- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
KALIJODO ADALAH SAKSI SEJARAH PERTEMUAN AWAL ETNIS TIONGHOA DAN PRIBUMI DI JAKARTA


TS
chocolatelicker
KALIJODO ADALAH SAKSI SEJARAH PERTEMUAN AWAL ETNIS TIONGHOA DAN PRIBUMI DI JAKARTA

Link videonya dibawah gan !
Menurut budayawan Remy Sylado, Kalijodo yang akan digusur oleh gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, memiliki nilai historis sangat tinggi yang menandai pertemuan awal antara etnis Tionghoa dan pribumi khususnya Betawi di kota Jakarta.
Remy pernah melakukan penelitian tentang lokalisasi kelas menengah bawah ini untuk mewujudkan novel karyanya berjudul Ca Bao Kan , yang juga difilmkan pada tahun 2002.
Dari literatur yang dipelajari Remy, Kalijodo merupakan tempat persinggahan etnis Tionghoa yang mencari gundik atau selir ketika mereka pertama datang ke Batavia dari negeri China.
Sekitar tahun 1600an ketika Jakarta (Batavia) masih di bawah kekuasaan misi dagang pemerintah Belanda yakni Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC), mayoritas penduduk ibukota pada saat itu merupakan etnis Tionghoa, bukan suku Betawi.
“VOC di bawah pimpinan Jan Pieterszoon Coen pernah melakukan survei yang hasilnya menyebutkan mayoritas masyarakat Batavia merupakan etnis Tionghoa,” kata Remy.
Hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa banyak orang-orang Betawi masa kini merupakan keturunan dari pencampuran kedua suku tersebut di masa lalu.
Masyarakat berlatar belakang etnis Tionghoa ini merupakan orang-orang yang melarikan diri dari China yang ketika itu sedang mengalami perang.
“Mereka melarikan diri ke Batavia tanpa membawa istri, sehingga mereka mencari gundik atau pengganti istri di Batavia,” kata Remy.
Dalam proses pencarian gundik itu, etnis Tionghoa kerap melakukannya di kawasan bantaran sungai. Karena tempat ini sering dijadikan sebagai lokasi pencarian jodoh, lalu dinamakan Kalijodo.
Para calon gundik ini adalah gadis-gadis pribumi yang kala itu sangat menarik dimata pria etnis Tionghoa karena menyanyikan lagu-lagu klasik Tionghoa di atas perahu yang tertambat di pinggir kali dengan mengenakan baju khas China.
Pada masa itu perempuan yang akan menjadi gundik disebut Cau Bau. Cau Bau bukanlah pramuria, meskipun di lokasi itu berlangsung aktivitas seksual dengan transaksi uang.
“Cau Bau artinya hanya perempuan. Pada masa itu tidak ada ukuran yang disebut sebagai pramuriaan,” kata Remy.
Istilah Cau Bau ini sama dengan Geisha dalam kebudayaan Jepang. “Perempuan yang menghibur dan mendapatkan uang atas pekerjaannya, tapi tak dianggap sebagai pramuria,” katanya.
Lihat videonya disini gan : https://m.facebook.com/story.php?sto...80642445558637
Diubah oleh chocolatelicker 24-02-2016 17:26
0
3.4K
31


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan