

TS
metrotvnews.com
Kramat Tunggak Dulu dan Kini

Metrotvnews.com, Jakarta: Kerlip lampu remang-remang menyala saat tenggelamnya matahari. Musik berirama melayu pun bersahutan, sebagai tanda kehidupan malam dimulai.
Satu per satu para lelaki pencari cinta semalam berdatangan. Perempuan penjaja cinta pun mulai bergeliat genit menggoda kaum Adam.
Musik dangdut koplo dan dentingan botol bir jadi saksi. Putaran transaksi cinta semalam di Kramat Tunggak, kawasan prostitusi legal yang pernah dimiliki Pemerintah DKI.
Sejak 1970, bisnis prostitusi dimulai di Kramat Tunggak, kawasan yang masuk wilayah administrasi Kelurahan Tugu Utara, Koja, Jakarta Utara. Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta bernomor Ca.7/I/13/1970 tanggal 27 April 1970 itulah, yang menandai Kramat Tunggak jadi satu-satunya bisnis esek-esek yang resmi. Surat tersebut ditanda-tangani Gubernur DKI kala itu, Ali Sadikin.
Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah melansir, saat awal dibuka, hanya ada 300 orang pekerja seks komersial (PSK) dan 76 muncikari. Namun, makin lama jumlahnya terus menjamur. Pada rentang waktu 1980 hingga 1990, jumlah PSK tercatat mencapai lebih dari 2.000 orang di bawah kontrol sekira 258 muncikari.
Kramat Tunggak juga jadi sumber penghidupan bagi lebih dari 700 pembantu pengasuh, 800 pedagang asongan, dan 155 tukang ojek. Belum lagi, tukang cuci dan pemilik warung-warung makanan yang bertebaran ikut mengadu nasib di lokasi prostitusi itu.

foto: MI/Panca Syurkani
Kini, semuanya sudah berubah setelah Gubernur DKI Sutiyoso menutup Kramat Tunggak pada akhir 1999. Tidak terdengar lagi dentingan botol bir juga irama dangdut koplo bersahutan saat malam. Kuping penduduk justru lebih akrab dengan lantunan ayat suci yang rutin berkumandang jelang azan.
Tak ada lagi geliat perempuan-perempuan penggoda di areal seluas 10,9 hektare itu. Deretan rumah bordil pun sudah hilang, berganti dengan satu bangunan megah nan luas yang jadi pusat kajian umat Islam, Jakarta Islamic Centre (JIC).
Mayoritas PSK dan muncikari memilih pergi. Ada yang pulang ke kampung, dan ada juga yang memilih alih pekerjaan. Namun, tak sedikit pula yang pilih tetap melacur di tempat lain.

foto: Arga Sumantri
Ricardo Hutahean, salah satu anggota tim kajian pembongkaran Kramat Tunggak menyatakan kehidupan masyarakat saat ini lebih tertata. Warga yang dulunya ikut menggantungkan hidup di tempat prostitusi, kata Ricardo, toh juga masih bisa bertahan.
"Ada yang jadi tukang es kelapa, pedagang kaki lima, bekerja di mal, tukang cuci pakaian. Ada juga yang jadi petugas di JIC," ungkap pria yang sudah 40 tahun tinggal di Kramat Tunggak itu kepada Metrotvnews.com, Senin (15/2/2016).

foto: MI/Galih Pradipta
Cerita soal Kramat Tunggak mau tak mau kembali teringatkan setelah mencuatnya rencana Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama yang hendak menggusur Kalijodo. Sebab, karakter dan permasalahan di Kalijodo, tak jauh beda dengan Kramat Tunggak.
Ahok, sapaan Basuki, hendak menyulap kawasan yang masuk wilayah administrasi Penjaringan Jakarta Utara dan Tambora Jakarta Barat itu menjadi ruang terbuka hijau (RTH).
Sumber : http://news.metrotvnews.com/read/201...-dulu-dan-kini
---
Kumpulan Berita Terkait PENGGUSURAN KALIJODO :
-

-

-



anasabila memberi reputasi
1
2.8K
6


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan