- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Mengenal Kusni Kasdut, Penjahat Legendaris Berhati Patriotik


TS
kampretosz83
Mengenal Kusni Kasdut, Penjahat Legendaris Berhati Patriotik
Quote:

NAMA Kusni Kasdut di era 70-an menjadi buah bibir hampir di semua kalangan. Pria legendaris dengan kaki timpang kirinya ini terjun ke dunia hitam setelah sempat menjadi pejuang kemerdekaan Indonesia. Pada masa revolusi kemerdekaan, ia tergabung tak resmi sebagai laskar rakyat yang bahu membahu bersama TNI.
Justru kebingungan menghinggapinya setelah akhir masa revolusi. Niat bergabung secara resmi dengan TNI ditolak. Ia kian menambah daftar pengangguran di negeri ini. Akibat ekonomi sulit, Kusni terpaksa menghidupi anak dan istri dari hasil merampok.
Waluyo adalah nama asli anak petani miskin di Blitar yang dihukum mati atas sejumlah kejahatan yang dibuatnya. Sebut saja, mulai dari menembak mati seorang polisi di Semarang, lalu membunuh saudagar kaya asal Arab dan merampok empat artefak di Museum Gajah serta sebelas permata di Monas.
Semua perbuatan jahatnya dilakukan usai ia bergabung dengan Bir Ali, yang merupakan suami penyanyi Ellya Khadam. Dengan modal sebuah pistol, secara kejam dia merampok dan membunuh saudagar kaya asal Arab, Ali Badjened dari dalam mobil jeep yang dikemudikannya.
Satu tahun kemudian adalah aksinya yang paling menggemparkan, yaitu pada Mei 1961 ia merampok secara membabi buta di Museum Nasional Jakarta. Dengan menyamar ala polisi, ia menyandera dan menembak mati seorang petugas museum.
Dalam aksinya, kusni berhasil membawa sebelas permata. Namun malang tak dapat ditolak, ia tertangkap saat menggadaikan permata tersebut di Semarang. Petugas pegadaian yang curiga segera melapor ke pihak berwajib dan ia segera ditangkap.
Perlu diketahui, Kusni adalah penjahat ‘antik’, ia merampok barang-barang antik dan tak segan-segan untuk membunuh korbannya untuk menghilangkan jejak. Pria bertubuh kurus itu pun dijuluki sebagai Robin Hood Indonesia karena hasil rampokannya yang dibagikan kepada orang miskin.
Namun, apapun alasannya, kejahatan tetap kejahatan. Ia divonis hukuman mati atas sejumlah kejahatan yang telah dilakukannya. 16 Februari 1980 adalah saat dimana ia menjalani eksekusi hukuman matinya.
Dikenal sebagai si kancil yang gesit dan banyak akal, Kusni membuktikan dengan berhasilnya ia kabur dari penjara sebanyak tujuh kali. Hukuman tetaplah hukuman. Sebelum menjelang ajalnya, ia sempat bertaubat usai bertemu dengan pengemuka agama katolik, ia pun memutuskan untuk menjadi pengikut setianya yang langsung dibaptis dengan nama Ignatius Kusni Kasdut.
Detik-detik menegangkan adalah saat sembilan jam terakhir Kusni. Ia meminta agar istri, Sunarti dan anak serta menantu menemaninya sambil menikmati makanan enak terakhir, yaitu ayam goreng, sayur capcai dan mie.
Sebagai wujud pertaubatannya, Kusni membuat sebuah lukisan dari batang pohon pisang yang mana sampai sekarang lukisan itu masih terpajang di dinding gereja Katedral, Jakarta Pusat. Ya, lukisan itu adalah gambar gereja itu sendiri lengkap dengan menara dan arsitektur bangunannya yang unik.
Sebagai kenang-kenangan, sebuah puisi sebagai lambang pertaubatannya, ditulisnya dengan berjudul haru biru:
Kehidupan adalah perlawanan tanpa penyesalan.
Kesalahan hanyalah lawan kata kebenaran.
Selanjutnya engkau pasti tahu.
Tahun 1976 ku bertobat.
Semua yang ada tak selalu terlihat.
Jarak antar saat begitu dekat.
Situasilah yang memaksa dan membuat ku berlari.
Rindukan terang.
Pada pekat malam ku terjang.
Serpihan paku, kaca dan kawat berduri.
Bulan tak peduli turuti kata hati.
Hati menderu-deru, belenggu memburu.
Beradu cepat dengan peluru.
Kusadari hidupku hanya menunggu.
Suara dua belas senapan dalam satu letupan.
Satu aba-aba pada sasaran.
Yaitu ajalku..
Kesalahan hanyalah lawan kata kebenaran.
Selanjutnya engkau pasti tahu.
Tahun 1976 ku bertobat.
Semua yang ada tak selalu terlihat.
Jarak antar saat begitu dekat.
Situasilah yang memaksa dan membuat ku berlari.
Rindukan terang.
Pada pekat malam ku terjang.
Serpihan paku, kaca dan kawat berduri.
Bulan tak peduli turuti kata hati.
Hati menderu-deru, belenggu memburu.
Beradu cepat dengan peluru.
Kusadari hidupku hanya menunggu.
Suara dua belas senapan dalam satu letupan.
Satu aba-aba pada sasaran.
Yaitu ajalku..
(Dinda Chairina)
SUMUR
0
49.2K
Kutip
149
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan