Jakarta -Di era pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pernah ada program Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM). Kedua program ini untuk membantu masyarakat miskin agar tetap bisa konsumsi di tengah kondisi ekonomi yang lesu.

Namun, program BLT dan BLSM justru menuai kritik dari banyak pihak.

"Saya dikritik, Ngapain SBY tuh ngasih BLT, ngasih BLSM. Saya jawab, oh perlu. Tanpa kami bantu, rakyat kecil itu tidak bisa membeli minyak, beras, dan seterusnya," ujar SBY dalam diskusi yang diselenggarakan Kadin Indonesia bertajuk Indonesian Economic Vision in The Future, di Menara Kadin, Jakarta, Kamis (3/3/2016).

Selain itu, BLT dan BLSM akan menimbulkan efek berantai hingga ke sektor riil. SBY menjelaskan, ketika masyarakat bisa membeli kebutuhan sehari-hari, maka permintaan tetap terjaga dan kondisi ini akan membuat sektor riil tetap bergerak.

Sehingga akhinya bisa mencegah pelaku usaha gulung tikar.

"Kalau rakyat masih membeli berarti demand, maka perusahaan atau sektor riil tidak akan bangkrut. Bayangkan memproduksi barang dan jasa tidak ada yang beli, pasti bangkrut," tutur SBY

SBY menambahkan, di masa pemerintahannya pernah menerapkan keep buying strategy. Cara ini dipakai untuk mendorong masyarakat tetap bisa membeli barang dan jasa.

"Keep buying strategy yang saya maksud, meskipun ekonomi lesu pastikan rakyat kita, masyarakat kita, masih bisa membeli barang dan jasa yang dibutuhkan. Entah beras, apapun yang dibutuhkan. Kalau rakyat masih membeli berarti demand," tutur SBY.
(hns/wdl)

http://finance.detik.com/read/2016/0...pain-kasih-blt