pakdejoyAvatar border
TS
pakdejoy
Dimana-mana Rakyat Keluhkan Makin Sulit Penuhi Kebutuhan Hidup Sehari-hari
APKLI: Dimana-mana rakyat keluhkan makin sulit penuhi kebutuhan hidup sehari-hari
February 28, 2016 123



“Rakyat dimana-mana keluhkan ekonomi makin susah. Rakyat makin sulit memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Lebih dari itu, kebutuhan hidup makin mahal dampak tak kunjung turunnya harga-harga kebutuhan pokok. Lantas dimana dan kemana peran Negara RI, dalam hal ini Pemerintah RI, Rezim Jokowi-JK? Dan kondisi ini harus segera disudahi.

Lantas sampai kapan rakyat dibiiarkan harus terhimpit makin dan alami kesulitan ekonomi? Apakah menunggu rakyat hingga gepeng seperti WAYANG KULIT? Hal ini tak boleh terjadi apalagi dibiarkan begitu saja, dan harus segera diHENTIKAN!

Ngunu Yo Ngunu Tapi ayo Ojo Ngunu. Ditengah hidup semakin sulit, rakyat dan bangsa Indonesia semakin rindukan hati pemimpin bangsa yang sejati, bukan penguasa angkara murka. Oleh karena itu, perilaku yang hanya kedepankan kepentingan diri sendiri, golongan dan kekuatan bangsa asing dalam mengelola bangsa dan negara Indonesia harus dihentikan. Karena segenap tumpah darah dan bangsa Indonesia wajib dilindungi Negara RI, dalam hal ini Pemerintah RI, bukan sebaliknya makin terhimpit ekonomi dan mengalami kesulitan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Segenap elemen kekuatan bangsa Indonesia, tak terkecuali para pemuda dan mahasiswa harus segera bersatu dan bersama-sama menyelamatkan Indonesia sebagai negara bangsa yang merdeka dan berdaulat. Bersama-sama melindungi dan menyelamatkan ekonomi rakyat dan kedaulatan bangsa Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. APKLI mengajak segenap stakeholder Indonesia untuk bersama-sama mencegah terjadinya “kelaparan massal” akibat kesulitan ekonomi rakyat yang makin masif dan meluas diseluruh pelosok negeri. Jika kondisi saat ini dibiarkan dan tak segera disudahi, Indonesia terancam terjadinya “amuk rakyat” yang perutnya keroncongan atau alami kelaparan massal. Jika hal tersebut jadi kenyataan maka Indonesia berada diujung tanduk, diambang kehancuran.

Saat ini tabungan Rakyat sudah Habis Untuk Makan dan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Kini Rakyat menggadaikan dan atau menijual untuk makan dan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Kondisi ini harus segera dihentikan dan disudahi, tak boleh dibiarkan begitu saja
http://www.repelita.com/apkli-dimana...p-sehari-hari/


Harga Bahan Pokok Masih Mahal
Selasa, 2 Februari 2016 - 16:19 wib



SEMARANG - Harga daging ayam ras, bawang putih, telur ayam ras, dan bawang merah masih relatif mahal di Jawa Tengah. Hal itu mengakibatkan inflasi di Jateng pada Januari masih tinggi yakni 0,45 persen.

Berdasarkan pantauan di sejumlah pasar tradisional di Kota Semarang, harga daging ayam ras masih cukup mahal yakni Rp37.000. Sementara harga bawang putih masih bertahan di harga Rp30.000 per kilogramnya, dan untuk telur ayam ras serta bawang merah masing-masing masih bertahan Rp22.000 dan Rp21.000 per kilogramnya. Paini penjual bawang putih di pasar Johar mengaku masih tingginya harga bawang putih karena sulitnya pasokan.

Selain sulit, bawang yang dijual merupakan bawang impor. “Ini saja yang impor masih sulit didapatkan. Yang lokal malah sudah tidak ada sama sekali,” ujarnya. Seorang penjual daging ayam ras, Fatimah mengaku harga daging ayam masih mahal karena faktor mahalnya harga pakan. “Dari peternak katanya harga pakan mahal,” ujarnya.

Dengan masih mahalnya harga daging ayam, sempat mengurangi omzet hariannya hingga 10 persen. “Harganya mahal jadi pembelinya berkurang,” kata Fatimah. Sementara itu, berdasarkan hasil pemantauan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah pada Januari 2016 terjadi inflasi sebesar 0,48 persen dengan indeks harga konsumen (IHK) 122,42 lebih rendah dibandingkan Desember 2015 yang mengalami inflasi sebesar 0,99 persen dengan IHK 121,84.

Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Jawa Tengah Jam Jam Zamachsyari menyebutkan, kelompok komoditas yang memberikan sumbangan inflasi paling tinggi adalah kelompok bahan makanan yang memberikan andil sebesar 0,43 persen. “Inflasi di Jawa Tengah sebesar 0,48 persen terjadi sebagai akibat naiknya harga daging ayam ras, tarif listrik, bawang putih, telur ayam ras, dan bawang merah,” katanya.

Inflasi terjadi di semua kota yang dilakukan Survei Biaya Hidup (SBH) di Jawa Tengah. Kota SBH yang mengalami inflasi tertinggi terjadi di Kota Cilacap sebesar 0,76 persen diikuti Kota Tegal 0,62 persen, Kota Purwokerto 0,57 persen, Kota Surakarta 0,52 persen, dan Kota Kudus 0,44 persen. Sementara inflasi terendah terjadi di Kota Semarang sebesar 0,39 persen.

“Inflasi tertinggi yang terjadi di Kota Cilacap disebabkan kenaikan harga bawang merah, bawang putih, cabai merah, beras, dan rokok kretek filter. Sedangkan penyebab inflasi di Kota Semarang adalah kenaikan daging ayam ras, tarif listrik, bawang putih, bawang merah, dan tukang bukan mandor,” ungkapnya.
http://economy.okezone.com/read/2016...ok-masih-mahal


Percuma Jokowi Keluarkan Paket Kebijakan Ekonomi Kalau Bunga Kredit Masih Tinggi
Selasa, 23/02/2016 12:50 WIB

Percuma Jokowi Keluarkan Paket Kebijakan Ekonomi Kalau Bunga Kredit Masih TinggiFoto: Maikel Jefriando
Jakarta -Pemerintah bersama dengan Bank Indonesia (BI), dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tengah berusaha keras mencari cara untuk menekan bunga kredit bank. Ini dilakukan untuk menggenjot ekonomi.

Menko Perekonomian, Darmin Nasution mengatakan, paket kebijakan ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah pimpinan Joko Widodo (Jokowi) harus didukung oleh bunga kredit yang rendah.

"Paket deregulasi termasuk DNI (daftar negatif investasi), macam-macam yang mempermudah investasi, termasuk kita membangun beberapa kawasan. Ada yang namanya kawasan pusat storage berikat dan itu ternyata laku itu, banyak peminatnya, kawasan ekonomi khusus, kawasan pariwisata, tapi ya tingkat bunga harus lebih rendah supaya kita bisa merealisasi investasi," papar Darmin di kantornya, Jakarta, Selasa (23/2/2016). Selain itu, bunga kredit yang rendah juga akan mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi lebih baik, di tengah perlambatan ekonomi dunia.

Ini yang menjadi latar belakang pemerintah bersama BI dan OJK, saat ini tengah mencari cara untuk menurunkan tingkat bunga kredit perbankan. "Kita bagaimana pun juga harus mengakui dibandingkan dengan negara-negara tetangga, tingkat bunga kita itu tinggi. Walaupun memang inflasi kita juga agak tinggi, itu harus diakui semua," kata Darmin.
http://finance.detik.com/read/2016/0...t-masih-tinggi


Ketua Umum Kadin: Paket Kebijakan Ekonomi Jokowi Tak Punya Acuan
Rabu, 24 Februari 2016 Pada 2:54



Kalangan pengusaha memberikan kesimpulan bahwa paket kebijakan ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah Jokowi dari paket 1 sampai 10, sama sekali tidak ada acuannya. Hal ini disinggung oleh Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan P Roeslani.

Menurutnya, acuan penting yang Indonesia butuhkan saat ini dari paket kebijakan pemerintah adalah yang menyasar kepada penciptaan lapangan kerja baru untuk mereka yang menganggur. “Saya kira paket-paket kebijakan ekonomi itu tidak ada acuannya,” jelasnya di Hotel JW Marriot Jakarta, Selasa (23/2/2016) seperti dilansir sindonews.com.

“Banyak yang bilang nanti membuka Daftar Negatif Investasi (DNI) itu terlalu liberal. Ya rakyat sebenarnya tidak peduli mau liberal atau sosialis. Tapi yang penting mereka bisa makan. Jadi menurut saya menciptakan lapangan pekerjaan seperti itu‎,” sambungnya.

Dia menambahkan bahwa banyak kebijakan-kebijakan pemerintah yang sebetulnya membebani. Namun dia menekankan pihaknya tidak mau terlalu ekstrim menentang kebijakan yang telah dibuat pemerintah. Salah satunya soal UU Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera) yang telah disahkan siang tadi dalam sidang paripurna.

Lanjut dia, hal itu dinilai akan menjadi beban baru baik untuk pengusaha maupun untuk pekerja. Disarankan semestinya pemerintah juga menyiapkan kebijakan baru untuk mengkompensasi beban kebijakan UU Tapera tersebut.

“Ya membebani, tapi saya tidak ekstrim kalau diputuskan ya kita mesti jalani. Tapi ditanya beban pengusaha berapa dan pekerja berapa, pasti bebannya ke perusahaan. Harusnya beban itu dikompensasi ke kebijakan lain yang bisa membuat biaya ekonomi tinggi makin turun, bisa pajak, ekspor dan sebagainya,” tandasnya.
http://www.kabarpergerakan.com/ekono...k-punya-acuan/


Ekonomi Terpuruk di Bawah Jokowi, Rakyat Makin Sulit
Selasa, 20 Oktober 2015 | 16:41 WIB



JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Ketua DPR Fadli Zon menilai kinerja Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla selama satu tahun masih jauh dari memuaskan. Fadli khususnya menyoroti kinerja pemerintah di bidang ekonomi. "Dilihat dari berbagai indikator, situasi ekonomi terpuruk," kata Fadli dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Selasa (20/10/2015).

Fadli mencatat, saat ini, pertumbuhan ekonomi di bawah 4,6 persen, padahal janji kampanye di atas 7 persen. Nilai tukar dollar yang dijanjikan akan berada di bawah Rp 10.000 justru meroket di atas Rp 14.000 per dollar AS.

Mengutip data Badan Pusat Statistik, Fadli mencatat, angka kemiskinan juga meningkat. Pada Maret 2015, BPS mencatat jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 28,59 juta orang, bertambah 860.000 orang dibanding kondisi September 2014 yang mencapai 27,73 juta orang. Padahal, ukuran itu masih memakai standar konservatif garis kemiskinan di bawah 1 dollar AS per hari.

Jika batas garis kemiskinan dinaikkan 2 dollar AS per hari, jumlah orang miskin lebih dari 50 persen penduduk Indonesia.

Utang luar negeri, lanjut Fadli, juga terus bertambah. Bank Indonesia mencatat, posisi utang asing Indonesia pada akhir Februari 2015 ialah 298,9 miliar dollar AS atau setara Rp 3.832 triliun. Angka itu naik 9,4 persen dibanding periode yang sama pada tahun lalu.

Target dan janji menurunkan kesenjangan gini ratio menjadi 0,36 dari 0,41 semakin sulit. Buruknya ekonomi ini juga, lanjut dia, ditandai banyaknya pemutusan hubungan kerja. Ratusan ribu tenaga kerja kehilangan pekerjaan pada satu tahun Jokowi. Beda dengan janji kampanye yang akan membuka 15 juta lapangan pekerjaan baru.

"Sejak awal, pemerintahan Jokowi sudah mengecewakan. Subsidi BBM dicabut walaupun harga minyak dunia saat itu sedang turun. Efeknya harga komoditas pasar juga mengalami peningkatan. Rakyat semakin sulit," ujar Wakil Ketua Umum Gerindra ini.

Kartu Indonesia Pintar dan Sehat, lanjut Fadli, memang sudah diluncurkan untuk membantu masyarakat miskin. Namun, dia menilai itu bukan program baru, melainkan hanya modifikasi dari program pemerintah sebelumnya.

"Tidak dapat dikatakan sebagai capaian strategis, kecuali ganti nama dan casing saja. Hanya gimmick," ucapnya
http://nasional.kompas.com/read/2015...at.Makin.Sulit


Ini Sektor-sektor Ekonomi yang Tumbuh dan Terpuruk Sepanjang 2015
Senin, 1 Februari 2016 | 12:13 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com – Perekonomian Indonesia mengalami masa sulit pada tahun 2015 akibat kelesuan ekonomi global, kejatuhan nilai tukar rupiah, dan penurunan harga minyak. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2015 diperkirakan hanya 4,6 persen, turun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yang berkisar 5 – 6 persen.

Kondisi ekonomi yang jeblok membuat beberapa sektor ekonomi terpuruk. Namun, tak semuanya jeblok, ada pula beberapa sektor ekonomi yang tetap tumbuh signifikan. Kejatuhan harga minyak justru membuat beberapa sektor yang biaya produksinya dipengaruhi harga minyak, mencatatkan peningkatan kinerja. Begitu pula sektor-sektor yang mengandalkan ekspor, pelemahan rupiah justru menguntungkan.

Kinerja sektor-sektor ekonomi tersebut tercermin dari nilai pinjaman atau kredit yang mereka ajukan ke bank. Jika kredit meningkat signifikan, sektor tersebut tentu sedang tumbuh sehingga membutuhkan pinjaman bank, baik untuk menambah investasi ataupun modal kerja untuk biaya operasional.

Inilah sektor-sektor ekonomi yang tumbuh sepanjang 2015 berdasarkan data Bank Indonesia yang dirilis pada 29 Januari 2016 :
  • Sektor pembangkit listrik: outstanding kredit pada akhir 2015 tumbuh 20 persen dibandingkan akhir tahun 2014
  • Sektor pertanian, peternakan, dan perikanan, tumbuh 23 persen
  • Sektor konstruksi, kredit tumbuh 17,6 persen
  • Sektor industri pengolahan, tumbuh 14,3 persen
  • Sektor perdagangan, tumbuh 11 persen

Adapun sektor-sektor yang terpuruk, terindikasi dari anjloknya permintaan kredit atau melambatnya pertumbuhan kredit adalah :
  • Sektor pertambangan, pertumbuhan kreditnya minus 8 persen
  • Sektor Jasa, minus 1,4 persen
  • Sektor keuangan, hanya tumbuh 4 persen
  • Sektor transportasi, hanya tumbuh 4 persen

Menurut Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Enny Srihartati pekan lalu, Indonesia sebagai negara yang memiliki banyak sumber daya alam bisa mengambil kesempatan dari murahnya harga energi.
http://bisniskeuangan.kompas.com/rea...Sepanjang.2015


Tapera Bisa Buat Pengusaha Kembali Terpuruk
Kamis, 25 Februari 2016 - 12:04 wib

JAKARTA – Pemerintah telah melakukan pengesahan Rancangan Undang-Undang Tabungan Perumahan Rakyat (RUU Tapera). Meski belum dipastikan jumlah iurannya, namun diperkirakan biaya yang akan dipungut 2,5-3 persen.

Disahkannya RUU Tapera menimbulkan berbagai anggapan, terutama dari pihak pengusaha. Para pengusaha mengeluhkan iuran Tapera hanya menambah beban bagi pengusaha.Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jateng Frans Kongi dengan tegas menolak adanya UU Tapera. Menurutnya, saat ini pengusaha sedang mengalami masa sulit, setelah terpuruk cukup dalam pada 2015, seharusnya pemerintah memberikan suntikan, bukan justru menambah beban. “Tahun ini pengusaha mulai bangkit, tapi kalau dibebani seperti ini akan terpuruk lagi,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Irman Gusman mengatakan, perlu ada pendalaman lebih jauh mengenai undang-undang itu sebelum disahkan. Terlebih, kata dia, hal ini menyangkut kepentingan mendasar masyarakat sehingga DPD pun perlu terlibat dalam pembahasannya.

Karena itu, dia menilai penetapan rancangan undang-undang itu menjadi undang-undang terkesan terburu-buru. Padahal, secara substansi seharusnya bukan aturan mengenai pembiayaan perumahan yang diutamakan, tapi bagaimana agar rumah dapat dimiliki secara merata oleh rakyat Indonesia.
http://economy.okezone.com/read/2016...mbali-terpuruk


"Kita yang salah, kenapa tempo hari pilih Jokowi"
21 Februari 2016 18:30

POSMETRO INFO - Pemerintahan Jokowi & JK sudah lebih dari setahun berkuasa, namun tak banyak kemajuan yang dicapai, setidaknya demikian dikatakan oleh para pengamat dan pakar. Di bidang ekonomi, diakui, tak ada perubahan yang signifikan. Banyak target yang tak tercapai. Saat ini Jokowi bahkan diambang kegagalan dalam pencanangan target swasembada pangan.

Dikumandangkan sejak awal 2015, beberapa bulan setelah resmi memimpin rezim Kabinet Kerja, Jokowi mengumandangkan pencapaian swasembada pangan maksimal dalam tempo tiga tahun. Artinya, awal 2018 Indonesia benar-benar sudah berhasil swasembada pangan, memenuhi kebutuhan pangan dari dalam negeri sendiri. Tidak perlu impor.

Tak banyak yang percaya target tiga tahun swasembada tersebut bisa dicapai. Pasalnya, statistik dari impor beberapa kebutuhan pangan pokok, masih tinggi. Kalau mau berhasil swasembada berarti angka impor makin lama harus makin mengecil, bukannya malah kian membesar.

Satu-satunya keberhasilan Jokowi sekarang ini adalah, bagaimana mantan walikota Solo ini membekukan peranan otoritas sepakbola nasional alias PSSI. Memang bukan langsung Jokowi yang membekukannya, akan tetapi melalui Menpora Imam Nahrawi.

Sanksi pembekuan terhadap PSSI yang dilakukan oleh Imam Nahrawi sejak 17 April 2015 itu, seperti kita ketahui, efektif untuk membuat FIFA menjatuhkan hukuman pada PSSI. Sebagai pemilik sepakbola global FIFA menentang segala bentuk intervensi dari pemerintah.

Apa yang dilakukan Jokowi pada sepakbola tentu menumbuhkan kekecewaan pada sebagian besar rakyat Indonesa. Mayoritas dari masyarakat Indonesia sudah menjadikan sepakbola sebagai katarsis. Dalam konteks positifnya, mereka menjadikan kompetisi sepakbola sebagai sebuah hiburan yang membuat hati dan pikiran senang. Ketiadaan kompetisi sekarang ini tentu membuat mereka kesal.

Dengan memusuhi PSSI Jokowi jelas-jelas merusak citranya sendiri. Sebagian besar dari pendukungnya kini sudah berbalik. Kalau dulu mereka suka sekarang benci. Mungkin tak terkecuali juga Agum Gumelar, mantan ketua umum PSSI, KONI Pusat dan kini menjadi ketua dewan kehormatan PSSI. Semasa Pilpres 2014 Agum Gumelar menunjukkan simpatinya kepada Jokowi. Bukan justru kepada Prabowo Subiyanto, yuniornya dalam hirarki Danjen Kopassus.

Padahal saat kampanye Pilpres 2014 itu hanya Prabowo Subiyanto yang bicara blak-blakan soal olahraga, termasuk kesiapannya untuk mendukung PSSI dalam mencalonkan diri sebagai tuan rumah Piala Asia atau Piala Dunia, seadainya dia terpilih menjadi presiden 2014-2019. Jokowi boro-boro bicara soal sepakbola. Masalah pembinaan olahraga pun tak pernah dia singgung.

Kini, bisa jadi, Agum Gumelar menyesali pilihannya dalam memproteksi Jokowi pada masa kampanye Pilpres 2014 itu. Pasalnya, Jokowi emoh menemuinya untuk sekaligus mendengarkan curhatannya terkait pembekuan yang dilakukan terhadap PSSI.

“Mungkin bukan Jokowi yang salah. Justru kita yang salah. Kenapa tempo hari harus memilih Jokowi,” begitu kira-kira pernah disampaikan oleh Agum Gumelar
http://www.posmetro.info/2016/02/agu...ah-kenapa.html

------------------------------



Lanjutkan!
Sampai 2019 aja ...


emoticon-Big Grin

Diubah oleh pakdejoy 28-02-2016 10:33
0
10.3K
42
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan