Kaskus

News

ts4l4saAvatar border
TS
ts4l4sa
AHOK Berani Gusur Kalijodo, Beranikah Gubernur AHER (PKS) Gusur pramuriaan di Puncak
Anggota DPR dukung Ahok gusur Kalijodo dan sikat bekingnya
Rabu, 17 Februari 2016 12:53

AHOK Berani Gusur Kalijodo, Beranikah Gubernur AHER (PKS) Gusur Pelacuran di Puncak

Merdeka.com - Anggota Komisi VIII DPR Kuswiyanto mendukung rencana Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang akan menggusur kawasan Kalijodo. Kuswiyanto mengatakan, prostitusi Kalijodo sudah ada sejak tahun 1963. Dia mendukung prostitusi di Kalijodo digusur walaupun ada bekingnya.

"Kami setuju dengan Kalijodo yang berkaitan dengan prostitusi harus digusur," kata dia di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (17/2).

Namun demikian, Kuswiyanto berpesan agar proses penggusurannya nanti harus manusiawi. Oleh karena itu, proses sosialisasi pemerintah harus maksimal dan upaya-upaya penanganan terhadap eks PSK juga harus efektif.

"Agar tidak menimbulkan kekerasan dan ketakutan. Setelah itu harus ada jalan keluarnya yang pertama tentu harus ada pelatihan sesuai dengan minat dan bakat, setelah ada pelatihan pemerintah memberikan modal, dan setelah itu ada pebinaan agar mereka hidup normal lagi," jelas politisi PAN ini.

Seperti diketahui, Ahok akan segera menggusur kawasan Kalijodo. Ahok ingin mengembalikan kawasan ini sebagai area hijau.
http://www.merdeka.com/peristiwa/ang...bekingnya.html


Kawasan Puncak makin terdesak fulus Arab & prostitusi
Minggu, 14 September 2014 05:01



Merdeka.com - Udara sejuk wilayah Puncak Bogor, Jawa Barat tidak hanya mengundang warga DKI Jakarta berbondong-bondong datang tiap akhir pekan. Keindahan alam dan cuacanya yang sejuk juga terdengar hingga Timur Tengah.

Warga puncak biasa menyebut para warga Timur Tengah itu sebagai 'orang Arab'. Sebutan itu dipakai lantaran mereka memiliki wajah khas, yaitu hidung besar mancung, berjenggot dan tentu memakai bahasa Arab.

Wilayah Cisarua, Puncak Bogor, tepatnya di sekitar Ciburial dan Warung Kaleng paling ramai disambangi orang Arab. Mulai kantor travel, minimarket, warung kelontong hingga tempat cukur rambut pasti memakai bahasa Arab.

Para pengusaha itu mengincar orang Arab agar mendatangi usahanya dan menerima fulus. Sebab, hanya segelintir warga Timur Tengah itu yang bisa memakai bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris.

Peneliti dan pengamat Tata Ruang Institut Pertanian Bogor (IPB), Ernan Rustia mengatakan, masyarakat Puncak Bogor mengalami krisis identitas dengan masuknya wisatawan asing, terutama Timur Tengah.

"Masyarakat di kawasan Puncak menyadari situasi yang mereka hadapi, krisis identitas, bekerja sebagai penjaga vila yang identik dengan prostitusi dan persoalan sosial, belum lagi budaya Arab yang mulai masuk," jelas Erna.

Menjelang sore, aktivitas orang Arab makin menggila. Menyewa villa atau hotel, mereka keluar dengan mobil sewaan. Kebanyakan mereka memakai supir orang Indonesia yang siap mengantar ke mana saja.

Kehebohan orang Arab di dalam mobil tak segan dipertontonkan. Berteriak-teriak sambil melambai-lambaikan tangan ke luar sudah jadi pemandangan biasa. Lama-lama warga menganggapnya sebagai hal biasa.

Seorang warga bernama Zaenudin menceritakan, banyaknya warga Arab di wilayah Cibuarial dan Warung Kaleng tentu mendata
http://www.merdeka.com/peristiwa/kaw...rostitusi.html


PSK Maroko Ditangkap di Puncak, Ini Tipe Pelanggan Mereka
KAMIS, 03 DESEMBER 2015 | 20:29 WIB

AHOK Berani Gusur Kalijodo, Beranikah Gubernur AHER (PKS) Gusur Pelacuran di Puncak
Wanita WNA asal Maroko yang diduga Pekerja Seks Komersil (PSK) menutup mukanya saat sejumlah awak media mengambil gambarnya di Direktorat Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM, Jakarta, 11 Juni 2015. Tempo/Dian Triyuli Handoko


TEMPO.CO, Bandung - Sebanyak sebelas pekerja seks komersial asal Maroko ditangkap oleh tim Reserse Kriminal Umum Kepolisian Daerah Jawa Barat di kawasan Cisarua, Kabupaten Bogor. Mereka diduga merupakan korban perdagangan manusia yang dilakukan muncikari berinisial ASM, yang juga berkewarganegaraan Maroko.

"Pengungkapan ini dimulai dari didapatkannya informasi dari tim di lapangan bahwa sudah lama ada tindak pidana penjualan orang dari luar negeri ke dalam negeri," ujar Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Jawa Barat Komisaris Besar Polisi Sulistio Pudjo kepada wartawan saat jumpa pers di Markas Polda Jawa Barat, Kamis, 3 Desember 2015

Ia mengatakan pengungkapan tersebut dilakukan pada Rabu malam, 2 Desember 2015. Tim polisi mendapatkan sebelas PSK dan dua muncikari. Bisnis PSK impor ini telah berlangsung selama hampir dua tahun. Adapun daerah operasi bisnis mereka berada di kawasan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. "Mereka (para PSK) ditampung di sebuah vila dan dua kafe di Cisarua," katanya.

Adapun para pelanggan PSK impor ini, Pudjo mengatakan, berasal dari berbagai kalangan. Kebanyakan para pelanggan berasal dari warga lokal. "Ada juga turis asing dan orang Timur Tengah," tutur Pudjo.

Dalam prakteknya, bisnis prostitusi tersebut mereka jalankan dengan cara menampung para PSK di sebuah vila dan kafe. Kemudian para pelanggan datang dengan perantara dua lelaki asal Indonesia.

Pudjo menambahkan, kedatangan para PSK tersebut ke Indonesia berawal dari ajakan muncikari ASM. ASM melihat pasar di Indonesia sangat potensial untuk menjajakan PSK asal luar negeri. "Muncikari melihat potensi perdagangan orang di Cisarua bagus. Lalu dia mendatangkan cewek-cewek dari Maroko," ucap Pudjo.

Rata-rata usia para PSK tersebut berkisar 20-30 tahun. Berdasarkan sumber dari tim penyidik kriminal umum Polda Jawa Barat, tarif sekali mengencani PSK impor ini berkisar Rp 5-7 juta.

Sejak ditangkap pada Rabu malam, 2 Desember 2015, belasan PSK dan dua muncikari tersebut diinapkan di Markas Polda Jawa Barat. Saat diekspos kepada para wartawan, belasan wanita yang rata-rata berpostur tinggi-besar ini tampak gusar. Salah satu dari mereka menggerutu menggunakan bahasa Maroko saat awak media mengambil gambarnya.

Selama diperlihatkan kepada wartawan, penutup kepala hampir tak pernah lepas dari genggaman mereka. Ada yang menutup dengan jaket, kain, bahkan ada yang menutup kepalanya menggunakan kantong keresek.

Pihak kepolisian akan berkoordinasi dengan Dinas Keimigrasian untuk memproses para PSK tersebut. Sedangkan si muncikari terancam pidana menggunakan Undang-Undang Perdagangan Manusia.
https://nasional.tempo.co/read/news/...langgan-mereka


Esek-Esek Kawasan Puncak
Gadis Maroko memilih tunai ketimbang kimpoi kontrak.

30 Maret 2015 18:55 Periksa Ginting Kota Kita dibaca: 7409

AHOK Berani Gusur Kalijodo, Beranikah Gubernur AHER (PKS) Gusur Pelacuran di Puncak
Kawasan Puncak, Cisarua, Bogor menjadi tempat menarik bagi wisatawan. Bahkan, kawasan itu juga menarik bagi perempuan Timur Tengah menjajakan seks. Mereka dirazia petugas Imigrasi pada Desember 2014.

Suasana di kawasan Puncak tampak meriah. Kelap-kelip lampu papan nama toko, rumah makan, restoran, hingga warnet beraksara arab ikut menambah semarak kawasan Warung Kaleng, Cisarua, Puncak, Kabupaten Bogor.
Memang, kabut tebal membayangi kawasan wisata itu pada Sabtu (14/3) malam. Namun, itu tidak memengaruhi semangat para wisatawan untuk menikmati suasana yang ada.

Bahkan, kepadatan lalu lintas di Jalan Raya Puncak tidak membuat pengunjung mengurungkan niat untuk datang, berwisata, dan menikmati sejuk udara malam kawasan Puncak, Kabupaten Bogor. Kawasan Puncak selalu ramai dan padat.

Sejak sore, petugas Salantas Polres Bogor sibuk melakukan buka-tutup julur. Hal ini dilakukan Polres Bogor agar kemacetan kendaraan yang datang dari arah Jakarta atau Bogor dan sekitarnya bisa terurai. Meski demikian, di titik tertentu dan di lokasi tertentu, kemacetan tidak bisa dihindari. Masih saja terjadi kemacetan, terutama ketika kendaraan yang beriringan keluar dari jalur one way (satu jalur) di pertigaan Taman Sari Indonesia (TSI).

Namun, suasana kontras langsung menyambut ketika memasuki kawasan Kampung Warung Kaleng, Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Puncak. Di sana banyak turis dari Timur Tengah. Mereka tampak keluar-masuk pertokoan. Banyak juga turis Timur Tengah ini yang mengobrol di warung-warung pinggir jalan. Turis-turis dari Arab itu juga ikut menikmati suasana malam Minggu di kawasan sejuk Puncak.

Cafe Al- Jazira

Tidak jauh dari Warung Kaleng menuju Puncak Pass, terlihat Cafe Al-Jazira yang terang benderang di antara warung-warung milik pribumi yang menjual oleh-oleh khas Bogor. Pengunjung warga Timur Tengah yang sedang berlibur di kawasan Puncak, Bogor, juga tidak ketinggalan berada di kafe itu.
Cukup padat pengunjung kafe yang lokasinya di pinggir Jalan Bogor-Cipanas itu. Di kafe ini, kaum pria dan gadis-gadis asal Timur Tengah berbaur di tengah suasaan sejuk kawasan Puncak.

Doni, seorang warga di Cisarua, mengatakan hampir setiap malam Cafe Al-Jazira dipadati pengunjung. “Penuh terus, tapi pengunjungnya warga Timur Tengah. Orang pribumi jarang nongkrong di kafe itu,” ujarnya.

Menurutnya, kafe ini juga tempat tongkrongan perempuan Maroko yang belakangan ini banyak tinggal di Puncak menjalankan bisnis esek-esek. Gadis Timur Tengah belakangan ini berhasil menggantikan posisi gadis-gadis lokal, yang kerap dijadikan pasangan kimpoi kontrak oleh pria-pria Arab yang sedang berlibur.

Dalam urusan kimpoi kontrak, gadis Maroko beda. Mereka lebih memilih tunai ketimbang kimpoi kontrak. Mereka maunya dibayar langsung usai berbisnis seks. Bagi mereka, kimpoi kontrak prosesnya berbelit-belit.

Razia PSK

Kantor Imigrasi Bogor sudah pernah menertibkan perempuan Maroko yang berprofesi sebagai pekerja sek komersial (PSK) di Puncak. Dari Operasi terpadu yang berlangsung 4 Desember 2014, aparat berhasil menjaring 19 perempuan Maroko.

Dalam penjelasan pihak Imigrasi, perempuan Maroko ini memasang tarif Rp 5-6 juta. Mereka tidak pernah mau melayani pria lokal. Perempuan pramusyahwat ini khawatir jika melayani pria local, kedok mereka sebagai pemuas nafsu akan terbongkar. Mereka takut pria lokal yang mereka kencani adalah petugas yang menyamar, sehingga fungsi mereka sebagai pemuas seks tersingkap.

Pihak Imigrasi mendeportasi mereka yamng tertangkap saat razia. Namun, deportasi yang dilakukan Kantor Imigrasi terhadap perempuan pramusyahwat asal luar negeri itu tidak membuat gadis asal Timur Tengah takut datang lagi Bogor. Kegiatan esek-esek yang melibatkan gadis-gadis Timur Tengah terus berjalan dan terus berlangsung.

“Mereka (gadis Maroko-red) belum jera meskipun di antara teman mereka ada yang sudah ditertibkan, bahkan di pulangkan ke negaranya. Masih banyak perempuan Maroko berkeliaran di kawasan Puncak menjalankan pekerjaan haram itu,” ujar Yadi, warga Bogor.

Bahkan, mereka berupaya dengan segala cara untuk tetap bertahan menjajakan seks di kawasan Puncak, tanpa harus melaui kimpoi kontrak. Menurut Yadi, saat ini ada di antara perempuan Maroko yang mencari cara agar bisa bertahan lama di Bogor, dan luput dari jeratan operasi yustisi yang sewaktu-waktu dilakukan aparat. Caranya dengan mendapatkan kartu tanda penduduk (KTP) dari desa setempat.

“Saya sudah mendapat informasi perempuan Maroko itu hendak mengurus KTP dari desa di kawasan Puncak. Saya sedang menelusuri itu. Kalau benar, akan saya pertanyakan ke Pemkab Bogor,” kata Yadi.

Tim Pengawas
Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Bogor, Adang Suptandar menegaskan, pihaknya terus mengawasi keberadaan warga Timur Tengah di kawasan Puncak, Cisarua, Kabupaten Bogor. Aparat kecamatan, desa, hingga tingkat RW dan RT sudah diperintahkan untuk mengawasi dan melaporkan kegiatan-kegiatan turis Arab dan Maroko yang selalu ramai di Puncak. Terlebih, kegiatan yang sifatnya menimbulkan keresahan masyarakat.

“Kami sudah minta agar pihak kecamatan dan desa terus memantau keberadaan perempuan Maroko itu. Jika ada yang dapat menimbulkan keresahan dan kecemasan warga, segera beritahukan untuk diambil langkah-langkah tindakan. Kami masih menunggu laporan itu,” tutur Adang Suptandar, Senin (16/3).

Menurutnya, dalam mengawasi turis asing di Kabupaten Bogor, pemerintah setempat bekerja sama dengan kantor Imigrasi serta instansi terkait lainnya. Kerja sama antarlembaga itu juga sudah dibentuk.

“Ada tim pengawasan yang melibatkan berbagai instansi terkait. Tapi maaf, saya lupa nama timnya,” ucap Adang.

Adang Suptandar dengan tegas mengingatkan para kades dan lurah agar lebih hati-hati dalam memenuhi permintaan warga, khususnya warga asing perempuan Maroko, yang berupaya mendapatkan KTP dari desa. “Saya ingatkan para lurah dan kepala desa agar lebih hati-hati dalam melayani permintaan warga, terutama warga asing,” seru Adang.

Ia juga menambahkan, pihaknya akan menindaklanjuti informasi tentang adanya dugaan kepala desa menerbitkan KTP terhadap warga asing. “Saya akan telusuri itu. Jika benar, petugas desa yang terlibat akan kami tindak,” kata Sekda Kabupaten Bogor.
http://www.sinarharapan.co/news/read...an-nbsp-puncak


MUI Bogor: Imigran Syiah suburkan pramuriaan di Puncak
Senin, 7 Rabiul Awwal 1436 H / 29 Desember 2014 10:01

AHOK Berani Gusur Kalijodo, Beranikah Gubernur AHER (PKS) Gusur Pelacuran di Puncak
Perempuan Pekerja Seks Komersial (PSK) asal Maroko menunggu pendataan di Kantor Imigrasi wilayah Bogor, Jawa Barat, 4 Desember 2014. Sebanyak 19 perempuan PSK asal Maroko tersebut ditangkap di wilayah Puncak Bogor karena menyalahgunakan visa turis dengan bekerja sebagai PSK. TEMPO/ANTARA/Jafkhairi

BOGOR (Arrahmah.com) – Resah dengan maraknya pramuriaan di kawasan Puncak, seorang aktivis Islam mengambil inisiatif untuk mendatangi lokasi. Tujuannya mencari tahu, sekaligus mengingatkan bahwa “bisnis” ini dapat merusak moral masyarakat.

Namun, alih-alih imbauannya didengarkan, pemuda ini justru memicu kemarahan para warga. Mereka –yang diantaranya para mucikari- lalu mengambil botol dan menghampirinya. Berkali-kali ayunan botol itu bersarang di kepalanya dan tinjuan bertubi-tubi melayang ke wajahnya. Beruntung, aktivis tersebut masih selamat.

Itulah gambaran dampak buruk maraknya bisnis pramuriaan di kawasan berhawa sejuk Kabupaten Bogor, Jawa Barat tersebut. Para ulama mengaku kian resah, karena keberadaan bisnis esek-esek tersebut semakin subur setelah kedatangan para imigran gelap.

Ketua Bidang Pengkajian, Penelitian, dan Aliran Sesat, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Bogor, KH. Muhammad Zen Mahfudin menilai, kawasan wisata Puncak menjadi ladang empuk para imigran menjadi pekerja bisnis haram ini.

“Saya gak mau sebut wanita susila, mereka ini pramuria!” ujarnya saat ditemui dua anggota Jurnalis Islam Bersatu, Muhammad Pizaro dan Fajar Shadiq di kediamannya, desa Cipayung, Kecamatan Cisarua.

Pria yang akrab disapa Kyai Zen ini makin merasa iba melihat respon masyarakat. Warga yang harusnya menolak, justru merasa tenang-tenang saja karena mendapatkan keuntungan ekonomi. Akhirnya, tidak sedikit dari warga yang menerima kehadiran imigran gelap.

“Kalau sudah urusan fulus, memang susah,” tegasnya.

Pangkal masalah ini, kata Kyai Zen, berangkat dari konsep nikah mut’ah para imigran Syiah.Pihak MUI sendiri sudah mengingatkan warga tentang bahaya ini. Apalagi sekarang MUI hadir sampai tingkat desa.

“Respon masyarakat acuh saja, orang mau mengingatkan saja dipukuli,” ujarnya cemas.

Berdasarkan keterangan Kantor Kelas II Imigrasi Bogor, ada sekitar 600 imigran gelap di Bogor. Dari jumlah itu, setengahnya berasal dari Afghanistan. Sisanya berasal dari Pakistan, Somalia dan Rohingya.

“Mayoritas Imigran Afghanistan adalah pengikut Syiah dari etnis Hazara,” ujar Dede Sulaeman, Seksi Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian.

Namun, Dede mengaku tidak bisa memastikan jumlah para imigran di Bogor setiap bulannya, karena mereka selalu bergerak dari satu tempat ke tempat lain. “Sekarang bisa berkurang menjadi 300, bisa juga bertambah menjadi 1000,” paparnya.

Dede menerangkan Indonesia menjadi tujuan utama para imigran karena pihak UNHCR mudah mengeluarkan sertifikat para pengungsi. Selanjutnya Puncak menjadi sasaran hunian para imigran karena iklimnya mendukung.

“Puncak ini cuacanya sejuk, masyarakatnya juga ramah-ramah,” terangnya.

Selain masalah prostitusi, persoalan dihadapi para ulama adalah gaya hidup para imigran Syiah. Mereka gemar menenggak minuman keras hingga pagi. “Malam jadi siang, siang jadi malam,” sindir Kyai Zen yang melihat para imigran memilih tidur saat adzan Subuh.
http://www.arrahmah.com/news/2014/12...di-puncak.html

--------------------------------

Gubernur AHOK yang jelas-jelas menyebut dirinya sebagai chinese-kapir aja, ternyata berani tegas mengulung praktek pramuriaan di wilayah kekuasaanya seperti kasus Kalijodo itu. Kok Gubernur AHER, tokoh, elit politik dan Ustadz dari PKS, dengan kekuasaannya sebagai Gubernur Jabar, nggak berani tegas seperti si Ahok? Why? Nggak takut sama Allah kalau kelak di yaumil Akhir dimintai pertanggung-jawabannya atas maraknya pramuriaan di kawasan Puncak-Bogor itu? Astaghfirullah! Na'uzubillah in Dzalik.

emoticon-Turut Berduka
Diubah oleh ts4l4sa 18-02-2016 05:15
0
9.8K
77
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan