Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

salmanshitsAvatar border
TS
salmanshits
kata kata bijak yg koplak
Kemampuan
yang paling hebat, dan juga paling
mengerikan dari para filsuf,
sastrawan, dan penulis amatiran
(seperti saya), adalah merangkai
kata-kata.. Kemampuan persuasi,
yang bisa membuat hal-hal yang
sebenarnya koplak, terlihat bijak..
Suatu hal-hal yang jelas salah pun,
akan bisa terlihat luar biasa benar,
luar biasa masuk akal lengkap dengan
argumen yang indah dan berbunga-
bunga, yang kedengarannya muncul
dari seorang bijak berjanggut yang
sedang bersemedi di bawah pohon,
lengkap dengan kicauan burung di
latar belakang..
Kata-kata bijak berikut ini, saat
pertama anda membacanya, anda
mungkin akan manggut-manggut
setuju, hati anda tersentuh, bahkan
mata anda akan berkaca-kaca sambil
menghela napas panjang sambil
membatin: ‘iya juga yaa..’ Benarkah
itu bijak? Yuk kita kritisi..
“Kita tidak perlu menghakimi
keburukan orang lain.. Biarlah itu
urusan dia dengan Tuhannya.. Hanya
Tuhan yang tahu mana yang paling
benar. Hanya Tuhan lah yang berhak
menghakimi, di akhirat kelak..”
Wow, wow, wow, tunggu dulu.. Jika
saja hanya Tuhan yang berhak
menghakimi, mari kita bubarkan
semua lembaga peradilan, karena
manusia tidak berhak menghakimi
bukan? Mau orang korupsi, mencuri,
menjadi gay dan lesbian, menghina
agama, bahkan membunuh orang lain,
biarkan saja.. Toh kita tidak berhak
menghakimi orang lain kan? Hanya
Tuhan yang berhak. Jadi jika ada
polisi yang coba mendenda kita
karena buang sampah atau merokok
sembarangan di Singapura, tampar
saja si sok tahu itu, dan katakan:
“hanya Tuhan yang berhak
menghakimi saya!!” Jika kita hanya
membiarkan Tuhan yang mengadili
semua keburukan-keburukan manusia
di dunia, kita tidak perlu hukum lagi,
dan mari kita kembali ke zaman batu
(bahkan manusia zaman batu pun
punya peraturan). Atau kita ikuti saja
kata-kata teman saya: “Lemah teles,
Gusti Alloh seng mbales..”
“Kenapa kita ribut-ribut masalah yang
sepele sih? Pornografi diributin,
penulis buku yang mempromosikan
lesbi dihalangin.. Lady Gaga
diributin.. Mendingan urusin tuh
koruptor, mereka yang lebih
berbahaya bagi bangsa kita ini..”
Weks.. Ini sih sama saja dengan:
“Ngapain kita tangkap orang yang
nyolong sandal, tuh yang maling motor
aja dikejar..”. Lha perbuatan buruk,
besar atau kecil, tetap harus
dihalangi.. Jika orang tersebut
menentang pornografi, bukan berarti
dia diam saja terhadap koruptor kan?
Bukankah lebih baik kita menjaga dari
keduanya.. Katakan: say no to
pornografi dan korupsi! Dua-duanya,
menurut saya, cepat atau lambat, akan
menghancurkan negara ini.. bahkan
masyarakat barat sendiri pun cukup
resah dengan pornografi, koq malah
kita mendukungnya?
“Tuhan itu maha kuasa, maha agung,
maha besar. Jadi ga perlu dibela. Jika
kalian membentuk gerakan untuk
membela agama, itu sama saja
dengan kalian melecehkan kekuasaan
dan kekuatan Tuhan. Tuhan ga perlu
dibela..”
Weleh, tunggu sebentar.. Organisasi-
organisasi agama yang dibentuk
selama ini, dari agama manapun,
didirikan untuk membela Tuhan, atau
untuk kepentingan para pemeluk
agama? Organisasi tersebut dibentuk
untuk mengurusi, menyuarakan, dan
mengakomodasi kepentingan para
penganutnya.. Jika organisasi
tersebut bertujuan melindungi
kepentingan para anggotanya, kenapa
dituduh sedang berusaha membela
Tuhan? Saya koq tidak ingat ada
organisasi agama yang visi dan misi
organisasinya adalah: “untuk
membela Tuhan di muka bumi..”
“Kenapa sih anti banget dengan seks
bebas? Anti banget dengan rok mini?
Padahal diam-diam toh suka nonton
film porno, doyan seks juga, suka
melototin paha juga.. Dasar otaknya
aja yang kotor.. Bersihin tuh otaknya,
jangan urusin pakaian orang lain..
Kalau otaknya bersih dan imannya
kuat, mau ada yang telanjang di
depannya juga ga akan tergoda.. Gak
usah munafik dan sok suci deh..”
Lhaaa… Sebentar… Kelompok yang
anti seks bebas bukan berarti mereka
ga doyan seks ya.. Yang menjadi
penentu adalah bagaimana cara kami
menyalurkan hasrat kami.. Kami tentu
saja suka seks, menikmati seks, tapi
dengan pasangan kami, dengan cara
yang bertanggung jawab.. Seks
merupakan rahmat Tuhan, tapi
nikmatilah secara bertanggung
jawab.. Jika kami memang maniak
seks yang suka meniduri semua
makhluk yang berkaki dua, tentu saja
kami dengan senang hati mendukung
seks bebas.. Itu berarti kami makin
bebas meniduri berbagai macam
wanita tanpa harus pusing mikirin
pampers dan susu, karena, dengan
menyebarnya paham seks bebas,
makin banyak wanita yang bersedia
kami manfaatkan (dan kami tiduri),
kemudian kami tinggalkan setelah
puas..
Otak kami yang kotor? Ayolah, jika
saja para lelaki diciptakan tanpa
nafsu, maka sudah lama manusia
punah.. Sudah kodratnya laki-laki
akan tergerak nafsunya jika melihat
paha wanita.. Jika ada lelaki yang
dengan gagah berani bilang tidak
tergerak nafsunya saat melihat paha
wanita cantik, itu hanya omong kosong
agar semakin banyak wanita yang
memamerkan pahanya dengan senang
hati.. Rok mini, memang diciptakan
untuk memancing perhatian (dan
nafsu) para lelaki.. Jika kami memang
berfikiran kotor dan tak bisa menahan
iman, tentu kami akan turun ke jalan
untuk mendukung semua wanita
memakai rok mini.. Makin banyak
wanita yang bisa memuaskan nafsu
kotor kami.. Jadi, siapakah yang
berfikiran kotor dan tidak bisa
menahan iman? Para lelaki yang
menentang rok mini, atau
pendukungnya? Para penentang seks
bebas, atau pendukungnya?
Propaganda, seringkali seperti
pramuria, menggunakan riasan tebal
dan indah untuk menutupi kebusukan
di baliknya..
Saya pernah tinggal di kos-kosan di
Yogya, yang anak-anaknya terdiri dari
berbagai macam aliran: agnostik,
atheis, kejawen, liberal, penyembah
keris, bahkan ada begitu bingung,
sehingga akhirnya mengaku sebagai
komunis relijius…
Dengan beragamnya fikiran yang
pernah kami perdebatkan, diiringi
menyeruput kopi dan menghisap
rokok, fikiran saya dijejali dengan
berbagai macam aliran lengkap
dengan argumen yang luar biasa
indah.. Mungkin itu yang membuat
saya jadi terlatih mengasah logika,
sambil garuk-garuk kepala, dan selalu
mencoba melihat jauh ke balik kata-
kata nan indah itu.. Nih, kata-kata
bijak yang lagi trend saat ini:
“Lady Gaga koq diributin.. Apa
bedanya dengan yang sudah ada di
Indonesia? Penyanyi Indonesia juga
banyak tuh yang seronok. Tuh
penyanyi dangdut seronok masuk
sampai ke kampung-kampung,
ditonton anak-anak. Jika mau adil,
yang seperti itu juga dilarang dong..”
Lha para pendukung kebebasan itu
memangnya selama ini mendukung
pelarangan pornografi sampai ke
kampung-kampung? Dulu saat Inul
banyak yang menentang, kaum
liberalis juga menggunakan dalil yang
sama: ‘yang lain juga dilarang doong’.
Protes soal chef Sarah Quin (betul ga
ya namanya?), juga ditentang dengan
alasan: ‘dia ga sengaja tampil seronok
koq’. Jika tempat-tempat maksiat
digerebek, katanya menghalangi orang
cari nafkah. Jika penyanyi dangdut
seronok itu diprotes masyarakat
sekitar, dijawab: urus dosa masing-
masing, kalau ga suka ya ga usah
nonton.. Bahkan di saat semua itu
berusaha dikurangi dengan UU Anti
Pornografi dan Pornoaksi, banyak
yang menjerit-jerit: “jangan
memasung kebebasan berekspresi!”
Intinya kan sebenarnya: “Jangan
larang kami melakukan pornografi dan
pornoaksi, di tingkat manapun! Mau
kami menari tanpa busana sambil mutar-
mutarin baju di atas kepala di genteng
rumah kami, yo jangan protes!” Jadi,
kenapa membanding-bandingkan Lady
Gaga ama Keyboard Mak Lampir?
(julukan para pedangdut seronok di
daerah kami..). Toh dua-duanya
sebenarnya kalian dukung, atas nama
kebebasan berekspresi? Kami, malah
sedang berusaha menentang dua-
duanya..
“Kita hidup dlm masyarakat yg sangat
plural, sehingga setiap individu
hendaknya bebas memilih &
menjalankan apapun prinsip hidupnya
(termasuk mendukung Irshad Manji
atau Lady Gaga), lalu semuanya saling
menghormati dlm segala perbedaan
pilihan tsb”
Hmm.. Bijak dalam teori, kacau balau
dalam praktek. Jika saja semua
individu bebas menjalankan prinsip
hidupnya, maka kita ga perlu nunggu
suku Maya meramalkan akhir dunia.
Bisa dibayangkan, jika banyak orang
yang mendukung Sumanto, lalu
menjalankan prinsip hidupnya sebagai
kanibal, maka ayam goreng Kentucky
ga bakal laris lagi, dan banyak orang
yang nenteng-nenteng pisau daging
dan botol merica di jalanan.. Atau, jika
banyak orang yang mendukung
Amrozi, kemudian menjalankan
prinsip hidupnya sebagai pelaku bom
bunuh diri, maka terminal bus way
yang paling sesak pun akan bubar
dalam 5 detik (termasuk penjaga
tiketnya) begitu ada lelaki
menyandang ransel datang mendekat..
Ya, ya saya tahu.. Argumen saya di
atas pasti akan berusaha dimentahkan
dengan argumen: “yang penting kan
ga merugikan kalian” dalam bentuk
kata-kata bijak nan koplak berikut:
“Apa salahnya dengan pornografi?
Atau lesbi? Atau perbuatan-perbuatan
maksiat lainnya? Toh ga merugikan
anda. Jika anda tidak suka, ya ga usah
ditonton, ga usah diikuti. Jika takut
anak anda terpengaruh, ya perkuat
pendidikan iman anak-anak anda.
Kalau iman sudah kuat, mau 1000 Lady
Gaga datang ke Indonesia, iman kita
(dan anak-anak kita) tidak akan
terpengaruh..”
Hellooo.. Kita memang makhluk
individu, tapi kita juga makhluk sosial.
Setiap tindakan kita, sekecil apapun,
akan berpengaruh terhadap lingkungan
kita. Contoh gampangnya, kenapa kita
protes sama tetangga kita yang buang
sampah ke kali? “Toh sampahnya
sampah dia sendiri (ya mana mungkin
dia dengan ikhlas buangin sampahnya
ente), kalinya bukan milik mbahmu,
lantas kenapa ente yang sewot?” Lha
memangnya kalo banjir, banjirnya
muter-muter dulu cari siapa bajingan
yang membuang sampah, lalu terus
menyerbu menggenangi rumah
tetangga anda saja sampai setinggi
kepala?
Ok kita tidak suka perbuatan-
perbuatan maksiat, dan kita berhasil
menghindarinya. Lalu kita juga
menanamkan iman yang kuat ke anak-
anak kita, dan juga berhasil. Dan kita
teriak ke luar sana: “Maree seneee
Lady Gaga, Freddy Mercury, Jhon Kei
dan Mak Lampir jadi satu!! Iman saya
dan keluarga saya dah kuat koq!” Tapi
sekian tahun ke depan, tiba-tiba ada
anak tetangga kita yang kecanduan
pornografi, lalu tidak tahan, dan
akhirnya merudapaksa anak
perempuan kita.. Atau ada orang yang
mabuk karena alkohol dan narkoba,
lalu menabrak seluruh keluarga kita
yang sedang jalan-jalan di trotoar..
Atau anak perempuan kita hilang,
diculik sindikat yang menjualnya ke
prostitusi.. Atau anak lelaki anda
disodomi keluarga jauh anda.. Atau
seorang pecandu merampok dan
membunuh anda karena butuh uang
untuk beli sabu.. Sama seperti banjir,
ekses negatif dari perbuatan maksiat,
tidak akan pernah pilih-pilih siapa
korbannya, baik anda berbuat maksiat
atau tidak..
Benar, bahwa kita tidak salah 100%,
tapi, sebenarnya, kita tetap punya
andil dalam hal itu. Kita sukses
memperkuat iman keluarga kita, tapi
kita abai dengan lingkungan kita.
Itulah kenapa dalam Islam ada seruan:
“amar makruf, nahi munkar”. Menyeru
kepada kebajikan, mencegah
kemungkaran. Jika kita mengabaikan
kemunkaran di lingkungan kita,
dengan prinsip: “urus dosa masing-
masing”, yakinlah, cepat atau lambat,
kita akan memetik hasilnya…
Masih enggan untuk amar makruf nahi
munkar?
“Beri saya 10 media massa, maka
saya akan merubah dunia..”
Saat ini, sungguh naif jika kita percaya
media mainstream akan memberikan
opini yang netral dan berimbang
terhadap semua hal. Mereka akan
memberikan opini yang sesuai dengan
kepentingan sang pemilik (gimana
kalo pemiliknya adalah Ryan Jagal?).
Sungguh sangat berbahaya jika kita
menganggap semua yang diberitakan
media adalah berita yang 100% benar,
tanpa berusaha mengkritisi dan
mencari berita dari sudut pandang lain
sebagai penyeimbang. Yuk, kita kritisi
kata-kata bijak penutup ini..
“Menonton atau membaca pornografi,
kekerasan, atau apapun tidak akan
mempengaruhi saya. Toh semua
manusia dibekali filter untuk
menyaring, dan otak untuk berfikir.
Jadi mau saya baca atau tonton ribuan
kali pun , tidak akan merubah
pendirian saya.. Satu kali nonton
konser lady Gaga tidak akan membuat
yg nonton jd pemuja setan dan lesbian
kan?”
Hohohoho.. Yuk kita bandingkan
keadaan sekarang dan keadaan 20
tahun yang lalu, tahun 80-90an.
Zaman dulu, seks bebas di Indonesia
masih sangat sedikit jumlahnya.
Untuk kaum remaja saat itu,
bergandengan tangan di depan umum
saja, sudah menimbulkan ledekan
yang membuat sang pelaku ingin
menceburkan diri ke selokan terdekat.
Lihat anak-anak sekarang? Mungkin
anda sendiri yang dengan sukarela
akan menceburkan diri ke selokan
terdekat saat melihat gaya mereka
berpacaran. Bahkan sekarang mereka
dengan senang hati menyebarkan
prilaku mereka dalam bentuk video
yang jumlahnya mulai menyaingi
produksi film porno Amerika dalam
setahun.. Kenapa bisa bergeser? Apa
anda kira para orang tua dan guru lah
yang menanamkan dogma: “Anakku,
kamu harus rajin-rajin seks bebas
yaa, biar dapat rangking.. Yuk kita
memasyarakatkan seks bebas dan
menseks bebaskan masyarakat..”?
Jadi, siapa yang mengajari mereka?
Jawabannya sederhana: media
massa. Selama berpuluh-puluh tahun
mereka menggempur otak bawah
sadar kita dengan berbagai film, buku,
berita, cerita, sinetron, dan lain-lain
yang secara sangat halus
menyiratkan: “Seks bebas itu hal yang
biasa aja cooy.. Anak gaul, malu dong
jika masih perawan di usia 18. Tuh,
banyak artis idola kamu yang
melakukannya.” Memang benar 1000
kali membaca, atau 1x nonton Lady
Gaga belum tentu merubah kita.. Tapi,
pesan-pesan itu ditanamkan selama
berpuluh-puluh tahun, dalam bentuk
jutaan pesan per tahun, dari berbagai
arah, terhadap anda dan keluarga
anda. Yakin anda dan keluarga
anda tidak terpengaruh sedikitpun?
Siapa yang paling mudah bobol? Tentu
saja anak anda. Anda kira, kenapa
iklan McDonald dan rokok mengarah
kepada anak-anak dan remaja?
Karena merekalah berada dalam fase
yang labil dan paling mudah
dipengaruhi, dibandingkan orang
tuanya. Saat mereka menjadi dewasa
dan lebih bijaksana, rokok, junkfood
dan seks bebas itu sudah menjadi
kebiasaan mereka, candu mereka,
sehingga mereka akan sangat sulit
meninggalkannya, walau
akhirnya paham kerusakan macam
apa yang ada dibaliknya.
“Tetap ngga ngaruh maaas, iman
gue kan KW1″ Mungkin. Tapi, sedikit
banyak, anda akan terpengaruh. Anda
akan menjadi permisif: “Biar ajalah
orang lain melakukannya, yang
penting aku tidak.. Toh banyak yang
melakukan, dan itu bukan urusanku”.
Itulah yang menjadi target selanjutnya:
menanggalkan kontrol sosial anda..
Jika laju ‘cuci otak’ ini terus berlanjut,
sepuluh tahun ke depan, jangan heran
jika akhirnya kitalah yang mengekspor
video porno ke Amerika dan
masyarakat Amerika lah yang nonton
konser Iwak Peyek Tour 2022..
“Jangan melihat siapa yang
mengatakan dong. Kalau mau
mengkritisi, kritisi gagasannya, kata-
katanya, fikirannya. Jangan kritisi
pribadi dan kelakuannya (bahasa
alaynya: ad hominem).”
Oalaaah.. Saya beri contoh kasus
ringan. Misalnya, kata-kata ini
diucapkan dua orang yang berbeda:
“Saya akan memajukan bangsa
Indonesia. Saya akan berjuang
menciptakan budaya bebas korupsi,
pola hidup sederhana, dan mengikis
habis kebohongan birokrat dan
legislatif” Yang pertama, diucapkan
oleh Buya Hamka. Satu lagi,
diucapkan Angelina Sondakh. Saya
rasa, yang pertama membuat anda
manggut-manggut percaya, dan yang
kedua membuat anda setengah mati
menggigit bibir, lalu terguling karena
tertawa terbahak-bahak.. Kenapa
kata-kata yang sama persis, dengan
nada sama persis, tapi diucapkan oleh
dua orang yang berbeda, hasilnya bisa
berbeda? Setiap kata-kata, sebijak
apapun, selalu ada motif dibaliknya.
Dan motif itu, sangat terkait dengan
pribadi orang yang mengucapkannya.
Jadi, kenapa kita tidak boleh
mengkritisi pribadi yang
mengucapkannya?
Jika anda ingin minta pendapat
tentang gaya rambut, anda bertanya
kepada penata rambut, atau ke tukang
las? Jika saya bilang “lha masa
tukang las mengerti soal gaya
rambut”, apa itu ad hominem?
Kasus Irshad Manji adalah contoh lain
yang gamblang tentang hal itu. Dia
dibesar-besarkan media sebagai
seorang reformis muslim yang
berusaha mencerahkan umat Islam.
Tapi di dalam bukunya, ia membantah
prinsip-prinsip Islam sendiri dengan
cara mempromosikan lesbian, gay
dan transgender, menghina jilbab,
bahkan meragukan kesempurnaan Al
Quran.. Jika kita mengkritisi
pribadinya yang lesbian (dan tentu
saja ia akan berjuang keras agar
lesbian dihalalkan dalam Islam) dan
mengkritisi sikapnya yang meragukan
Al Quran, di mana salahnya? Bukankah
kita memang selalu menilai siapa
yang berbicara, bukan hanya apa yang
ia ucapkan? Bagaimana mungkin dia
seorang muslim, jika ia meragukan Al
Quran? Itu kan sama saja dgn ia
mengaku lesbian,
sambil menyatakan lagi jatuh cinta
dgn Rhoma Irama.. Lha kenapa jika
kami meragukan keislamannya, tiba-
tiba muncul teriak-teriak histeris “Ad
hominem! Ad hominem!?”
Nah, kata bijak terakhir ini, mungkin
adalah yang paling masuk akal, dan
paling sulit dibantah. Tapi mungkin
juga, inilah kata-kata bijak yang
paling koplak..
“Di masyarakat yang plural ini,
janganlah ada pemaksaan kehendak.
Biarlah setiap orang melakukan
pilihannya sendiri, tanpa paksaan.
Sesuatu yang dipaksa itu pasti tidak
baik. Nilai yang dianut setiap orang
berbeda, jadi jangan paksakan nilai
yang kamu anut terhadap orang lain..
Jangan jadi tirani mayoritas..”
Sulit membantahnya kan?
Pertama-tama, saya tanya dulu:
apakah sebagian besar dari kita
memang dengan sukarela masuk kerja
jam 8 dan pulang jam 5 atau bahkan
lembur? Apakah memang kita yang
memohon-mohon agar jatah cuti kita
setahun cukup dua minggu? Apa anda
memang luar biasa ikhlas dengan
jumlah gaji anda sekarang? Jika tidak,
kenapa anda tidak coba mengatakan
kepada atasan anda sekarang:”Maaf
pak, sebenarnya saya
menganut paham bahwa kerja itu
hanya 3 jam sehari, cuti 6 bulan dalam
setahun, dengan gaji minimal 30 juta.
Jadi, jangan paksakan kehendak
bapak..”
Apa anda dulu saat remaja belajar
dengan sukarela, ikhlas bin legowo?
Semua hukum dan undang-undang,
apalagi dalam alam demokrasi, pada
prinsipnya, adalah pemaksaan
kehendak, dari sebagian besar
masyarakat yang sepakat, kepada
masyarakat lainnya yang tidak
sepakat. Memangnya semua orang
setuju dengan UU tentang Narkotika?
Atau UU tentang Korupsi? Atau bahkan
UU Pajak? Apa anda kira semua wajib
pajak memang sudah gatal setengah
mati ingin membayar pajak sebesar
itu? Lha kenapa kaum liberal ga
pernah menjerit-jerit di jalanan:
“Jangan paksakan kehendak! Biarkan
mereka bayar pajak seikhlasnya..”
Jadi kenapa, saat ada penduduk di
suatu daerah setuju untuk
memberlakukan perda anti prostitusi,
perjudian dan miras, dengan hukuman
cambuk bagi pelakunya, kaum liberal
tiba-tiba lantang berteriak “Itu
melanggar HAM!”. Anda kira
memenjarakan orang itu tidak
melanggar HAM nya untuk hidup
bebas merdeka? Dan kenapa, ketika
RUU Anti Pornografi dan Pornoaksi
berusaha disahkan, tiba-tiba saja
prinsip demokrasi berdasar suara
terbanyak dianggap sebagai tirani
mayoritas? Jika memang begitu, ga
ada salahnya dong jika para pecandu
narkoba dan miras ramai-ramai naik
xenia untuk demo di jalanan dan
berteriak “Jangan jadi tirani
mayoritas! Kalian sudah melanggar
HAM kami untuk ajeb-ajeb sampai
pagi..”.
Jika saja setiap undang-undang harus
disepakati semua orang dulu baru bisa
disahkan, maka kita tidak akan pernah
punya undang-undang satu pun. Yang
tidak boleh, adalah memaksa dengan
kekerasan. Jika sudah banyak yang
setuju, dan memang UU itu demi
kebaikan bersama (sama seperti kita
dipaksa belajar saat remaja), di mana
salahnya?
0
6.8K
32
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan