- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Masih gunakan kayu bakar, Indonesia dianggap negara miskin


TS
4l4i
Masih gunakan kayu bakar, Indonesia dianggap negara miskin
Quote:
Quote:
Masih gunakan kayu bakar, Indonesia dianggap negara miskin
Quote:

Quote:
Jika Anda berkunjung ke daerah pedalaman dan pedesaan, tumpukan kayu kering yang dipotong kecil-kecil jadi pemandangan yang tidak asing. Kayu-kayu tersebut adalah kayu bakar yang digunakan masyarakat untuk memasak.
Tidak dipungkiri bahwa masih banyak rakyat Indonesia yang masih menggunakan cara-cara tradisional dalam kehidupan sehari-hari. Di era modern di mana gas sudah sangat mudah diperoleh dan digunakan untuk memasak, sebagian besar masyarakat justru masih menggunakan cara tradisional. Yaitu memasak menggunakan kayu bakar.
Salah satunya adalah Hendri. Warga Klaten, Jawa Tengah ini mengaku masih menggunakan kayu bakar untuk memasak. Makanan di warung makan yang dikelolanya, dimasak menggunakan kayu bakar. Dia punya alasan sendiri masih menggunakan kayu bakar.
"Kalau dimasak pakai kayu bakar rasanya beda dengan kalau pakai gas," ujar Hendri kepada merdeka.com, Rabu (19/6).
Di kampungnya, hampir sebagian besar masyarakatnya masih menggunakan kayu bakar untuk memasak. Menurutnya, memasak menggunakan kayu bakar sudah semacam menjadi kebiasaan yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan sehari-hari.
Meski demikian dia tidak menampik ada juga yang sudah meninggalkan kayu bakar dan beralih menggunakan gas. Terlebih sejak program pemerintah mengkonversi minyak ke gas yang digalakkan beberapa tahun lalu.
Lantaran masih banyak masyarakat di kampungnya yang mengandalkan kayu bakar untuk memasak, bisnis kayu bakar di daerahnya pun terbilang cukup laris. "Ada yang jual (kayu bakar). Tiap hari selalu dikirim ke warung. Tidak mahal juga harganya," ucapnya.
Hendri adalah satu dari ratusan juta rakyat Indonesia yang masih menggunakan kayu bakar untuk memasak. Berdasarkan data dari International Energy Agency (IEA) yang berpusat di Amerika, ada sekitar 124 juta penduduk Indonesia yang bergantung pada biomassa padat tradisional yakni kayu bakar dan arang yang digunakan untuk memasak.
Karena masih banyak masyarakat yang menggunakan kayu bakar, Indonesia dianggap sebagai salah satu negara miskin di dunia sehingga dipandang memiliki tingkat keberhasilan tinggi jika menjalankan program Sustainable Energy for All (SEfA) yang diluncurkan pada tahun 2011 oleh Sekjen PBB, Ban Ki Moon.
Penilaian ini menjadi kontraproduktif jika disandingkan dengan data makro ekonomi Indonesia di mana saat ini Indonesia masuk dalam jajaran 20 negara dengan ekonomi terbesar di dunia. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat berdasarkan data produk domestik bruto (PDB) pendapatan per kapita masyarakat Indonesia pada 2012 mencapai Rp 33,3 juta atau USD 3.562,6 per tahun. Angka ini mengalami kenaikan dibanding tahun sebelumnya yang hanya Rp 30,4 juta atau USD 3.498,2 per tahun.
Bahkan, Presiden Susilo Bambang yudhoyono (SBY) sendiri membanggakan kinerja ekonomi Indonesia yang kini sudah diperhitungkan dalam percaturan ekonomi regional hingga global.
"Saudara tahu Indonesia sudah disebut negara terbesar dan terkuat di kawasan Asia Tenggara, tahun-tahun terakhir sudah memiliki peran penting di Asia Timur," kata SBY di Bali, akhir pekan lalu.
"Kita sudah ikut G20 dan lain-lain. Karenanya kita sudah global player," tegasnya.
Tidak dipungkiri bahwa masih banyak rakyat Indonesia yang masih menggunakan cara-cara tradisional dalam kehidupan sehari-hari. Di era modern di mana gas sudah sangat mudah diperoleh dan digunakan untuk memasak, sebagian besar masyarakat justru masih menggunakan cara tradisional. Yaitu memasak menggunakan kayu bakar.
Salah satunya adalah Hendri. Warga Klaten, Jawa Tengah ini mengaku masih menggunakan kayu bakar untuk memasak. Makanan di warung makan yang dikelolanya, dimasak menggunakan kayu bakar. Dia punya alasan sendiri masih menggunakan kayu bakar.
"Kalau dimasak pakai kayu bakar rasanya beda dengan kalau pakai gas," ujar Hendri kepada merdeka.com, Rabu (19/6).
Di kampungnya, hampir sebagian besar masyarakatnya masih menggunakan kayu bakar untuk memasak. Menurutnya, memasak menggunakan kayu bakar sudah semacam menjadi kebiasaan yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan sehari-hari.
Meski demikian dia tidak menampik ada juga yang sudah meninggalkan kayu bakar dan beralih menggunakan gas. Terlebih sejak program pemerintah mengkonversi minyak ke gas yang digalakkan beberapa tahun lalu.
Lantaran masih banyak masyarakat di kampungnya yang mengandalkan kayu bakar untuk memasak, bisnis kayu bakar di daerahnya pun terbilang cukup laris. "Ada yang jual (kayu bakar). Tiap hari selalu dikirim ke warung. Tidak mahal juga harganya," ucapnya.
Hendri adalah satu dari ratusan juta rakyat Indonesia yang masih menggunakan kayu bakar untuk memasak. Berdasarkan data dari International Energy Agency (IEA) yang berpusat di Amerika, ada sekitar 124 juta penduduk Indonesia yang bergantung pada biomassa padat tradisional yakni kayu bakar dan arang yang digunakan untuk memasak.
Karena masih banyak masyarakat yang menggunakan kayu bakar, Indonesia dianggap sebagai salah satu negara miskin di dunia sehingga dipandang memiliki tingkat keberhasilan tinggi jika menjalankan program Sustainable Energy for All (SEfA) yang diluncurkan pada tahun 2011 oleh Sekjen PBB, Ban Ki Moon.
Penilaian ini menjadi kontraproduktif jika disandingkan dengan data makro ekonomi Indonesia di mana saat ini Indonesia masuk dalam jajaran 20 negara dengan ekonomi terbesar di dunia. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat berdasarkan data produk domestik bruto (PDB) pendapatan per kapita masyarakat Indonesia pada 2012 mencapai Rp 33,3 juta atau USD 3.562,6 per tahun. Angka ini mengalami kenaikan dibanding tahun sebelumnya yang hanya Rp 30,4 juta atau USD 3.498,2 per tahun.
Bahkan, Presiden Susilo Bambang yudhoyono (SBY) sendiri membanggakan kinerja ekonomi Indonesia yang kini sudah diperhitungkan dalam percaturan ekonomi regional hingga global.
"Saudara tahu Indonesia sudah disebut negara terbesar dan terkuat di kawasan Asia Tenggara, tahun-tahun terakhir sudah memiliki peran penting di Asia Timur," kata SBY di Bali, akhir pekan lalu.
"Kita sudah ikut G20 dan lain-lain. Karenanya kita sudah global player," tegasnya.
Apakah jumlah penduduk yang masih menggunakan kayu bakar untuk memasak bisa dijadikan indikator miskinnya sebuah negara?
____source
Quote:
Kemodern-an ga harus melupakan darimana kita berasal 
palingan proyekan si PBB ga jelas itu buat jualan program SeFA

palingan proyekan si PBB ga jelas itu buat jualan program SeFA
Diubah oleh 4l4i 20-06-2013 04:49
0
8.8K
Kutip
122
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan