TS
muadzinjihad
[Sharing] Hari ini Saya Pensiun Dini!
Hari ini, hari yang sudah saya impikan sejak 12 tahun lalu. Pensiun dari dunia karyawan. Menjadi full time entrepreneur. Bebas menentukan waktu sendiri. Bebas menentukan income sendiri.
Bukan saya tidak suka dengan pekerjaan saya yang sekarang. Bukan tidak puas dengan gajinya (ehem..). Tapi ada yang lebih penting yang harus saya kerjakan. Adalah purpose of life saya. Dan itu tidak bisa saya lakukan optimal jika saya masih mengabdikan waktu saya 6 to 6 (termasuk perjalanan pulang-pergi kantor, jadi bukan hanya 9 to 5) untuk orang lain.
Mewujudkan ini pastinya bukan hal yang mudah. Penuh perjuangan, doa, keringat dan airmata. Perlu keberanian untuk keluar dari comfort zone sebagai karyawan. Dari dunia yang tiap akhir bulan pasti dapat penghasilan, ke dunia wirausaha yang penghasilannya tidak pasti. Semoga 'tidak pasti'nya adalah tiap bulan 'naik' hehe.. Saya punya keluarga yang harus saya nafkahi, istri dan tiga anak. Tentunya saya tidak mau secara gegabah pindah kuadran begitu saja.
Saya mulai serius membangun usaha saat pertama kalinya saya terjun dalam bisnis network marketing, atau lebih dikenal dengan sebutan MLM (multi level marketing). 8 tahun saya membangun bisnis tersebut sampai suatu saat kepindahan rumah ke Depok dan beberapa hal membuat saya tidak meneruskan bisnis tersebut.
Setelah itu, 2 tahun saya vakum dari dunia bisnis. 2 tahun yang menyiksa buat saya. Karena di bisnis MLM, saya sudah terbiasa selalu punya impian dan goal yang akan dikejar. Dan 2 tahun itu, saya hidup tanpa impian dan target. Tanpa tujuan. Sehari-hari berjalan seperti air mengalir. Hidup seperti zombie.
Sampai akhirnya di Februari 2009 ‘hidayah’ datang dan saya membangun beberapa usaha. Ada yang terpaksa tutup, ada yang so-so, ada yang berkembang pesat, itulah Semerbak Coffee. Cerita selengkapnya bisa dibaca di sini. Saya belajar di bisnis MLM, bahwa impian dan goal harus ditulis, ditempel dan dibaca tiap hari. Afirmasi istilahnya. Itu selalu saya praktekkan setiap punya goal. Saya tulis goalnya, berikut tanggal targetnya. Begitu pula goal untuk keluar dari dunia karyawan ini.
Tapi tempelan untuk goal ini telah berulang kali dipasang-copot. Berulang kali pula tanggal targetnya berganti. Menjadi moving target. Sampai saat saya menuliskan target ini dua tahun yang lalu, keyakinan itu begitu kuat. Saya tuliskan QUIT JOB dan FREEDOM beserta tanggal targetnya. Saya tempel di pintu lemari dan di kamar mandi. Kali ini tidak bisa bergeser lagi! Saya juga menulis di resolusi 2011 saya, salah satunya adalah 'pensiun dini'.
Pada awal tahun, kebetulan Soyjoy mengadakan lomba penulisan Resolusi 2011, saya kirim lah resolusi pensiun dini 2011 itu dan Alhamdulillah resolusi saya memenangkan kontes tersebut. Dan berhak membawa pulang sebuah Apple iPad (Cerita selengkapnya ada di sini). Di tulisan tersebut, saya janji akan menampilkan tulisan resolusi saya itu pada saat yang tepat. Sekarang lah waktunya.
Seperti inilah resolusi yang saya submit ke kontes menulis Resolusi 2011 Soyjoy :
// Dear Kamu, Tahun ini menjadi tonggak sejarah hidupmu. Peristiwa yang kamu impikan sejak 12 tahun lalu menjadi kenyataan. Saatnya ambil keputusan untuk RESIGN dari perusahan tempat kamu bekerja, dan PENSIUN dari dunia karyawan. Pensiun Muda! Tidak ada saat yang tepat selain tahun ini.
Jangan bimbang. Jangan ragu. Percaya Tuhan Maha Kaya dan Maha Menunjukkan. Bertransformasilah, dari orang yang menadahkan tangan - meminta gaji, menjadi Tangan di Atas, yang memberikan gaji. Bisnis luar kantor yang kamu rintis dan bangun dua tahun terakhir, akan semakin berkembang dan membesar. InsyaAllah. Kini saatnya kamu menjawab panggilan hatimu. Listen to your inner voice. Reply to your calling.
Curahkan waktumu untuk menekuni fotografi dan menulis. Dua berkah terpendam yang Tuhan berikan padamu. Kembangkan dan gunakan semaksimal mungkin untuk kepentingan sesama dan semesta. Curahkan waktumu untuk membantu orang untuk berani memulai berwirausaha melalui peluang bisnis franchise perusahaanmu. Melalui sharing pengalamanmu, lisan maupun tulisan. Dengan begitu kamu sedikit banyak punya andil dalam mengurangi pengangguran di negeri ini. Salah satu hal yang jadi cita-citamu dari dulu.
Dan diatas segalanya, kamu akan punya lebih banyak waktu untuk orang-orang yang kamu cintai. Istri dan tiga permata hatimu. Dan kamu akan punya lebih banyak waktu untuk mengenal dirimu dan Tuhanmu. Biarkan ‘Lentera Jiwa’-nya Nugie terngiang terus di telingamu. Agar kamu selalu diingatkan, bahwa di kehidupan ini kamu mengemban misi mulia dari Tuhan yang harus dituntaskan.
Selamat.. kamu sudah memutuskan! //
Saya sertakan disini text lagu Lentera Jiwa-nya Nugie, lagu yg selalu saya putar di laptop, di BB, dan bahkan saya jadikan ringback tone sampai sekarang :
lama sudah kumencari apa yang hendak kulakukan sgala titik kujelajahi tiada satupun kumengerti tersesatkah aku disamudra hidupku kata-kata yang kubaca terkadang tak mudah kucerna , bunga-bunga dan rerumputan bilakah kau tahu jawabnya inikah jalanku inikah takdirku reff: kubiarkan kumengikuti suara dalam hati , yang slalu membunyikan cinta , kupercaya dan kuyakini murninya nurani menjadi penunjuk jalanku, lentera jiwaku...
Setiap selesai sholat, dan tiap ada kesempatan, selalu saya bawa dalam doa target saya tersebut. Do your utmost, and leave the rest to God. Manusia hanya bisa berusaha dan berdoa, Tuhan yang menetukan. Doa artinya mengajak. Mengajak Tuhan dalam langkah kita. Ber-teamwork dengan Tuhan. Jika Tuhan sudah bersama kita, apa yang kita takutkan?
Tiap hari, tiap saat, terutama saat bangun pagi, saya tatap kertas tempelan target di lemari baju atau di dinding kamar mandi itu. Saya baca dan resapi. Saya tempelkan telapak tangan di kertas itu. Saya bayangkan hari dimana peristiwa tersebut terjadi. Kadang tanpa sadar air mata bahagia membasahi pelupuk mata.
Saya bayangkan perasaan saya saat itu. Hari terakhir ketika berangkat ke kantor tanpa beban. Hari terakhir saya harus bergegas berangkat pagi buta, ngojek ke Stasiun Depok. Hari terakhir saya harus berdesak-desakan di dalam kereta ekspres AC, yang kadang mati AC-nya. Hari itu hari terakhir saya menjadi karyawan. Tidak perlu lagi berkutat dengan hal-hal teknis spesifik. Tidak perlu dikejar deadline kerjaan yang bikin stres.
Saya bayangkan menyalami untuk terakhir kalinya bos-bos saya, rekan-rekan kerja saya, satu departemen dan lain departemen, sampai ke office boy. Saat rekan-rekan saya bertanya, pertanyaan klasik yang dilontarkan saat salah seorang rekan resign, “Mau pindah kemana?” Saya jawab, “Pensiun pak”. Saya yakin mereka akan surprise dengan jawaban itu, mengingat umur saya yang belum 55 tahun.. hehe.
Saya kirimkan email terakhir dari akun email kantor saya, farewell email, seperti yang biasa dilakukan rekan-rekan lain saat resign. Saya akan ceritakan kenapa saya mengambil keputusan untuk pensiun dini. Semoga dari mereka yang membacanya ada yang tersentuh, bahwa berbisnis sambil bekerja itu bisa dilakukan. Mungkin ada yang tergerak untuk mulai membuka usaha. Awalnya dilakukan sendiri, lalu suatu saat dia akan butuh karyawan. Walaupun hanya satu karyawan yang dia rekrut, itu artinya sudah membantu mengurangi pengangguran. Hal yang menjadi masalah besar negeri ini.
Tiba lah saatnya sore menjelang. Saat pulang kantor untuk terakhir kalinya. Saat pulang kantor tidak harus kembali lagi esok paginya. Saya benar-benar membayangkan perasaan saya saat itu. Betapa kebahagiaan menderu-deru di dada. Saya bayangkan saya melangkah keluar gedung kantor lambat-lambat. Biasanya saya pulang selalu dalam keadaan terburu-buru, menumpang taksi dengan beberapa rekan kantor menuju Stasiun Sudirman, untuk mengejar jadwal kereta ekspres ke Depok. Jadi kali ini saya akan menikmatinya. Berjalan lambat-lambat.
Kali ini tidak langsung keluar ke pintu gerbang, tapi berjalan ke ujung dinding pembatas jalan. Saya naik ke batu pembatas jalan itu. Lalu saya rentangkan kedua tangan ini lebar-lebar. Dan saya hirup dalam-dalam udara sore memenuhi rongga dada. Udara kebebasan. Saya bayangkan semua jerih payah saya selama 12 tahun, dengan mencurahkan segenap tenaga, biaya, dan waktu, bersimbah keringat dan airmata untuk mewujudkan impian ini, menjadi tidak ada artinya dibanding hirupan nafas kebebasan ini.
Dan saya akan teriak (mungkin cukup dalam hati) “Freedooommm…!” Seperti teriakan Sir William Wallace dalam “BraveHeart” saat lehernya dipancung algojo karena tidak mau mengakui rezim penjajah negerinya.
Ahh.. betapa mahalnya harga sebuah kebebasan. Alhamdulillah.. Terimakasih Tuhan, hari ini semua yang selalu saya bayangkan jadi kenyataan.
Depok 1 Juli 2011
Independence Day
Tempelan kertas afirmasi di pintu lemari, di antara karya anak-anak dan di dinding kamar mandi. Tertulis 29 April 2011, itu adalah target menyerahkan resignation-letter, karena di kantor saya butuh 2-month notice.
Bukan saya tidak suka dengan pekerjaan saya yang sekarang. Bukan tidak puas dengan gajinya (ehem..). Tapi ada yang lebih penting yang harus saya kerjakan. Adalah purpose of life saya. Dan itu tidak bisa saya lakukan optimal jika saya masih mengabdikan waktu saya 6 to 6 (termasuk perjalanan pulang-pergi kantor, jadi bukan hanya 9 to 5) untuk orang lain.
Mewujudkan ini pastinya bukan hal yang mudah. Penuh perjuangan, doa, keringat dan airmata. Perlu keberanian untuk keluar dari comfort zone sebagai karyawan. Dari dunia yang tiap akhir bulan pasti dapat penghasilan, ke dunia wirausaha yang penghasilannya tidak pasti. Semoga 'tidak pasti'nya adalah tiap bulan 'naik' hehe.. Saya punya keluarga yang harus saya nafkahi, istri dan tiga anak. Tentunya saya tidak mau secara gegabah pindah kuadran begitu saja.
Saya mulai serius membangun usaha saat pertama kalinya saya terjun dalam bisnis network marketing, atau lebih dikenal dengan sebutan MLM (multi level marketing). 8 tahun saya membangun bisnis tersebut sampai suatu saat kepindahan rumah ke Depok dan beberapa hal membuat saya tidak meneruskan bisnis tersebut.
Setelah itu, 2 tahun saya vakum dari dunia bisnis. 2 tahun yang menyiksa buat saya. Karena di bisnis MLM, saya sudah terbiasa selalu punya impian dan goal yang akan dikejar. Dan 2 tahun itu, saya hidup tanpa impian dan target. Tanpa tujuan. Sehari-hari berjalan seperti air mengalir. Hidup seperti zombie.
Sampai akhirnya di Februari 2009 ‘hidayah’ datang dan saya membangun beberapa usaha. Ada yang terpaksa tutup, ada yang so-so, ada yang berkembang pesat, itulah Semerbak Coffee. Cerita selengkapnya bisa dibaca di sini. Saya belajar di bisnis MLM, bahwa impian dan goal harus ditulis, ditempel dan dibaca tiap hari. Afirmasi istilahnya. Itu selalu saya praktekkan setiap punya goal. Saya tulis goalnya, berikut tanggal targetnya. Begitu pula goal untuk keluar dari dunia karyawan ini.
Tapi tempelan untuk goal ini telah berulang kali dipasang-copot. Berulang kali pula tanggal targetnya berganti. Menjadi moving target. Sampai saat saya menuliskan target ini dua tahun yang lalu, keyakinan itu begitu kuat. Saya tuliskan QUIT JOB dan FREEDOM beserta tanggal targetnya. Saya tempel di pintu lemari dan di kamar mandi. Kali ini tidak bisa bergeser lagi! Saya juga menulis di resolusi 2011 saya, salah satunya adalah 'pensiun dini'.
Pada awal tahun, kebetulan Soyjoy mengadakan lomba penulisan Resolusi 2011, saya kirim lah resolusi pensiun dini 2011 itu dan Alhamdulillah resolusi saya memenangkan kontes tersebut. Dan berhak membawa pulang sebuah Apple iPad (Cerita selengkapnya ada di sini). Di tulisan tersebut, saya janji akan menampilkan tulisan resolusi saya itu pada saat yang tepat. Sekarang lah waktunya.
Seperti inilah resolusi yang saya submit ke kontes menulis Resolusi 2011 Soyjoy :
// Dear Kamu, Tahun ini menjadi tonggak sejarah hidupmu. Peristiwa yang kamu impikan sejak 12 tahun lalu menjadi kenyataan. Saatnya ambil keputusan untuk RESIGN dari perusahan tempat kamu bekerja, dan PENSIUN dari dunia karyawan. Pensiun Muda! Tidak ada saat yang tepat selain tahun ini.
Jangan bimbang. Jangan ragu. Percaya Tuhan Maha Kaya dan Maha Menunjukkan. Bertransformasilah, dari orang yang menadahkan tangan - meminta gaji, menjadi Tangan di Atas, yang memberikan gaji. Bisnis luar kantor yang kamu rintis dan bangun dua tahun terakhir, akan semakin berkembang dan membesar. InsyaAllah. Kini saatnya kamu menjawab panggilan hatimu. Listen to your inner voice. Reply to your calling.
Curahkan waktumu untuk menekuni fotografi dan menulis. Dua berkah terpendam yang Tuhan berikan padamu. Kembangkan dan gunakan semaksimal mungkin untuk kepentingan sesama dan semesta. Curahkan waktumu untuk membantu orang untuk berani memulai berwirausaha melalui peluang bisnis franchise perusahaanmu. Melalui sharing pengalamanmu, lisan maupun tulisan. Dengan begitu kamu sedikit banyak punya andil dalam mengurangi pengangguran di negeri ini. Salah satu hal yang jadi cita-citamu dari dulu.
Dan diatas segalanya, kamu akan punya lebih banyak waktu untuk orang-orang yang kamu cintai. Istri dan tiga permata hatimu. Dan kamu akan punya lebih banyak waktu untuk mengenal dirimu dan Tuhanmu. Biarkan ‘Lentera Jiwa’-nya Nugie terngiang terus di telingamu. Agar kamu selalu diingatkan, bahwa di kehidupan ini kamu mengemban misi mulia dari Tuhan yang harus dituntaskan.
Selamat.. kamu sudah memutuskan! //
Saya sertakan disini text lagu Lentera Jiwa-nya Nugie, lagu yg selalu saya putar di laptop, di BB, dan bahkan saya jadikan ringback tone sampai sekarang :
lama sudah kumencari apa yang hendak kulakukan sgala titik kujelajahi tiada satupun kumengerti tersesatkah aku disamudra hidupku kata-kata yang kubaca terkadang tak mudah kucerna , bunga-bunga dan rerumputan bilakah kau tahu jawabnya inikah jalanku inikah takdirku reff: kubiarkan kumengikuti suara dalam hati , yang slalu membunyikan cinta , kupercaya dan kuyakini murninya nurani menjadi penunjuk jalanku, lentera jiwaku...
Setiap selesai sholat, dan tiap ada kesempatan, selalu saya bawa dalam doa target saya tersebut. Do your utmost, and leave the rest to God. Manusia hanya bisa berusaha dan berdoa, Tuhan yang menetukan. Doa artinya mengajak. Mengajak Tuhan dalam langkah kita. Ber-teamwork dengan Tuhan. Jika Tuhan sudah bersama kita, apa yang kita takutkan?
Tiap hari, tiap saat, terutama saat bangun pagi, saya tatap kertas tempelan target di lemari baju atau di dinding kamar mandi itu. Saya baca dan resapi. Saya tempelkan telapak tangan di kertas itu. Saya bayangkan hari dimana peristiwa tersebut terjadi. Kadang tanpa sadar air mata bahagia membasahi pelupuk mata.
Saya bayangkan perasaan saya saat itu. Hari terakhir ketika berangkat ke kantor tanpa beban. Hari terakhir saya harus bergegas berangkat pagi buta, ngojek ke Stasiun Depok. Hari terakhir saya harus berdesak-desakan di dalam kereta ekspres AC, yang kadang mati AC-nya. Hari itu hari terakhir saya menjadi karyawan. Tidak perlu lagi berkutat dengan hal-hal teknis spesifik. Tidak perlu dikejar deadline kerjaan yang bikin stres.
Saya bayangkan menyalami untuk terakhir kalinya bos-bos saya, rekan-rekan kerja saya, satu departemen dan lain departemen, sampai ke office boy. Saat rekan-rekan saya bertanya, pertanyaan klasik yang dilontarkan saat salah seorang rekan resign, “Mau pindah kemana?” Saya jawab, “Pensiun pak”. Saya yakin mereka akan surprise dengan jawaban itu, mengingat umur saya yang belum 55 tahun.. hehe.
Saya kirimkan email terakhir dari akun email kantor saya, farewell email, seperti yang biasa dilakukan rekan-rekan lain saat resign. Saya akan ceritakan kenapa saya mengambil keputusan untuk pensiun dini. Semoga dari mereka yang membacanya ada yang tersentuh, bahwa berbisnis sambil bekerja itu bisa dilakukan. Mungkin ada yang tergerak untuk mulai membuka usaha. Awalnya dilakukan sendiri, lalu suatu saat dia akan butuh karyawan. Walaupun hanya satu karyawan yang dia rekrut, itu artinya sudah membantu mengurangi pengangguran. Hal yang menjadi masalah besar negeri ini.
Tiba lah saatnya sore menjelang. Saat pulang kantor untuk terakhir kalinya. Saat pulang kantor tidak harus kembali lagi esok paginya. Saya benar-benar membayangkan perasaan saya saat itu. Betapa kebahagiaan menderu-deru di dada. Saya bayangkan saya melangkah keluar gedung kantor lambat-lambat. Biasanya saya pulang selalu dalam keadaan terburu-buru, menumpang taksi dengan beberapa rekan kantor menuju Stasiun Sudirman, untuk mengejar jadwal kereta ekspres ke Depok. Jadi kali ini saya akan menikmatinya. Berjalan lambat-lambat.
Kali ini tidak langsung keluar ke pintu gerbang, tapi berjalan ke ujung dinding pembatas jalan. Saya naik ke batu pembatas jalan itu. Lalu saya rentangkan kedua tangan ini lebar-lebar. Dan saya hirup dalam-dalam udara sore memenuhi rongga dada. Udara kebebasan. Saya bayangkan semua jerih payah saya selama 12 tahun, dengan mencurahkan segenap tenaga, biaya, dan waktu, bersimbah keringat dan airmata untuk mewujudkan impian ini, menjadi tidak ada artinya dibanding hirupan nafas kebebasan ini.
Dan saya akan teriak (mungkin cukup dalam hati) “Freedooommm…!” Seperti teriakan Sir William Wallace dalam “BraveHeart” saat lehernya dipancung algojo karena tidak mau mengakui rezim penjajah negerinya.
Ahh.. betapa mahalnya harga sebuah kebebasan. Alhamdulillah.. Terimakasih Tuhan, hari ini semua yang selalu saya bayangkan jadi kenyataan.
Depok 1 Juli 2011
Independence Day
Tempelan kertas afirmasi di pintu lemari, di antara karya anak-anak dan di dinding kamar mandi. Tertulis 29 April 2011, itu adalah target menyerahkan resignation-letter, karena di kantor saya butuh 2-month notice.
0
8.6K
48
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan