- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Dirjen Ristek Sangsi Dr Warsito Lanjutkan Penelitian ke Luar Negeri


TS
nwgp
Dirjen Ristek Sangsi Dr Warsito Lanjutkan Penelitian ke Luar Negeri
Jakarta, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) belum bisa menyimpulkan keamanan dan efektivitas dai Electro-Capacitive Cancer Therapy (ECCT) atau yang dikenal rompi antikanker temuan Dr Warsito Purwo Nugroho. Santer beredar kabar Warsito bakal melanjutkan penelitian ke luar negeri.
Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan, Muhammad Dimyati, membantah kabar bila Warsito melanjutkan riset di luar negeri. Dimyati menyebut Warsito hanya pergi untuk memberi pelatihan.
"Pak Warsito sudah di dalam negeri dan dia hanya memberi pelatihan di Polandia. Tiga hari yang lalu sudah rapat dengan kita untuk menindaklanjuti rapat dengan kita dan Kemenkes agar penelitiannya diteruskan," tegas Dimyati usai acara Coffee Morning di Gedung D Kemenristekdikti, Senayan, Jakarta Pusat, Jumat (19/2/2016).
Menurutnya Warsito juga telah melakukan pertemuan dengan Kemenkes, yang diwakili oleh fakultas kedokteran dari UI, UGM dan Unair. Dimyati juga menjelaskan pada hari yang sama, Warsito telah menyerahkan daftar pasiennya ke Kemenkes.
"Hari yang bersamaan itu paginya menyerahkan daftar pasien yang 3 ribuan ke Kemenkes untuk ditetapkan yang ada di Bali berapa, yang di Jogja berapa sesuai dengan berapa Rumah Sakit (RS) yang disepakati. Dari situ akan dimulai ke RS mana pasien itu," katanya.
"Kalau temen-temen bilang Warsito keluar negeri dan melakukan transaksi itu transaksi apa? Itu disampaikan pada saya seperti itu dan dia sudah di sini," tegasnya.
Dimyati yakin Warsito memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi. Dia sangsi jika Warsito akhirnya memutuskan melanjutkan penelitiannya keluar negeri.
"Saya masih ingat ketika dia ditawari seorang profesor di Amerika dengan lahan yang begitu luas dan anggaran yang begitu tidak terbatas untuk membangun riset center. Dia mengatakan, 'kalau saya membuat satu bintang di Amerika bintang saya tidak bersinar karena di Amerika terlalu banyak bintang. Tapi kalau saya membuat satu bintang di Indonesia itu akan bersinar terang' dan akhirnya pulang. Dia mengembangkan apa yang saat ini dilakukan di Indonesia," katanya.
"Saya kira kok menyangsikan kalau keluar. Satu hal yang saya ingat dia akan memproduk barang dari luar tapi ada salah satu item barang disebutkan made in negara itu dia nggak mau. Itu salah satu cermin dari nasionalisme," pungkas Dimyati.
==> http://health.detik.com/read/2016/02...ke-luar-negeri
Pasca Review Rompi Antikanker, Ini Saran untuk Dr Warsito
Jakarta, Review penelitian terhadap alat Electro-Capacitive Cancer Therapy (ECCT) atau yang dikenal rompi antikanker temuan Dr Warsito telah diumumkan beberapa waktu lalu. Pasca review ada saran untuk Warsito.
Saran ini dilontarkan peneliti bidang kesehatan, manajer riset dan pengabdian masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Dr dr Budi Wiweko SpOG(K). "Ikuti panduan yang sudah diberikan Kemenkes. Bahkan Kemenristek Dikti katanya mau membiayai ya ikutin saja. Ikuti dari tahap uji in vitro dulu kemudian uji in vivo pada hewan," kata pria yang akrab disapa dr Iko ini saat berbincang dengan detikHealth baru-baru ini.
Kemudian, menurut dr Iko desain alatnya pun harus benar yakni dengan mengikuti GCP lalu dibandingkan dengan current and standard existing treatment. Seperti diketahui, pengobatan standar kanker adalah kemoterapi atau radioterapi. Maka, ECCT harus dibandingkan dengan dua metode tersebut. Cara membandingkannya pun dikomparasi antara pengobatan dengan kemoterapi plus rompi plasebo dengan kemoterapi plus rompi temuan Warsito.
==> http://health.detik.com/read/2016/02...tuk-dr-warsito
laen kali cari2 info lagi gan....jgn buru2 emosi ini itu
Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan, Muhammad Dimyati, membantah kabar bila Warsito melanjutkan riset di luar negeri. Dimyati menyebut Warsito hanya pergi untuk memberi pelatihan.
"Pak Warsito sudah di dalam negeri dan dia hanya memberi pelatihan di Polandia. Tiga hari yang lalu sudah rapat dengan kita untuk menindaklanjuti rapat dengan kita dan Kemenkes agar penelitiannya diteruskan," tegas Dimyati usai acara Coffee Morning di Gedung D Kemenristekdikti, Senayan, Jakarta Pusat, Jumat (19/2/2016).
Menurutnya Warsito juga telah melakukan pertemuan dengan Kemenkes, yang diwakili oleh fakultas kedokteran dari UI, UGM dan Unair. Dimyati juga menjelaskan pada hari yang sama, Warsito telah menyerahkan daftar pasiennya ke Kemenkes.
"Hari yang bersamaan itu paginya menyerahkan daftar pasien yang 3 ribuan ke Kemenkes untuk ditetapkan yang ada di Bali berapa, yang di Jogja berapa sesuai dengan berapa Rumah Sakit (RS) yang disepakati. Dari situ akan dimulai ke RS mana pasien itu," katanya.
"Kalau temen-temen bilang Warsito keluar negeri dan melakukan transaksi itu transaksi apa? Itu disampaikan pada saya seperti itu dan dia sudah di sini," tegasnya.
Dimyati yakin Warsito memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi. Dia sangsi jika Warsito akhirnya memutuskan melanjutkan penelitiannya keluar negeri.
"Saya masih ingat ketika dia ditawari seorang profesor di Amerika dengan lahan yang begitu luas dan anggaran yang begitu tidak terbatas untuk membangun riset center. Dia mengatakan, 'kalau saya membuat satu bintang di Amerika bintang saya tidak bersinar karena di Amerika terlalu banyak bintang. Tapi kalau saya membuat satu bintang di Indonesia itu akan bersinar terang' dan akhirnya pulang. Dia mengembangkan apa yang saat ini dilakukan di Indonesia," katanya.
"Saya kira kok menyangsikan kalau keluar. Satu hal yang saya ingat dia akan memproduk barang dari luar tapi ada salah satu item barang disebutkan made in negara itu dia nggak mau. Itu salah satu cermin dari nasionalisme," pungkas Dimyati.
==> http://health.detik.com/read/2016/02...ke-luar-negeri
Pasca Review Rompi Antikanker, Ini Saran untuk Dr Warsito
Jakarta, Review penelitian terhadap alat Electro-Capacitive Cancer Therapy (ECCT) atau yang dikenal rompi antikanker temuan Dr Warsito telah diumumkan beberapa waktu lalu. Pasca review ada saran untuk Warsito.
Saran ini dilontarkan peneliti bidang kesehatan, manajer riset dan pengabdian masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Dr dr Budi Wiweko SpOG(K). "Ikuti panduan yang sudah diberikan Kemenkes. Bahkan Kemenristek Dikti katanya mau membiayai ya ikutin saja. Ikuti dari tahap uji in vitro dulu kemudian uji in vivo pada hewan," kata pria yang akrab disapa dr Iko ini saat berbincang dengan detikHealth baru-baru ini.
Kemudian, menurut dr Iko desain alatnya pun harus benar yakni dengan mengikuti GCP lalu dibandingkan dengan current and standard existing treatment. Seperti diketahui, pengobatan standar kanker adalah kemoterapi atau radioterapi. Maka, ECCT harus dibandingkan dengan dua metode tersebut. Cara membandingkannya pun dikomparasi antara pengobatan dengan kemoterapi plus rompi plasebo dengan kemoterapi plus rompi temuan Warsito.
==> http://health.detik.com/read/2016/02...tuk-dr-warsito
laen kali cari2 info lagi gan....jgn buru2 emosi ini itu
Diubah oleh nwgp 29-02-2016 12:23
0
1.5K
15


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan