- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
kiat Sandiago Uno tetap untouchable


TS
pangpung883
kiat Sandiago Uno tetap untouchable
Senin, 04 November 2013 14:14 WIB
ist.
beritabatavia.com - Satu sosok yang dinilai luput dari sorotan dalam gonjang-ganjing kasus Nazarudin, adalah Ketua HIPMI, Sandiaga Salahuddin Uno. Meski sosok ini disebut-sebut memiliki peran sentral dalam prahara kasus mantan Bendahara Partai Demokrat itu.
Dalam jagad politik di Indonesia, nama Sandiaga Salahuddin Uno terbilang masih awam. Karena memang pemilik PT Persada Capital Investama ini tidak tergabung dalam partai politik apapun. Namun sosok pria kelahiran Rumbai, Riau ini dinilai memiliki kedekatan emosional yang lebih dengan Partai Demokrat.
Terutama dengan sang pendiri partai berlambang Mercy ini, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang notabene menjadi Presiden RI. Bahkan dalam Pemilu 2009 lalu, berdasarkan dokumen audit dari KPU Sandiaga tercatat sebagai salah satu donatur SBY. Dalam dokumen tersebut Sandiaga disebutkan menyumbang SBY, hingga Rp 1 M. Sementara dalam penelusuran lebih lanjut PT Persada Capital Investama juga ditengarai menyumbang SBY hingga Rp 3,5 M.
Bahkan perusahaan milikya PT Saratoga Investama Sedaya ditengarai juga turut menyumbang sebesar Rp 4,17 M. Karena sikapnya yang ‘dermawan’ itulah Sandiaga Uno sempat digadang-gadang menjadi Bendahara Partai Demokrat walau akhirnya kalah dari M Nazarudin.
Namun dari persaingannya dengan Nazarudin itulah Sandiaga merasa memperoleh tandem atau pasangan duet yang ideal untuk menggaruk sejumlah proyek. Berkah yang diperoleh dari sikap ‘dermawan’ Sandiaga itu adalah diperolehnya proyek pembangunan wisma atlet untuk keperluan Sea Games XVI di Palembang senilai Rp 200 M melalui PT Duta Graha Indah (DGI). Di perusahaan itu Sandiaga Uno bercokol sebagai Komisaris.
Konon dari mega korupsi yang dilakukan, proyek yang diperoleh Nazarudin itu banyak yang dikerjakan dengan menggunakan perusahaan yang berkongsi dengan Sandiaga. Salah satu mega proyek yang digagas duet Nazar dan Uno adalah proyek pembangunan gedung DPR senilai Rp 1,2 triliun. Namun proyek ini batal setelah kebanjiran protes dari masyarakat. Padahal dua sohib itu telah kasak-kusuk kesejumlah pihak, dengan kemungkinan telah menebar sejumlah uang ke banyak pihak.
Daftar petualangan Sandiaga juga terbilang panjang.Mulai proyek pembangunan wisma atlet dengan bendera PT DGI hingga pembelian saham PT Garuda. Namun karena sikapnya yang ‘dermawan’ itulah Sandiaga menjadi ‘sakti’ mandra guna. Sehingga banyak pihak yang menilai jika Sandiaga adalah sosok yang tidak tersentuh oleh hukum (untouchable).
Kasus teraktual yang menjadi bukti ‘kesaktian’ Sandiaga Uno adalah kasus Depo Pertamina di Balaraja Banten. Dalam kasus Depo Pertamina itu Sandiaga sempat dilaporkan ke Polda Metro Jaya oleh pemilik PT Pandan Wangi Sekartadji (PWS), Tri Harwanto dan Jhoni Hermanto.
Tidak tanggung-tanggung, dalam laporan polisi Nomor LP/2078/VI/2011/PMJ/Ditkrimsus, Sandiaga dituduh melakukan 3 tindak pidana sekaligus yakni, penipuan, pemalsuan dokumen serta melakukan tindak pidana korupsi.
Para pelapor itu menuturkan jika mereka merasa tertipu oleh Sandiaga. Konon antara kedua belah pihak sempat membuat perjanjian jual beli dengan cara mencicil. Namun tanpa sepengetahuan mereka Sandiaga sempat menyelipkan klausul perjanjian (suppplement aggrement) palsu. Atas dasar perjanjian itulah Sandiaga mencari pembiayaan dari pihak bank baik bank nasional maupun bank asing.
Selain sengketa dengan PT PWS, Sandiaga juga menggunakan lahan yang bukan miliknya sendiri untuk diberikan PT Pertamina. Konon Sandiaga menggunakan lahan seluas 20 Ha itu untuk pembangunan Depo Pertamina di Balaraja, Banten. Celakanya lahan yang digunakan oleh Sandiaga itu kemudian hari diklaim sebagai miliki Edward Soeryajaya. Sandiaga dituduh telah menguasai lahan tersebut dengan memalsukan sertifikat tanah No. 31 milik Edward Soeryajaya dengan menerbitkan sertifikat palsu No. 32. Tujuan Pemalsuan sertifikat tanah milik Edward itu agar Sandiaga Uno bisa mencairkan klaimnya ke Pertamina sebesar US$ 12.8 juta.
Dengan menggunakan dokumen yang diduga palsu itu, Sandiaga Uno sempat mencairkan uang dari PT Pertamina senilai US $ 6,4 juta atau sekitar Rp 64 M, nilai itu adalah 50 persen dari nilai total klaim sebesar US $ 12,8 juta. Belakangan PT Pertamina menghentikan pembayaran sisa dari klaim yang diajukan Sandiaga, setelah pihak Edward Soeryajaya melayangkan gugatan.
Anehnya hingga saat ini perkembangan kasus itu tidak jelas juntrungannya. Sehingga melahirkan dugaan jika Sandiaga telah melakukan lobi-lobi ke petinggi Polri maupun Kejasaan Agung.
Untuk urusan seperti itu bagi Sandiaga bukanlah persoalan yang sulit. Selain memiliki jaringan politik, uang buat Sandiaga bukanlah persoalan. Maklum pundi-pundinya telah menggelembung dari berbagai proyek yang dimilikinya. Bahkan Sandiaga sempat membeli saham maskapai penerbangan nasional Garuda hingga Rp 300 M. Pembelian itu juga berkongsi dengan Nazarudin.
Uniknya keluarga William Soeryajaya ayahanda dari Edward Soeryajaya sebenarnya memiliki ikatan dengan sejarah hidup Sandiaga sendiri. Konon keluarga pemilik Bank Summa ini ikut membantu ketika Sandiaga masih kuliah diluar negeri. Karena saat itu ibunda Sandiaga, Mien Sandiaga Uno adalah konsultan diperusahaan Edward Soeryajaya.
Maka banyak pihak yang menilai jika perlakukan Sandiaga terhadap keluarga Edward itu tak ubahnya dengan peribahasa air susu dibalas dengan air tuba. Hingga berita ini diturunkan surat konfirmasi majalah NOVUM terkait berbagai persoalan itu yang dikirimkan kepada Sandiaga Uno belum juga memperoleh tanggapan.O tim
http://www.beritabatavia.com/detail/2013/11/04/2/18748/kiat.sandiaga.uno.tetap.untouchable#.Vrf8U8ukfqB
Cm sedikit memastikan history orang per orangnya dimasalalu seperti APA? Hitam,putih APA abu abu
ist.
beritabatavia.com - Satu sosok yang dinilai luput dari sorotan dalam gonjang-ganjing kasus Nazarudin, adalah Ketua HIPMI, Sandiaga Salahuddin Uno. Meski sosok ini disebut-sebut memiliki peran sentral dalam prahara kasus mantan Bendahara Partai Demokrat itu.
Dalam jagad politik di Indonesia, nama Sandiaga Salahuddin Uno terbilang masih awam. Karena memang pemilik PT Persada Capital Investama ini tidak tergabung dalam partai politik apapun. Namun sosok pria kelahiran Rumbai, Riau ini dinilai memiliki kedekatan emosional yang lebih dengan Partai Demokrat.
Terutama dengan sang pendiri partai berlambang Mercy ini, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang notabene menjadi Presiden RI. Bahkan dalam Pemilu 2009 lalu, berdasarkan dokumen audit dari KPU Sandiaga tercatat sebagai salah satu donatur SBY. Dalam dokumen tersebut Sandiaga disebutkan menyumbang SBY, hingga Rp 1 M. Sementara dalam penelusuran lebih lanjut PT Persada Capital Investama juga ditengarai menyumbang SBY hingga Rp 3,5 M.
Bahkan perusahaan milikya PT Saratoga Investama Sedaya ditengarai juga turut menyumbang sebesar Rp 4,17 M. Karena sikapnya yang ‘dermawan’ itulah Sandiaga Uno sempat digadang-gadang menjadi Bendahara Partai Demokrat walau akhirnya kalah dari M Nazarudin.
Namun dari persaingannya dengan Nazarudin itulah Sandiaga merasa memperoleh tandem atau pasangan duet yang ideal untuk menggaruk sejumlah proyek. Berkah yang diperoleh dari sikap ‘dermawan’ Sandiaga itu adalah diperolehnya proyek pembangunan wisma atlet untuk keperluan Sea Games XVI di Palembang senilai Rp 200 M melalui PT Duta Graha Indah (DGI). Di perusahaan itu Sandiaga Uno bercokol sebagai Komisaris.
Konon dari mega korupsi yang dilakukan, proyek yang diperoleh Nazarudin itu banyak yang dikerjakan dengan menggunakan perusahaan yang berkongsi dengan Sandiaga. Salah satu mega proyek yang digagas duet Nazar dan Uno adalah proyek pembangunan gedung DPR senilai Rp 1,2 triliun. Namun proyek ini batal setelah kebanjiran protes dari masyarakat. Padahal dua sohib itu telah kasak-kusuk kesejumlah pihak, dengan kemungkinan telah menebar sejumlah uang ke banyak pihak.
Daftar petualangan Sandiaga juga terbilang panjang.Mulai proyek pembangunan wisma atlet dengan bendera PT DGI hingga pembelian saham PT Garuda. Namun karena sikapnya yang ‘dermawan’ itulah Sandiaga menjadi ‘sakti’ mandra guna. Sehingga banyak pihak yang menilai jika Sandiaga adalah sosok yang tidak tersentuh oleh hukum (untouchable).
Kasus teraktual yang menjadi bukti ‘kesaktian’ Sandiaga Uno adalah kasus Depo Pertamina di Balaraja Banten. Dalam kasus Depo Pertamina itu Sandiaga sempat dilaporkan ke Polda Metro Jaya oleh pemilik PT Pandan Wangi Sekartadji (PWS), Tri Harwanto dan Jhoni Hermanto.
Tidak tanggung-tanggung, dalam laporan polisi Nomor LP/2078/VI/2011/PMJ/Ditkrimsus, Sandiaga dituduh melakukan 3 tindak pidana sekaligus yakni, penipuan, pemalsuan dokumen serta melakukan tindak pidana korupsi.
Para pelapor itu menuturkan jika mereka merasa tertipu oleh Sandiaga. Konon antara kedua belah pihak sempat membuat perjanjian jual beli dengan cara mencicil. Namun tanpa sepengetahuan mereka Sandiaga sempat menyelipkan klausul perjanjian (suppplement aggrement) palsu. Atas dasar perjanjian itulah Sandiaga mencari pembiayaan dari pihak bank baik bank nasional maupun bank asing.
Selain sengketa dengan PT PWS, Sandiaga juga menggunakan lahan yang bukan miliknya sendiri untuk diberikan PT Pertamina. Konon Sandiaga menggunakan lahan seluas 20 Ha itu untuk pembangunan Depo Pertamina di Balaraja, Banten. Celakanya lahan yang digunakan oleh Sandiaga itu kemudian hari diklaim sebagai miliki Edward Soeryajaya. Sandiaga dituduh telah menguasai lahan tersebut dengan memalsukan sertifikat tanah No. 31 milik Edward Soeryajaya dengan menerbitkan sertifikat palsu No. 32. Tujuan Pemalsuan sertifikat tanah milik Edward itu agar Sandiaga Uno bisa mencairkan klaimnya ke Pertamina sebesar US$ 12.8 juta.
Dengan menggunakan dokumen yang diduga palsu itu, Sandiaga Uno sempat mencairkan uang dari PT Pertamina senilai US $ 6,4 juta atau sekitar Rp 64 M, nilai itu adalah 50 persen dari nilai total klaim sebesar US $ 12,8 juta. Belakangan PT Pertamina menghentikan pembayaran sisa dari klaim yang diajukan Sandiaga, setelah pihak Edward Soeryajaya melayangkan gugatan.
Anehnya hingga saat ini perkembangan kasus itu tidak jelas juntrungannya. Sehingga melahirkan dugaan jika Sandiaga telah melakukan lobi-lobi ke petinggi Polri maupun Kejasaan Agung.
Untuk urusan seperti itu bagi Sandiaga bukanlah persoalan yang sulit. Selain memiliki jaringan politik, uang buat Sandiaga bukanlah persoalan. Maklum pundi-pundinya telah menggelembung dari berbagai proyek yang dimilikinya. Bahkan Sandiaga sempat membeli saham maskapai penerbangan nasional Garuda hingga Rp 300 M. Pembelian itu juga berkongsi dengan Nazarudin.
Uniknya keluarga William Soeryajaya ayahanda dari Edward Soeryajaya sebenarnya memiliki ikatan dengan sejarah hidup Sandiaga sendiri. Konon keluarga pemilik Bank Summa ini ikut membantu ketika Sandiaga masih kuliah diluar negeri. Karena saat itu ibunda Sandiaga, Mien Sandiaga Uno adalah konsultan diperusahaan Edward Soeryajaya.
Maka banyak pihak yang menilai jika perlakukan Sandiaga terhadap keluarga Edward itu tak ubahnya dengan peribahasa air susu dibalas dengan air tuba. Hingga berita ini diturunkan surat konfirmasi majalah NOVUM terkait berbagai persoalan itu yang dikirimkan kepada Sandiaga Uno belum juga memperoleh tanggapan.O tim
http://www.beritabatavia.com/detail/2013/11/04/2/18748/kiat.sandiaga.uno.tetap.untouchable#.Vrf8U8ukfqB
Cm sedikit memastikan history orang per orangnya dimasalalu seperti APA? Hitam,putih APA abu abu

0
1.7K
15


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan