- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
CEKODOT GAN: Opini Menarik Tentang Perayaan Valentine Bagi Muslim Kekinian.
TS
saif07
CEKODOT GAN: Opini Menarik Tentang Perayaan Valentine Bagi Muslim Kekinian.
Malam gan..! 
Ane punya sesuatu buat agan yang suka masih bingung tentang Valentine, yaa walaupun terlambat sih gan..
yaa intinya kan maseh februari gan...
yuk kita baca bareng gan..
Hari ini, tanggal 14 Pebruari 2016 mayoritas orang merayakan hari kasih sayang di kebanyakan Negara. Tapi entah kenapa di negeri saya sendiri, hal itu menjadi kontroversial, dan itu yang membuat terbesit untuk menuliskan apa makna dari 14 Pebruari itu sebenarnya (tentunya versi saya). Banyaknya alasan-alasan yang diungkapkan oleh beberapa orang yang cukup berilmu dalam agama menyatakan alasannya kenapa memperingati/merayakan hari valentine itu diharamkan untuk kita yang muslim. Itulah yang membuat saya tertarik untuk memahami setiap alasan-alasan dan pengaitannya dengan apa yang dilakukan oleh banyak orang terlepas dari usianya.
Kalimat yang paling sering saya dengar alasan kenapa valentine itu dilarang, adalah “Meniru-niru orang kafir” yang didasarkan pada hadits riwayat Ahmad dan Abu Dawud. Syaikhul Islam dalam Iqtidho’ halaman 1/269 yang berbunyi “Man tasyabaha bi qaumin, fahuwa minhum” yang artinya “Barang siapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” Ada benarnya memang kalau hadits ini dijadikan sebagai alasan utama kenapa valentine itu dilarang, tapi yang jadi pertanyaan saya adalah, cukup adilkah kita menerapkan landasan itu dalam kehidupan sehari-hari kita?. Bahkan ada yang menyatakan bahwa dengan kita turut serta merayakan valentine itu berarti “Ikut menuhankan Yesus”, dan “mendekatkan diri pada kemaksiatan”, itu membuat saya berfikir keras apa yang menjadi korelasi antara pernyataan itu dengan valentine era modern ini.
Saya berfikir, sepertinya saya terjebak oleh pandangan terhadap sejarah tentang valentine itu sendiri yang saya sendiri tidak percaya penuh apalagi mengakui dan mengamininya. Selain itu ada banyak versi tentang sejarah valentine yang membuat saya bingung, belum lagi sejarah-sejarah tentang perayaan kesuburan bulan Pebruari, hari raya gereja, Valentinus, era abad pertengahan dan hari valentine di era modern itu sendiri. Tapi seperti kebanyakan orang tahu dan senada dengan apa yang terdapat pada Ensiklopedia Katolik tahun 1908, bahwa valentine berkaitan dengan Paus Gelasius I menetapkan 14 Pebruari sebagai hari raya Santo Valentinus, untuk mengungguli hari raya Lupercalia yang dirayakan pada 15 Pebruari. Tapi terlepas dari itu, apakah saya berfikiran bahwa akan merayakan itu, atau melibatkan diri pada hal itu? Tentu tidak, karena saya juga tidak punya kepentingan untuk merayakan atau memperingatinya juga. Saya hanya ingin memeriahkan hari yang dikenal sebagai hari kasih sayang itu menjadi bagian dari diri saya. Kenapa? Ya karena saya manusia biasa yang punya rasa kasih sayang yang harus saya jaga. Jadi kenapa tidak untuk saya interpretasikan dalam hari yang bertanggal 14 feburuari itu? Saya tidak pernah merasa atau terbesit sedikit pun untuk memperingati tentang hari yang bersejarah itu. Yang saya tahu, 14 Pebruari adalah hari kasih sayang yang diakui kebanyakan orang. Karena saya tidak terlahir pada zaman dahulu kala. Maka bagi saya sejarah itu antara percaya atau tidak, dan juga bukan menjadi kewajiban saya untuk mempercayai itu. Jadi apa masalahnya?
Sedangkan seperti yang dikutip dari Situs Kenduri Cinta-nya Emha Ainun Najib, atau yang akrab dipanggil Cak Nun mengemukakan: Jika Valentine Day diartikan sebagai hari kasih sayang, maka dalam mufrodat ada kesamaannya, yakni “Yaumul Marhamah” atau bahasa inggrisnya “Valentine Islamic Day”. Ini dikatakan Cak Nun karena merujuk pada histori “Fathu Mekkah” yang di dalam Al-Qur’an sebagai “Fathu Mubina”. Kemenangan yang nyata, terjadi pada 10 Ramadhan tahun 8 Hijriyah. Dimana kala itu, pasukan Islam merebut kembali kota Makkah. Diizinkan Allah, memperoleh kemenangan besar dengan ribuan tawanan musuh diberi amnesti massal. Rasulullah SAW berpidato kepada ribuan tawanan perang saat itu “… hadza laisa yaumil malhamah, wa lakinna hadza yaumul marhamah, wa antumut thulaqa” yang artinya “wahai manusia, hari ini bukan hari pembantaian, melainkan hari ini adalah hari kasih sayang, dan kalian semua merdeka kembali ke keluarga kalian masing-masing”.
Saya sendiri merasa, bahwa hari 14 Pebruari adalah hari yang menjadi hal yang tidak ada salahnya untuk saya lakukan atau tidak saya enggan dilakukan. Alhamdulillah, saya selalu bersemangat untuk itu, entah saya melakukan terhadap sanak keluarga, teman, atau bahkan kekasih saya. Yang pasti, saya hanya ingin mengekspresikan kasih sayang di hari itu kepada orang-orang terdekat saya. Apa cuma gara-gara menirukan hal-hal yang dilakukan oleh luar muslim dan tidak ada kebiasaan pada jaman nabi itu menjadi tidak boleh (haram) untuk saya? Kalau iya, apakah saya menulis opini saya dengan laptop dan internet ini juga menjadi haram? Atau kita yang sehari-hari dihabiskan dengan bersosial media melalui facebook, twitter, path, instagram juga menjadi haram? Bukankan kalau kita lihat dari sisi manfaatnya juga sama. Sama-sama menjalin shilaturahmi dan kasih sayang dengan maksud dan tujuan tertentu. Bukankah itu hal yang baik untuk kita lakukan? Sekarang kalau kita tela’ah bersama, berapa persen kegiatan keseharian kita yang tidak dilakukan oleh nabi jaman dahulu, dan juga kegiatan sehari-hari kita yang “meniru-niru” kaum dilabelkan “kafir” itu? Tapi apakah pernah kita melandaskan hadits tersebut untuk sekedar pakai handphone yang juga punya sisi mudharat-nya?..........
Untuk lebih jelasnya yuk gan kita baca selanjutnyaDI SINI 
Sumber http://www.formasirua.or.id/opini/sa...mesti-dilarang
Ane punya sesuatu buat agan yang suka masih bingung tentang Valentine, yaa walaupun terlambat sih gan.. yaa intinya kan maseh februari gan... yuk kita baca bareng gan..Saya Hanya Ingin Berkasih Sayang, Kenapa Mesti Dilarang?
Hari ini, tanggal 14 Pebruari 2016 mayoritas orang merayakan hari kasih sayang di kebanyakan Negara. Tapi entah kenapa di negeri saya sendiri, hal itu menjadi kontroversial, dan itu yang membuat terbesit untuk menuliskan apa makna dari 14 Pebruari itu sebenarnya (tentunya versi saya). Banyaknya alasan-alasan yang diungkapkan oleh beberapa orang yang cukup berilmu dalam agama menyatakan alasannya kenapa memperingati/merayakan hari valentine itu diharamkan untuk kita yang muslim. Itulah yang membuat saya tertarik untuk memahami setiap alasan-alasan dan pengaitannya dengan apa yang dilakukan oleh banyak orang terlepas dari usianya.
Kalimat yang paling sering saya dengar alasan kenapa valentine itu dilarang, adalah “Meniru-niru orang kafir” yang didasarkan pada hadits riwayat Ahmad dan Abu Dawud. Syaikhul Islam dalam Iqtidho’ halaman 1/269 yang berbunyi “Man tasyabaha bi qaumin, fahuwa minhum” yang artinya “Barang siapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” Ada benarnya memang kalau hadits ini dijadikan sebagai alasan utama kenapa valentine itu dilarang, tapi yang jadi pertanyaan saya adalah, cukup adilkah kita menerapkan landasan itu dalam kehidupan sehari-hari kita?. Bahkan ada yang menyatakan bahwa dengan kita turut serta merayakan valentine itu berarti “Ikut menuhankan Yesus”, dan “mendekatkan diri pada kemaksiatan”, itu membuat saya berfikir keras apa yang menjadi korelasi antara pernyataan itu dengan valentine era modern ini.
Saya berfikir, sepertinya saya terjebak oleh pandangan terhadap sejarah tentang valentine itu sendiri yang saya sendiri tidak percaya penuh apalagi mengakui dan mengamininya. Selain itu ada banyak versi tentang sejarah valentine yang membuat saya bingung, belum lagi sejarah-sejarah tentang perayaan kesuburan bulan Pebruari, hari raya gereja, Valentinus, era abad pertengahan dan hari valentine di era modern itu sendiri. Tapi seperti kebanyakan orang tahu dan senada dengan apa yang terdapat pada Ensiklopedia Katolik tahun 1908, bahwa valentine berkaitan dengan Paus Gelasius I menetapkan 14 Pebruari sebagai hari raya Santo Valentinus, untuk mengungguli hari raya Lupercalia yang dirayakan pada 15 Pebruari. Tapi terlepas dari itu, apakah saya berfikiran bahwa akan merayakan itu, atau melibatkan diri pada hal itu? Tentu tidak, karena saya juga tidak punya kepentingan untuk merayakan atau memperingatinya juga. Saya hanya ingin memeriahkan hari yang dikenal sebagai hari kasih sayang itu menjadi bagian dari diri saya. Kenapa? Ya karena saya manusia biasa yang punya rasa kasih sayang yang harus saya jaga. Jadi kenapa tidak untuk saya interpretasikan dalam hari yang bertanggal 14 feburuari itu? Saya tidak pernah merasa atau terbesit sedikit pun untuk memperingati tentang hari yang bersejarah itu. Yang saya tahu, 14 Pebruari adalah hari kasih sayang yang diakui kebanyakan orang. Karena saya tidak terlahir pada zaman dahulu kala. Maka bagi saya sejarah itu antara percaya atau tidak, dan juga bukan menjadi kewajiban saya untuk mempercayai itu. Jadi apa masalahnya?
Sedangkan seperti yang dikutip dari Situs Kenduri Cinta-nya Emha Ainun Najib, atau yang akrab dipanggil Cak Nun mengemukakan: Jika Valentine Day diartikan sebagai hari kasih sayang, maka dalam mufrodat ada kesamaannya, yakni “Yaumul Marhamah” atau bahasa inggrisnya “Valentine Islamic Day”. Ini dikatakan Cak Nun karena merujuk pada histori “Fathu Mekkah” yang di dalam Al-Qur’an sebagai “Fathu Mubina”. Kemenangan yang nyata, terjadi pada 10 Ramadhan tahun 8 Hijriyah. Dimana kala itu, pasukan Islam merebut kembali kota Makkah. Diizinkan Allah, memperoleh kemenangan besar dengan ribuan tawanan musuh diberi amnesti massal. Rasulullah SAW berpidato kepada ribuan tawanan perang saat itu “… hadza laisa yaumil malhamah, wa lakinna hadza yaumul marhamah, wa antumut thulaqa” yang artinya “wahai manusia, hari ini bukan hari pembantaian, melainkan hari ini adalah hari kasih sayang, dan kalian semua merdeka kembali ke keluarga kalian masing-masing”.
Saya sendiri merasa, bahwa hari 14 Pebruari adalah hari yang menjadi hal yang tidak ada salahnya untuk saya lakukan atau tidak saya enggan dilakukan. Alhamdulillah, saya selalu bersemangat untuk itu, entah saya melakukan terhadap sanak keluarga, teman, atau bahkan kekasih saya. Yang pasti, saya hanya ingin mengekspresikan kasih sayang di hari itu kepada orang-orang terdekat saya. Apa cuma gara-gara menirukan hal-hal yang dilakukan oleh luar muslim dan tidak ada kebiasaan pada jaman nabi itu menjadi tidak boleh (haram) untuk saya? Kalau iya, apakah saya menulis opini saya dengan laptop dan internet ini juga menjadi haram? Atau kita yang sehari-hari dihabiskan dengan bersosial media melalui facebook, twitter, path, instagram juga menjadi haram? Bukankan kalau kita lihat dari sisi manfaatnya juga sama. Sama-sama menjalin shilaturahmi dan kasih sayang dengan maksud dan tujuan tertentu. Bukankah itu hal yang baik untuk kita lakukan? Sekarang kalau kita tela’ah bersama, berapa persen kegiatan keseharian kita yang tidak dilakukan oleh nabi jaman dahulu, dan juga kegiatan sehari-hari kita yang “meniru-niru” kaum dilabelkan “kafir” itu? Tapi apakah pernah kita melandaskan hadits tersebut untuk sekedar pakai handphone yang juga punya sisi mudharat-nya?..........
Untuk lebih jelasnya yuk gan kita baca selanjutnyaDI SINI
Sumber http://www.formasirua.or.id/opini/sa...mesti-dilarang
Diubah oleh saif07 20-02-2016 19:31
0
2.4K
20
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan