f41zulAvatar border
TS
f41zul
Setitik Niat Putih
Cerita ini bermula saat gue tersadar diatas sebuah ranjang. Kepala gue pusing mengingat apa yang terjadi hingga gue harus terbangun di tempat yang asing ini dengan selang infus terpasang di lengan gue yang lemas tak berdaya.

Gue kemudian berusaha berteriak memanggil seseorang, lalu segeralah seorang berlari-lari kecil menghampiri gue.

“Tenang ya mas...” seorang gadis berpakaian putih berusaha menenangkan gue.

Gadis itu kemudian ngecek peralatan infus, membenahi selimut gue, kemudian duduk disebelah gue sambil menempelkan punggung tangannya di kening gue.

“Mbak, saya kenapa? saya lagi dimana ini?” tanya gue lirih..

“Gak papa mas, gak ada yang perlu dikhawatirkan...” katanya untuk menenangkan gue.
“Kita lagi di rumah sakit terbaik di kota Surabaya ini”, tambah gadis tersebut..

Kok bisa gue di Surabaya?
Keheranan gue bertambah. Terakhir gue ingat. Gue sehat-sehat saja. Dan terakhir kali gue ingat, gue sedang berada di kota MALANG!!

Kepala gue semakin pusing memikirkan kondisi yang masih sulit gue nalar. Kemudian tiba-tiba dinding ruangan gue berputar-putar. Positif, malam itu gue pingsan.

***

Keesokan harinya, gue tersadar. Entah jam berapa, tapi yang pasti jendela sudah terang, artinya hari sudah siang.

“Gimana mas? Masih pusing?”, sebuah suara membangunkan lamunan gue..

“Eh, apa mbak?”, gue yang gak konsen bener-bener gak denger suaranya.

“Hehehe, apa masih pusing mas?” tanya gadis yang sekarang berdiri disamping gue ini. Gadis yang sama dengan yang duduk disamping gue tadi malam.

“Ooo, gak seberapa, sudah mendingan,” jawab gue sedikit tersipu.
“Ehm, terima kasih banyak ya mbak...”

“jangan banyak-banyak, dikit aja udah seneng kok,” jawabnya sambil tersenyum kembali.

Gue tertawa mendengarnya, hari ini hati gue tersenyum melihat senyum gadis ini.
Gue terus memandanginya selagi dia ngecek infus, ngukur suhu badan, sampe ngukur tekanan darah, hingga mencatat semuanya ke dalam sebuah format kontrol.

Gue mengintip nama yang terbordir di seragamnya: erivia putri.
Erivia yang gue panggil mbak selama ini terlihat sepantaran gue. Dan gue baru sadar kalau senyumnya sangat manis...

“Kalau ada apa-apa silahkan pencet tombol itu ya mas.”

“nanti yang kesini mbaknya ya?” tanya gue dengan polos. Dan gue baru sadar kebodohan gue.

“he..he..he.. sama saja kok mas, gak harus saya.”

Dan dia berhasil memanfaatkan kesalahan yang gue buat. Positif gue kena skak mat oleh erivia.
anasabila
anasabila memberi reputasi
1
1.1K
11
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan