan bisa beribadah umrah, naik pesawat, dan pulang juga disambut keluarga.
Salah satunya, Mbah Kasmini (70) asal Jatirogo, Kabupaten Tuban. "Saya membayar Rp 28 juta untuk bisa berangkat. Saya daftar tiga bulan lalu. Banyak tetangga yang mau ikut. Katanya juga pernah umrah melalui Pak Nur Khozin. Kami ya percaya. Mudah-mudahan benar-benar bisa berangkat," ucap Kasmini pasrah.
Sambil terus memegangi tas koper pemberian biro travel, sesekali dia menatap tajam fotonya yang terpampang di pembungkus tas koper itu.
Tertulis di pembungkus koper yang sama, perempuan ini sebagai jemaah umrah dari biro travel, Aya Sofya Jakarta.
================================
-Menabung 10 tahun
Berbeda dengan jemaah lainnya yang bisa saling ngobrol dengan keluarga atau pasangannya. Mbah Kasmini hanya sendiri.
Meski sudah sepuh tapi ia masih kuat. Perempuan ini sehari-hari berjualan kue ulat (kue dari tapioka yang rasanya kenyal khas kampung. Biasanya warna merah) di pasar.
Satu porsi hanya seribu perak. Belakangan dia menjualnya Rp 2.000. Hasilnya dikumpulkan sedikit demi sedikit.
"Nek sepuluh tahun nggih langkung kulo sadean uler-uleran sing kenyil-kenyil niku. Kadang sedinten angsal Rp 20.000. Sing sepalih damel maem, sing sepaleh kulo simpen (Kalau sepuluh tahun sih lebih saya berjualan kue ulat yang kenyal-kenyal. Kadang sehari dapat Rp 20.000. Yang separuh untuk makan, sisanya saya tabung)," ucap Mbah Kasmini polos, saat ditemui.
Dia tak bisa bahasa Indonesia. Dia mengaku sudah lebih dari sepuluh tahun jualan kue di pasar kampung. Hasilnya sebagian buat makan, sebagian disimpan.
Karena naik haji lama dan lebih mahal, ibadah umrah adalah pilihan yang paling masuk akal.
Tak terasa, hasil mengumpulkan uang belasan tahun itu cukup untuk beribadah umrah ke Tanah Suci. Uang pun disetorkan.
Dia pun senang karena enam bulan lalu berhasil mendaftar melalui biro travel. Dia ikut warga kampung yang juga banyak mendaftar ikut umrah.
Namun, tak menyangka bahwa impian perjalanan ke tanah suci terhenti di hotel dekat Bandara Juanda. Dia hanya tahu keberangkatannya ditunda.
Sumber : KOMPAS.COM
efek sinetron tukang bubur naik haji ini mah, ibadah kok gengsi gengsian, kalau di tunda y mau bilang apa
lagian kok bisa di tunda gini sih

Diubah oleh pukibebulu 04-03-2016 07:22
0
16.2K
Kutip
216
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan